...
Cukup tatapanmu yang membuatku bungkam seribu bahasa, dengan detak jantung yang tak lagi bernada.
...Mata tegas Ken menatap Katrina dari kaca spion. Gadis itu sungguh menjaga jarak dengannya, di mata Katrina masih mengalir buliran bening tanpa Katrina sadari, tetapi Ken dapat melihat dengan jelas.
Rahang Ken mengeras seketika, entah mengapa dada Ken ikut terasa sakit jika melihat Katrina yang seperti itu. Tangan pemuda itu tergerak untuk menarik tangan Katrina agar melingkar di perutnya, tetapi dengan cepat Katrina menarik kembali tangannya. Sadar akan statusnya yang masih bersama Vino, Katrina juga berusaha untuk tak berbuat aneh-aneh di belakang Vino, walau mungkin Vino telah melakukan itu.
"Oh... lo takut Vino tau?" tanya Ken tiba-tiba.
"Apaan sih?"
"Buat apa sih lo jaga perasaan untuk cowok yang udah buat lo nangis?"
Deg!
"Emang lo yakin yang buat gue nangis itu Vino?"
"Iyalah!"
Katrina hanya diam untuk mengambil napas dan membiarkan angin malam menerpa wajahnya.
"Perasaan cewek itu sensitif, apalagi kalau disakiti sama orang yang dia cintai..." Ken tersenyum miris sebentar, "Lah siapa lagi orang yang lo cintai kalau gak Vino?"
"Sok tau!"
"Bener kali. Ngaku hayo!"
"Ter-se-rah lo!"
Ken pun menghentikan motor ninjanya di jembatan yang sedikit melengkung ke atas. Katrina pun turun terlebih dahulu dari motor Ken, barulah pemilik motornya yang turun. Katrina memegang pembatas jembatan yang dingin, pandangan matanya menyapu sekitar jembatan. Terdapat lampu hias dan lentera-lentera yang sengaja di gantung di sana.
"Gimana? Keren kan?" tanya Ken yang tiba di sebelah Katrina.
Katrina hanya tersenyum dan menikmati pemandangan yang ada di hadapannya. Namun, seketika senyumannya berubah getir, jika saja yang di sampingnya adalah Vino, Katrina akan bisa tersenyum penuh kebahagiaan dan melepaskan segala rasa kagumnya dengan tempat ini kepada Vino.
"Kenapa harus lo?" tanya Katrina tanpa menatap Ken sedikit pun.
"Kenapa harus gue? Maksudnya?"
"Kenapa harus lo yang bisa nemani gue di tempat yang seperti ini?"
Air muka Ken berubah seketika, seakan-akan perkataan Katrina begitu menginginkan Vino yang ada di sampingnya.
"Karena yang lo harapkan lebih memilih buat lo nangis, bukan buat nemani lo di sini, Kat. Harusnya lo sadar," jawab Ken seraya menatap Katrina.
Mendengar pernyataan Ken seakan mencubit hati Katrina. Jika memang sesulit ini kisah cinta, dari dulu dia tak ingin menjatuhkan perasaannya kepada siapapun.
Bahkan, sebuah kisah cinta ibarat roaller coaster yang selalu turun, naik, dan berputar-putar dengan tiba-tiba tanpa bisa kita inginkan bagaimana alurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come
Teen Fiction(SELESAI) [2018 WATTYS AWARD WINNER, CATEGORY "HIDDEN GEMS"] Bayangkan saja jika kamu harus selalu tersenyum dan hangat, disaat segala masalah menerjangmu. Sama halnya dengan kisah ini, yang menuntut sang Mentari untuk tetap tegar, meski raganya mem...