Jimin senang sekali hari ini. Ia bahkan tidak berhenti tersenyum walaupun kini Jiseo mengoceh dan memarahinya.
"Kau membuat waktuku terbuang banyak, bodoh!" omel Jiseo.
Jimin hanya menunduk dan berjalan di belakang Jiseo. Ia mengikuti perempuan itu sampai ke parkiran.
"Lain kali aku benar-benar akan kabur jika ayah menyuruhku lagi," ujar Jiseo.
Jimin menatap Jiseo takut-takut.
"Apa?!" bentak Jiseo.
"Tidak," ujar Jimin.
"Aish! cepat pulang!" kata Jiseo.
Jimin mengikuti Jiseo masuk ke dalam mobil.
"Pasang site belt mu sendiri, bisa kan?!" kata Jiseo.
Jimin mengangguk, ia memasang site beltnya. Namun sepertinya ia sedikit kesusahan.
"Seperti itu saja kau tidak bisa?!!" marah Jiseo.
"Aku tidak—"
"Aku sedang tidak ingin berurusan dengan polisi!" ujar Jiseo. Mau tidak mau, Jiseo membantu Jimin memasangkan site beltnya kemudian bergegas pergi.
"Noona, kau mau kemana?" tanya Jimin saat ia telah sampai rumah.
"Bukan urusanmu!" kata Jiseo.
Jimin segera membuka site beltnya lalu turun.
"Cepat masuk! atau kau akan mati kedinginan di luar!" ujar Jiseo.
Setelah menutup pintu mobilnya, Jiseo bergegas pergi. Ia mengendarainya cukup cepat meninggalkan Jimin yang melambaikan tangannya di depan rumah. Senyum Jimin masih saja merekah, ia masih ingat saat Jiseo menggenggam tangannya tadi. Dan saat ia terbangun, ia masih menemukan posisi tautan itu tidak berubah sama sekali.
Ponselnya berbunyi, Yoongi menghubunginya tepat saat Jimin menggantungkan ranselnya.
"Kau sudah pulang?" tanya Yoongi.
"Iya, ayah … aku baru saja sampai rumah," jawab Jimin.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Yoongi lagi.
"Sudah lebih baik, hanya masih terasa sedikit sesak," kata Jimin.
"Kau harus istirahat, minta tolong noonamu jika kau perlu sesuatu,"
"Noona baru saja pergi —"
"Apa?! dia meninggalkanmu sendiri dirumah?!"
Jimin mendengar Yoongi mengatakan keterlaluan setelahnya dengan nada marah.
"A—ayah—"
"Sudah kau sekarang istirahat, jangan ke—"
"Ayah jangan memarahi noona," ujar Jimin.
"Ayah tidak akan memarahinya,"
"Hari ini, noona sangat baik padaku … aku bahkan tidak merasakan sakit saat chemotherapy tadi," Jimin tersenyum tipis.
"Apa?"
"Iya, noona menemaniku saat aku tidak sadar tadi, noona juga menahan Dokter untuk menyuntikan obat ke dalam tubuhku, dia bahkan bilang pada dokter aku akan mati dan dia tidak mau itu terjadi," oceh Jimin. Ia nampak sangat bahagia ketika menceritakan itu semua pada Yoongi.
Sementara Yoongi sudah berkaca-kaca di balik telepon sana. Ia mendengarkan seluruh cerita yang keluar dari mulut Jimin. Yoongi sama sekali tidak menyangka bahwa putrinya masih memiliki kepedulian sebesar itu pada Jimin walaupun ia terlihat sangat membencinya. Sambungan telepon mereka tutup setelah Jimin meminta izin untuk istirahat. Yoongi meletakkan ponselnya diatas keyboard di hadapannya, ia mengusap wajahnya sendiri. Kebahagiaan bahkan tidak dapat ia sembunyikan saat mendengar apa yang ia dengar. Ia sangat yakin bahwa pemuda itu tidak akan pernah bohong padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]
Fanfiction[COMPLETE] 20171224-20180813 Final Ending 20180923 "Noona, apakah kelahiranku adalah sebuah kutukan?"- Jimin "Lebih baik kau tidak pernah lahir, Jimin-ah! aku membencimu!! - Jiseo. 안아줘 [Hug Me] Park Jimin Min Jiseo Disclaimer Littlesky95 ©2017 Prep...