...
Terkadang, Tuhan hanya mempertemukan, bukan menakdirkan
...Katrina terbangun, setelah sinar matahari pagi yang merambat lurus menembus pintu kaca penghubung antar kamar dan balkon, menyapanya hangat. Matanya melirik jam dinding, mendapati jarum jam yang paling pendek di angka tujuh. Gadis yang masih berpiyama itu pun langsung memasuki kamar mandi.
Tiga puluh menit berlalu, Katrina telah mengenakan dress selutut berwarna merah. Sehingga gadis itu pun langsung turun. Di bawah, Katrina dapat melihat keluarga berkumpul mengedari meja makan yang berbentuk memanjang itu untuk sarapan.
"Barang-barangnya sudah kamu siapkan?" tanya Reno ke Katrina.
"Sudah Pa, dari tadi malam," jawab Katrina seraya menuangkan susu di gelasnya.
"Good girl," timpal Zafran.
Setelah itu, mereka fokus ke makanan masing-masing, kecuali Katrina. Sebenarnya, nasi goreng yang Katrina makan terasa hambar karena raganya telah melayang, dan entah ke langit berapa.
Lima belas menit berlalu, Katrina telah berganti baju untuk berangkat ke Amerika Serikat. Gadis itu menghela napas pelan, mungkin setelah ini kehidupannya akan berbeda seratus delapan puluh derajat. Sungguh berat meninggalkan apa yang telah membuatnya nyaman. Meski tak hanya Katrina yang berangkat ke sana, tetapi juga ditemani keluarganya. Namun, semua terasa berbeda.
Sahabat-sahabat perempuannya pun mulai berdatangan untuk mengantar Katrina hingga di bandara, karena hanya mereka-lah yang mengetahui keberangkatan Katrina.
🌌🌌🌌
Vino mengecek pemberitahuan yang berebut tempat paling atas di ruang notifikasinya. Namun, tak ada pesan Katrina di sana, padahal semalam Vino mengirimkan beberapa pesan. Tidak biasanya Katrina seperti itu, karena jika mendapatkan pesan dari Vino gadis itu selalu semangat untuk membalasnya.
Biasanya Katrina juga mengajak untuk menghabiskan hari libur bersama Vino, apalagi libur panjang. Pemuda itu pun mencoba untuk menghubungi Katrina, tetapi tak ada jawaban. Hingga panggilan ke tiga, justru Katrina menolak panggilan Vino. Lalu, Vino kembali mencoba untuk menghubungi Katrina, tetapi ditolak lagi. Sampai Vino mencoba hingga sepuluh kali, tetapi selalu ditolak. Pemuda berdarah Kanada itu pun menautkan alisnya, bingung.
Tak berselang lama, Vino merasakan ponselnya bergetar. Matanya melirik dan bukan nama Katrina yang tertera di sana, tetapi Reina. Dengan malas, pemuda itu mengusap gambar berwarna hijau dan mendapati Reina yang berbicara dari seberang dengan nada yang tidak biasa.
"Halo Vin."
"Hm gue."
"Lo gak punya banyak waktu, sekarang juga cepet ke rumah Katrina! Turutin perintah gue, gue serius Vin!"
"Apaa——"
Tut... tut... tut...
Vino semakin bingung apalagi dengan cara berbicara Reina yang tergesa-gesa membuat Vino semakin penasaran, apalagi Reina menyebut nama Katrina di sana. Vino pun langsung beranjak dari sofa dan mengenakan jaket berwarna hitamnya, lalu mengambil kunci motornya.
"Mau kemana Vin?" tanya Citra setelah melihat Vino yang sepertinya buru-buru.
"Ke rumah Katrina."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come
Teen Fiction(SELESAI) [2018 WATTYS AWARD WINNER, CATEGORY "HIDDEN GEMS"] Bayangkan saja jika kamu harus selalu tersenyum dan hangat, disaat segala masalah menerjangmu. Sama halnya dengan kisah ini, yang menuntut sang Mentari untuk tetap tegar, meski raganya mem...