...
Para pemuda tak cukup tahu, jika dalam diam gadis yang berada dekat dengannya, terdapat jeritan kebahagiaan dalam hatinya.
...Setelah hanya diam seribu bahasa, Katrina memilih untuk pergi dari hadapan Vino dan menghampiri Fredella yang mulai membuka laptop. Tanda bahwa gadis itu akan menonton film. Sedangkan Vino masih menatap Katrina dalam diam lalu terlukis senyum tipis dari bibirnya.
"Aduh... gak diterusin berduaannya, Neng?" tanya Fredella sembari menggerakkan tangannya untuk memulai drama korea kesukaannya.
Refleks mata Katrina membulat sempurna bagai bulan purnama, lalu mencubit pinggang Fredella pelan.
"Apaan sih!" pekik Fredella geli.
"Ya lo itu yang apaan, suka aja gangguin orang..."
"Berduaan, wuahaha," imbuh Fredella lalu tertawa.
🌌🌌🌌
Keramaian kelas saat jam kosong kali benar-benar tak wajar. Semua suara berbaur menjadi satu, dari jeritan gadis-gadis yang terpukau dengan aktor dalam drama korea, suara meja dipukul tak beraturan oleh si trouble maker, dan suara band yang konser dadakan di kelas dengan alat musik gitar, cajoon, dan kertas untuk digesek-gesekkan agar tercipta musik dari lagu "Bukti".
Suasana itu berubah kala sang ketua kelas berteriak lantang agar semua berhenti beraktivitas.
"Woiii berhenti dulu napahhhh!"
"Diem woi! Nih cewek ngapain juga teriak-teriak liat plastik?"
"Eh! Mulut tuh dijaga, Bang!"
"Apa lo, apa? Ganteng, juga gantengan gue kaleeee! Please deh!"
"Hilih-hilih, ngakak dosa gak ya?"
"Muntah bareng yuk!"
"Yuk!"
Katrina pun hanya dapat tertawa mendengar perkataan temannya yang dirasa lucu. Bukan keadaan yang semakin hening, malah semakin runyam. Adu mulut terjadi beberapa detik hingga sang ketua kelas benar-benar mengeluarkan suara supernya.
"WOI BACOT SEMUA LO, DAH! DIEM NAPA. NIH GAK COWOK GAK CEWEK, RASANYA KAYAK CEWEK SEMUA! GAK ADA YANG NGALAH! CEWEK JUGA TUH MULUT DISEKOLAHIN, JANGAN OTAK DOANG! OTAK YANG DISEKOLAHIN AJA MASIH BEGO, APALAGI MULUT! YA AMPUN!"
Alhasil, semua pun terdiam yang ingin tertawa pun menahan tawa. Hingga beberapa saat semua pun masih terdiam, tetapi adu pelototan mata tak dapat terelakkan.
"Nah... gini ya, dengerin! Jadi, minggu depan, kita bakal outing class. Pastinya kemana, belum ada pengumuman. Kita outing class tiga hari dua malam. Untuk prepare-nya nanti diberi tau tiga hari sebelum keberangkatan. So, istirahatin tuh mulutnya, nanti di sana mau lo teriak sampe pita suara lo terbang juga gue gak larang," jelas sang ketua kelas dengan panjang kali lebar kali tinggi.
Satu detik.
Lima detik.
Enam puluh detik.
Semua masih terdiam, tetapi bukan anak XII IPA 1 jika tidak heboh. Jangan salah, XII IPA 1 tak selalu menjadi kelas yang tergaring dan ter-membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come
Teen Fiction(SELESAI) [2018 WATTYS AWARD WINNER, CATEGORY "HIDDEN GEMS"] Bayangkan saja jika kamu harus selalu tersenyum dan hangat, disaat segala masalah menerjangmu. Sama halnya dengan kisah ini, yang menuntut sang Mentari untuk tetap tegar, meski raganya mem...