30. Dia?

983 104 101
                                    

...
Kita hanyalah wayang, yang tak dapat menentukan perubahan dalam roda kehidupan. Hanya perlu diam menunggu tangan Sang Dalang bergerak menentukan kisah yang berakhir indah.
...

Vino tersenyum dari dalam mobil, lalu kaca mobil Vino perlahan menutup, seolah menelan rupa tampan kekasih Katrina itu. Gadis manis yang kerap disapa Katrina sibuk melambaikan tangannya ke arah pemuda yang telah melesat bersama mobilnya, meninggalkan rumah megah Katrina. Namun tak lama, air wajah Katrina berubah, senyuman di bibirnya seolah memudar. Yang dipikiran Katrina hanya satu, rasa takut, tentang apa yang terjadi nanti.

Oke Kat, kamu gak boleh lemah. Mentari gak boleh takut gelap.

Kakinya pun melangkah dan memasuki rumahnya. Kakinya masih melewati setiap ubin, tanpa ada hambatan. Semua itu tak berlangsung lancar, kala telinganya menangkap suara seseorang menangis. Alhasil, Katrina mencari sumber suara dan berhenti di depan pintu ruang kerja orang tua angkatnya. Dengan pelan, Katrina mengetuk, tak ada sahutan dari dalam, tetapi Katrina yakin suara itu berasal dari ruang kerja orang tua angkatnya. Kekhawatiran semakin mencuat di dadanya karena tak ada jawaban dari dalam, hanya suara wanita menangis. Katrina pun membuka pintu, di sana Katrina dapat melihat Viola di dalam dekapan Reno sedang menangis tersedu-sedu.

Katrina tak tahu harus melakukan apa, ia takut jika melangkah sedikit akan memancing amarah Viola, apalagi melihat kondisi Viola yang down. Namun, sepertinya kedua orang tuanya belum menyadari kehadiran dirinya. Reno pun sibuk menenangkan Viola yang menangis tak henti-hentinya hingga tak menyadari kehadiran Katrina. Entah mengapa, walau tak ada ikatan darah ataupun DNA dengan Viola, hati Katrina terasa sakit melihat Viola yang tengah menangis seperti itu. Hatinya sangat ingin memeluk wanita paruh baya yang mungkin malah akan memakinya habis-habisan. Katrina ragu untuk mendekat, tetapi melihat Viola yang tak berhenti menangis, Katrina pun melangkahkan kakinya mendekat.

"Reno... saya telah salah besar. Saya benar-benar berdosa. Saya-" lirih Viola yang baru terdengar Katrina kala Katrina mendekat.

"Mama..." panggil Katrina seraya tangannya terulur untuk mengusap tangan mamanya yang mulai mengeriput.

Viola pun baru menyadari adanya Katrina dari sentuhan dan suara lembut itu, begitu juga Reno yang baru menyadari dari suara Katrina. Viola pun melepaskan pelukannya dari Reno sembari menatap gadis yang sering dia sakiti. Tak membutuhkan waktu lama, Viola memeluk Katrina seketika.

Speechless.

Katrina terdiam saat itu juga, tak mengerti dan tak menyangka dengan apa yang terjadi. Hingga Katrina tak dapat membalas pelukan wanita paruhbaya itu. Viola semakin mempererat pelukannya dan masih menangis.

"Katrina... maafkan Mama." Hanya itu yang terucap membuat Katrina bingung. Namun, terdapat rasa bahagia karena Viola menyebut dirinya 'mama' yang tentunya bagi Katrina, berhasil membuat Katrina membalas pelukan itu.

"Katrina... Mama minta maaf. Mama selama ini salah paham sama kamu. Mama terlalu berdosa karena menghina kamu. Mama juga telah sering menyakiti kamu, apalagi Mama pernah memukul kamu, menampar kamu, dan hal lain yang menyakiti kamu. Mama minta maaf..." Viola tak henti meminta maaf kepada Katrina.

Katrina tersenyum manis lalu semakin mempererat pelukannya. Telah lama, Katrina tak merasakan pelukan hangat dari raga sosok ibu, apalagi Viola. Katrina juga tak pernah mendengar Viola berucap sangat tulus dan pelan seperti ini. Hal itu sungguh membuat hati Katrina terenyuh, titik air yang lama menggenang di pelupuk matanya, kini tak dapat terbendung lagi dan tumpah membentuk aliran sungai kecil di atas pipi mulusnya.

When You ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang