...
Tuhan biarkan aku membuktikan, bahwa ciptaanmu sangat berharga sehingga aku dapat selalu menjaganya dengan berada disisinya.
...Katrina dan Vino menatap langit yang sama, senyum gadis itu terulas seakan tidak bisa lepas. Berulang kali Vino menatap Katrina intens dan gadis yang ditatap itu menyadari namun tetap menengadahkan kepala, walau leher yang lelah berontak.
"Andai gue bisa terbang," harap Katrina dengan tiba-tiba membuat Vino tersenyum lalu kembali menatap Katrina lekat.
"Gue bisa buat lo terbang, kalau lo mau." Vino tersenyum hangat memecah atmosfer kecanggungan yang ada. Wajah Katrina berubah serius saat Vino mengatakan itu ingin menjawab namun lidahnya kelu.
Lima detik saling beradu mata, Vino tertawa renyah melihat wajah serius Katrina. Wajah gadis itu begitu memancarkan sinar sendiri bagai matahari dalam kegelapan yang menyelimuti.
Dengan perlahan, Vino meraih kedua tangan Katrina yang dingin. Katrina sempat terkejut, namun selang beberapa detik senyumnya kembali terulas. Katrina merasakan hangat yang menjalar dari tangannya dan entah mengapa, segala kegelisahan tentang hidup perlahan meluruh seolah es yang mencair.
Andai setiap detiknya menjadi satu abad, agar aku dapat berada disampingmu lebih lama.
"Vin," panggil Katrina seraya melepaskan kedua tangannya dari tangkupan tangan hangat Vino.
Aku rela menjadi api unggun yang dapat menghangatkanmu saat kejamnya kegelapan dan kedinginan malam menghantuimu, walaupun pada akhirnya akan habis menjadi abu. Setidaknya hidupku lebih berarti karena dapat menjagamu.
"Apa?" tanya Vino kembali menatap kedua manik mata Katrina.
"Makasih," lirih Katrina namun jelas di telinga Vino, pemuda itu pun tersenyum tipis.
"Untuk apa?"
"Semuanya, dari awal sampai akhir."
"Bukankah, dulu gue pernah bilang. Bahwa, jika Tuhan mengijinkan waktu untuk mempertemukan kembali. Itu namanya takdir. Semua akan berawal dari situ dan kita dapat mengawalinya kembali. Menciptakan cerita baru, membangun sebuah istana yang dinamakan hubungan, dan mencoba bertahan agar tidak meruntuhkannya ..."
"... berarti tidak akan ada kisah yang dulu. Bangunlah kisah yang sekarang dengan segala usaha yang baik dan pertahankan dengan baik juga."
Setelah itu, tidak ada percakapan. Katrina hanya menunduk, dalam tundukan kepalanya terdapat senyum bahagia yang tidak pernah Katrina rasakan sebelumnya. Benar yang dikatakan Vino, baru saja Vino mengatakan dan baru saja Vino membuktikan bahwa pemuda itu akan membuatnya terbang.
Jangan ajak aku terbang bersamamu, aku takut. Jika aku terlalu senang dan lupa, kalau aku harus memegangmu erat. Dan aku takut, jika kamu lupa kalau seharusnya kamu menggenggamku erat. Jika aku atau kamu lupa, kita akan jatuh dan salah satu atau keduanya akan terluka.
"Katrina!" panggil seseorang lantang dari kejauhan. Katrina dan Vino menoleh ke arah sumber suara.
Ken! Katrina langsung membuang muka, lalu sikapnya berubah apatis. Senyumnya yang terulas seakan lenyap dan wajahnya yang memancarkan sinar, kini meredup.
"Mau apa lo kesini?" ketus Katrina tidak ingin melihat Ken sama sekali.
Wajah Katrina semakin kusut seiring mendekatnya Ken kepada gadis yang duduk di kursi roda itu.
"Vin, tolong tinggalin gue berdua sama Katrina!"
Vino hanya dapat menuruti kata-kata Ken karena dia tidak mempunyai hak untuk melarang Ken bersama dengan Katrina. Namun, dengan cepat Katrina mencekal tangan Vino. Ken terbakar api cemburu saat Katrina tidak memperbolehkan Vino untuk meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come
Tienerfictie(SELESAI) [2018 WATTYS AWARD WINNER, CATEGORY "HIDDEN GEMS"] Bayangkan saja jika kamu harus selalu tersenyum dan hangat, disaat segala masalah menerjangmu. Sama halnya dengan kisah ini, yang menuntut sang Mentari untuk tetap tegar, meski raganya mem...