Hening, hanya suara mesin kadiograf yang kini memenuhi ruangan itu. Tidak ada yang memulai pembicaraan bahkan hanya sekedar mengumam. Tidak ada. Ruang ICU terasa begitu dingin, bukan karena udaranya melainkan karena Jiseo yang memilih diam dan Jimin yang tertidur karena obat yang baru dokter suntikkan padanya.
Gadis bersurai hitam dengan 2 piercing di telinga kirinya tersebut hanya diam, bermain dengan kedua tangannya yang membentuk pola kupu-kupu. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa karena tidak mungkin ia membangunkan Jimin dan mengajaknya bermain. Bisa-bisa, ia akan membunuh anak laki-laki itu seketika.
Bosan dengan mainannya ia mulai mendekati ranjang Jimin. Menyeret kursi kayu yang disediakan kemudian duduk dengan mengangkat kakinya.
"Sebenarnya, kau sangat ingin aku siram dengan air, tapi nanti kau tenggelam," kata Jiseo.
Ia bergumam sendiri, tertawa sendiri bahkan ia sempat memainkan jari mungil milik Jimin. Menghitung ruasnya atau menyamakannya dengan jari miliknya.
"Ibu, jarimu juga seperti ini 'kan?" ujar Jiseo saat meneliti jari Jimin yang memang mirip dengan ibunya.
Ia meletakkannya kembali kemudian bergerak memunggungi Jimin. Matanya menatap jam yang berputar konstan dan sekarang sudah menunjukkan angka 1. Jiseo menoleh, Jimin masih tidur.
"Aku pulang saja," kesalnya.
Ia lantas beranjak untuk keluar ruang rawat Jimin, tapi —
"Jika dia bangun dan tidak menemukanku? dia pasti akan mengadu pada Ayah,"
Jiseo berbalik, ia melihat Jimin lagi memastikan anak itu benar-benar tidur dan tidak akan bangun dalam waktu 1 atau 2 jam. Ia kemudian mencium aroma tubuhnya sendiri.
"Jiseo-ya, sejak kapan kau menjadi perempuan jorok seperti ini?!" katanya.
Ia kembali berfikir, apakah ia harus tetap tinggal atau—
"Aku akan kembali dalam 2 jam, Jimin-ah ... kau jangan bangun dulu,"
Jiseo berlari keluar, ia segera menuju parkiran dan mengambil mobilnya. Jam 1 malam memang waktu yang tepat untuk berkendara dalam kecepatan penuh.
Sesampainya di rumah, ia bergegas mengambil handuk, mandi kemudian bergegas mengambil ransel yang cukup besar. Memasukkan barang-barang miliknya secukupnya kemudian berlari ke kamar Jimin, mengambil pakaian beberapa pakaian hangat milik Jimin lalu pergi. Setelah ia mengambil ponselnya yang tergeletak di ruang depan, Jiseo kembali ke mobilnya. Semua itu ia lakukan dengan berlari karena takut Jimin akan bangun dan tidak menemukannya nanti.
"Oke, kau seperti diusir dari rumahmu sendiri," ujar Jiseo melihat ransel yang penuh dengan pakaian dan beberapa buku miliknya.
Jiseo menyalakan mesin mobil ayahnya sesaat setelah mengunci pintu. Ia menarik tuasnya kemudian menginjak gasnya. Mobil berjalan sangat cepat kembali ke rumah sakit.
"Syukurlah dia belum bangun,"
Jiseo melempar ranselnya di sofa setelah itu ia kembali duduk di kursi kayu dekat ranjang rawat Jimin. Lama kelamaan, perempuan muda itu mengantuk. Ia menyangga kepalanya dengan tangan kirinya sembari sesekali terpejam dan akhirnya ia tertidur.
***
Jimin mengerjapkan matanya karena terganggu oleh sinar lampu yang cukup terang. Ia membiasakan diri dengan udara yang ia hirup melalui sebuah masker yang terpasang bersama dengan alat-alat lainnya. Mata sipitnya hanya menjelajahi setiap ruangan yang berdominan hijau muda tersebut. Saat ia menolehkan sedikit kepalanya pemandangan yang lebih indah baru saja ia tangkap oleh netra hazelnya. Iya, Jiseo tengah tertidur dengan menumpu kepalanya. Jimin masih tidak percaya dan menganggap semua itu hanya mimpi. Ia mencoba mencubit dirinya sendiri dengan sebelah tangannya yang masih terasa lemah untuk digerakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]
Fanfiction[COMPLETE] 20171224-20180813 Final Ending 20180923 "Noona, apakah kelahiranku adalah sebuah kutukan?"- Jimin "Lebih baik kau tidak pernah lahir, Jimin-ah! aku membencimu!! - Jiseo. 안아줘 [Hug Me] Park Jimin Min Jiseo Disclaimer Littlesky95 ©2017 Prep...