BP • 21

613 44 2
                                    

Terik matahari menyilaukan kaca mobil putih yang sedang terparkir di depan gerbang rumah gadis ini. Ia perlu menyipitkan matanya seraya melangkah mendekat pada orang yang sudah sedari tadi menunggunya.

Setelan gaya dengan memakai dress berwarna hijau muda selutut ditutup dengan jaket denim dan berpadu pada sepatu vans hitam bergaris putih, juga memerlukan waktu yang lebih untuk Wendy siap seperti ini.

"Jangan bilang lo belum siap pake gincu." Genta membuka pintu mobil untuk Wendy.

"Elah, ini tuh namanya liptint." Wendy memperbaiki ucapan cowok itu. Ia mulai mengoleskan sesuatu berwarna merah menggunakan kaca yang ada baru di ambil di dashboard.

"Modal bedak bayi doang, sok sokan pake gincu."

"Liptint."

"Gincu."

"Liptint."

"Gak ada hal yang lebih berfaedah lagi selain gincu dan liptint?" Genta beralih mengemudi mobil untuk melaju dengan kecepatan normal.

"Ada bosku." Wendy mulai menghidupkan musik yang sudah tersedia di mobil Genta. Alunan nada-nada indah mulai terdengar, cewek itu memutar volume menjadi kuat. Genta menggeleng seraya terkekeh ketika Wendy mulai menyanyikan lagu dengan berteriak.

"It's a beautiful night, we're looking for something dumb to do..."

"Hey baby! I think i wanna marry you..." Genta ikut mengeluarkan suaranya dan membuat Wendy tertawa karena lirik yang di ambil cowok itu.

Kini mobil itu diisi oleh suara teriakan Wendy yang terlalu niat untuk bernyanyi, di iringi suara Genta yang sesekali muncul. Sesekali Wendy tersedak dengan kemudian lanjut bernyanyi lagi. Tidak lupa dengan Wendy yang sudah mengangkat tangannya seolah sedang memegang mic.

"Don't say no no no no no..." Gadis itu seolah mengatakan pada Genta.

"Just say yeah yeah yeah yeah yeah..." sahut Genta ketika Wendy mengarahkan tangannya ke depan mulutnya, seolah menjadi mic.

"Is it the look in your eyes, or is it the dancing juice..."

"Who cares baby, i think i wanna marry you..." Di akhir lirik, Genta merangkul Wendy dengan tangan kirinya.

Kemudian Wendy bertepuk tangan ria seraya tertawa keras "Kamu udah cocok masuk the voice,"

"Gak dong, itu terlalu mainstream." Genta memarkirkan mobilnya di depan supermarket.

"Jadi, apa dong?"

"Dangdut akademi leh ugha."

"Kocak!" Wendy tertawa keras "Aku mau duet deh kalo gitu. Ntar kita nyanyi lagunya bang Rhoma Irama,"

"Iya, kalo untuk lo apa sih yang engga. Gue Saipul Jamil, lo Inul Daratista." Genta ikut tertawa seraya mematikan mesin. Mereka berdua turun dari mobil masih dengan sisa tawa, seraya berjalan masuk ke supermarket dengan bergandengan tangan.

"Kita mau beli apa?" Tanya Wendy saat cowok itu mengambil troli belanja.

"Apa yang lo mau."

Wendy melongo dengan detik berikutnya tersenyum sumringah, perasaan senang terlalu ketara sekali di wajah cewek itu. Ia terkekeh sebentar, merangkul lengan Genta sambil berjalan mengelilingi supermarket.

"Kita mau kemana sih sebenernya?" Tanya Wendy yang sedang mengambil makanan berbungkus coklat kesukaan Genta.

"Lo kemarin minta ketemu Vivi, gimana sih ogebku." Jawab Genta.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang