BP • 7

825 48 4
                                    

Sunyi di antara mereka ketika melihat hadirnya cewek itu disana. Genta masih berpikir untuk menyapa balik atau tidak, yang kalah cepat dengan Wendy "Mona?"

"Eh, Wendy lo disini juga rupanya." Jawab Mona yang baru melihat Wendy.

"Lagi malmingan di mall ya?" Wendy sama sekali tidak merasa canggung, berbanding terbalik dengan Genta yang membuang pandangannya dari Mona.

"Engga kok, gue lagi nemenin adek belanja alat sekolah"

Wendy dapat melihat mata Mona yang mencuri arah ke Genta. Tapi ia menghiraukan itu.

"Kalian lagi ngapain disini?" Tanya Mona balik.

"Emm, anu-"

"Ngedate." Jawab Genta cepat. Ia kemudian berdiri seraya mengambil bahan kain yang sudah di pilih "Udah siap?"

Wendy tersenyum paksa pada Mona walaupun kakinya menginjak kaki Genta, yang dibalas cewek itu dengan senyuman kecil.

"Yaudah, gue balik duluan ya." Terlihat Mona seperti menunggu jawaban dari Genta.

"Ho-oh iya, hati hati dijalan." Wendy menyenggol lengan cowok itu agar memberi respon yang sama pada Mona.

Tetapi sampai Mona pergi dari sana pun Genta hanya diam membiarkan Wendy merepet.

"Gak boleh kaya gitu lho, Ta." Wendy membayar bahan kain ke kasir "Gak liat apa, dia berharap dapat respon dari lo?"

"Tadi kan udah gue respon." Genta mengambil dua plastik yang terdapat logo di depannya.

"Makasih ya, mba." Wendy tersenyum pada pelayan disana "Senyumin kek dia, eh jangan senyumin. Setidaknya jawab apa yang dia tanya tadi." Cewek itu berjalan keluar dari toko membiarkan Genta membawa belanjaan berjalan di belakangnya.

Genta hanya diam memperhatikan Wendy yang terus merepet dan berjalan kemana arah yang mau dia tuju.

"Kok di belakang? Sini," Wendy menarik baju kaos cowok itu "Udah kayak body guard aja."

"Nyonya mau kemana lagi?" Genta melirik Wendy yang merangkul lengan kiri nya.

"Belanja kainnya udah siap. Kita makan aja yuk," Wendy memperhatikan ada banyak tempat makan disana. Tetapi tidak ada satupun yang sesuai dengan selera gadis itu "Gak ada yang enak deh kayaknya, Ta."

"Mau masakan restoran atau masakan gue?" Genta meniup dahi Wendy.

"Masa ditanya lagi. Cuss lah" Gadis itu menarik Genta dari sana, kali ini menghiraukan tatapan memuja dari pada wanita yang mengarah pada Genta.

***

Pemandangan dari balik kaca berlapis tebal menunjukkan keadaan malam pada tengah kota yang dihiasi dengan lampu lampu kuning jalanan.

Kendaraan semakin padat berhubungan dengan malam libur yang berartikan menjadi waktu istirahat atau hari bebas bagi kebanyakan orang.

Wendy memegang secangkir teh yang barusan ia buat. Cewek itu masih mengenakan handuk di kepala. Ia menunggu Genta selesai masak di dapur setelah tadi ia meminta bantu, tapi Genta bersikeras menyuruh Wendy menunggu saja di sofa.

"Harumnya sampe sini, ayangebeb"

"Alay banget, anjir." Genta sedikit berteriak dari dapur.

Gadis itu terkekeh, ia berdiri di depan kaca tebal yang langsung memberi Wendy tampilan kota dari atas gedung apartement ini.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang