Three

6.7K 783 73
                                    

Jiseo terbangun dengan Jimin yang tertidur meringkuk diatas kursi kayu di dekatnya. Anak itu memeluk kakinya sendiri karena kedinginan walaupun ia sudah memakai sweater.

"Kenapa anak ini—akh!"

Kepala Jiseo masih terasa pusing karena ia meminum Soju melebihi batas toleransinya semalam. Ia memijat kepalanya sendiri sembari menatap Jimin yang masih tertidur.

"Seingatku, aku berada di dapur semalam,"lirih Jiseo.

Ia membangunkan tubuhnya, menatap Jimin yang tidak bergerak sedikitpun.

"Ck! apakah anak ini yang membawaku ke kamar?"tanyanya.

Jiseo melangkah masuk ke dalam kamar mandi, mengosok giginya kemudian membasuh mukanya. Ia menatap pantulannya sendiri di dalam cermin cukup lama.

"Apakah aku harus berhenti melakukan semua ini?"tanya Jiseo.

Tangannya mengusap cermin yang berembun tersebut.

"Mengapa dia selalu baik padaku,"kata Jiseo.

Ia kembali masuk ke dalam kamarnya, posisi Jimin masih sama ia tidak berubah sama sekali.

"Apakah dia mati?"tanya Jiseo.

Ia berjongkok menatap Jimin yang terlihat sangat damai saat tertidur, matanya benar-benar terpejam dengan deru nafas yang begitu lembut.

"Cih! kenapa dia tidak kembali ke kamarnya saja, seenaknya tidur disini."

Sejahat apapun Jiseo, ia bukanlah tipe orang yang suka membuat orang lain terbangun tiba-tiba. Ia bergegas keluar kamar dan mendapati Ayahnya sedang menyiapkan sarapan di dapur.

"Ayah!"Jiseo memanggil ayahnya sembari mengambil sandwich diatas meja.

"Kau sudah bangun?"tanya Yoongi yang sedang sibuk menggoreng telur.

"Hmm,"

"Bangunkan Jimin, suruh dia bersiap ... dia akan terlambat nanti,"pinta Yoongi.

"Aku kemari karena meminta Ayah memindahkan anak sial itu dari kamarku."kata Jiseo.

"Eh?"

"Dia tidur di kamarku,"kata Jiseo lagi.

Yoongi menatap putrinya tidak percaya, ia melepas Apronnya lalu mendekati putrinya.

"Apakah kalian tidur bersama semalam?"tanya Yoongi.

"Cih! tidak mau, aku tidak tau mengapa tiba-tiba dia tidur diatas kursi di kamarku."kata Jiseo.

"Jiseo-ya, kau tidak kasihan dengan adikmu?"tanya Yoongi sambil sedikit mengernyitkan dahinya.

"Memangnya aku peduli?"balas Jiseo.

Gadis itu lantas menuju penggorengan dan mengambil telur yang sudah matang.

"Jiseo-ya, dia bisa sak—"

"Sudahlah, Ayah ... pindahkan saja dia."potong Jiseo.

Yoongi pun akhirnya pergi ke kamar Jiseo, ia menatap miris putranya yang kini terlelap di atas kursi. Yoongi pun bergegas mengangkat tubuh Jimin perlahan agar anak itu tidak terbangun kemudian memindahkannya ke dalam kamar Jimin sendiri.

"Astaga, badannya dingin sekali."gumam Yoongi saat menyentuh telapak kaki dan tangan Jimin.

Yoongi bergegas mengambil kaos kaki di dalam lemari kemudian memakaikannya pada kedua kaki Jimin, setelah itu ... ia mematikan pendingin udara di kamar lalu menyelimuti 'putranya' tersebut.

"Apakah dia tidak berangkat sekolah?"tanya Jiseo yang berdiri di depan pintu sambil meminum susu hangatnya.

"Akan lebih baik jika Jimin istirahat di rumah,"jawab Yoongi.

안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang