Aku terdiam sejenak dari euforiaku. Dia tidak lulus? Orang yang selama ini menjadi pengajarku tidak lulus? Bahkan ia bilang bisa mengisi semua soal ujian. Apa yang terjadi sebenarnya?
Persaingan yang ia hadapi untuk masuk Fakultas Hukum di universitas itu memang sangat tidak mudah. Hampir semua orang tahu fakta itu. Tetapi bagaimanapun juga semua ini tetap tak masuk akal. Pertanyaan mengenai ketidaklulusan Kak Erik dalam ujian itu terus menerus berkecamuk dalam pikiranku. Apa jangan-jangan tes potensi akademik berkata lain? Atau skornya hanya terpaut 1 poin dari standar minimal? Aku tak dapat membayangkan seperti apa sakitnya ia merasakan luka lama itu tertabur garam kembali.
Kebetulan sekali ia sedang online di Facebook. Aku harus melakukan sesuatu untuk meringankan beban hatinya, meski itu tak akan mengubah hasil yang ia dapatkan. Aku tahu itu.
"Keep fighting. Pasti ada sesuatu yang baik di balik semua ini. Aku bakal selalu doain Kakak semoga berhasil nemuin jalan yang terbaik."
Pesan itu terkirim kepadanya ketika masih ada bulatan hijau di samping namanya. Namun beberapa menit lamanya tak ada tanda-tanda ia mengetik sebuah pesan, sampai bulatan hijau itu benar-benar hilang.
Ah, mungkin ia tidak ingin diganggu dulu. Lantas kubiarkan saja ia tenggelam dalam bisu, tanpa mengetahui seperti apa ekspresi kesedihan yang ia perlihatkan.
"Pagi Kak Erik! By the way udah sarapan belom?"
Seperti biasa aku membuka pagi dengan menyapanya melalui pesan singkat, suatu kebiasaan yang baru terbentuk sejak ia mulai sering menyapaku dengan cara seperti itu. Kami jadi terbiasa untuk saling memastikan bahwa sarapan dan makan siang sama sekali tak terlewat. Lalu percakapan dilanjut pada candaan random ala Kak Erik. Selalu begitu setiap harinya.
Menit-menit telah berlalu dengan kesunyian. Pesan baru beratasnamakan "Kak Erik" tak pernah lagi muncul ketika menit telah berhimpun menjadi hari, minggu, hingga bulan. Dan bulan telah memperbanyak dirinya sampai mengantarkanku pada hari pertama masuk universitas. Sapaan maupun candaan itu tak pernah lagi menghiasi hariku.
Kak Erik tak pernah lagi membalas pesanku. Tak peduli meski kebiasaanku menyapanya tak pernah luntur. Dan yang bisa kulakukan hanyalah mengenang riwayat pesan dalam kotak masuk pesan singkat maupun chat di Facebook.
Perlahan tapi pasti, rasa bersalah kepadanya mulai merayapi hatiku. Mengapa hanya aku yang lulus ujian, sementara orang yang mengajariku sama sekali tidak?
Apakah hal itu yang kini menenggelamkannya pada kebisuan?
***
Hari yang kutunggu datang juga. Hari dimana ribuan mahasiswa baru berkumpul di satu tempat untuk saling menyapa dan mengenal kampus beserta dinamika di dalamnya. Dengan setelan seragam SMA dengan jas almamater kampus, aku berangkat dari rumah pukul setengah 6 pagi. Untunglah bus sudah beroperasi pada waktu sepagi itu.
Setibanya di gerbang universitas, ternyata sudah sangat banyak mahasiswa baru yang menyebar memenuhi berbagai sudut. Banyak di antara mereka yang tampak belum memiliki kenalan satu orang pun. Aku menoleh ke samping, rasanya nasibku juga tak berbeda jauh. Ya, aku sendirian di sini, dan tak akan menemukan bayangan Kak Erik dengan jas almamater serupa denganku di sini.
Selama 3 hari melalui rangkaian acara pengenalan kampus, aku masih belum menemukan teman satu jurusan. Walaupun acaranya sangat bervariatif-bahkan sampai mengundang penulis terkenal sebagai motivator- tapi aku merasa begitu kosong. Ketika mahasiswa baru yang lain dengan antusiasnya saling berkenalan dan mengobrol asyik setelahnya, aku hanya bisa menyimak acara demi acara tanpa mengeluarkan sepatah kata. Aku lebih memilih untuk menunggu orang yang mengajakku bicara lebih dulu, dan bila tidak ada yang melakukannya juga aku lebih memilih diam. Bahkan hingga hari terakhir acara aku hanya berjalan-jalan sendiri mengitari rute stan fakultas dan UKM yang ramai dikunjungi mahasiswa baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaissance
Teen Fiction((ON GOING)) Kisah ini menggambarkan dua sudut pandang dari karakter bernama Yoana dan Erik. Yoana adalah seorang perempuan melankolis yang tidak bisa mewujudkan ambisinya dalam bermusik dan terpaksa harus masuk universitas. Erik adalah seorang maha...