seventeen

5.6K 661 176
                                    

'Brak!'

"Jangan macam-macam kau!!" Yoongi berteriak seraya menggebrak mejanya. Ia terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon.

"Huh! percuma kau mengancamku, aku tidak takut padamu," desis sang penelepon.

"Akan ku laporkan—"

"Silahkan, tapi—nyawa Jimin ada di tanganmu, Tuan Min,"

"Kau—"

Terdengar suara gelak tawa dibalik telepon sana. Orang itu terdengar senang sekali.

"Aku akan menembak Jimin didepan putrimu, bahkan setelah anak itu menangis ... aku juga akan membunuhnya dengan tanganku," ancamnya.

"Berani kau menyentuh anak-anakku, aku akan—"

"Apa? kau sendiri tidak bisa berbuat apa-apa saat Sora meregang nyawanya dan membiarkan Jimin membunuhnya?"

"Jimin tidak membunuh Sora, kau harus tau itu!"

"Aku tidak peduli, yang jelas Sora-ku mati karena melahirkan putra sialanmu itu!"

"Kau—"

"Yah, setidaknya kau merasakan apa yang aku rasakan saat kehilangan hidupmu,"

Telepon dimatikan sepihak membuat Yoongi geram dan panik. Cepat-cepat ia menghubungi Jiseo namun sialnya tidak tersambung.

"Kemana anak ini?!" ujar Yoongi.

Pria Min ini sungguh tidak bisa berkonsentrasi mengingat ancaman yang baru saja datang dari orang yang tidak lain adalah Park Minsoo. Ia masih saja melakukan banyak cara untuk menghancurkannya.

"Sayang, ayo angkat!"

Tangan putih Yoongi bergetar, peluh pun turun melewati pelipisnya. Wajahnya nampak pucat dan bahkan kakinya terus berjalan kesana kemari.

"Argh!"

Yoongi putus asa, ia menendang kursi di dekatnya hingga jatuh kemudian menyambar mantel hitamnya lalu pergi.

"Batalkan semua meeting dan pertemuan hari ini dan kosongkan jadwalku sampai minggu depan!" perintah Yoongi pada asistennya.

"Tapi, Yoongi-ssi—"

"Tidak usah bicara! aku ada urusan!" potong Yoongi yang kemudian memakai mantelnya sembari berjalan cepat meninggalkan gedung BigHit menuju parkiran.

"Yoon—"

"Berisik!" Yoongi nampak marah karena asistennya membuntutinya sampai mobil.

Ayah dua orang anak itu lantas masuk ke dalam mobil pribadinya, menyalakan mesin lalu menarik tuasnya kemudian menginjak gasnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Yang pertama harus ia lakukan adalah menjemput Jimin di sekolahnya.

"A! Jimin-ah?"

Jimin yang kala itu sedang mengikuti pelajaran dikejutkan oleh kehadiran Ayahnya yang masuk ke dalam kelas dan langsung membereskan barang-barangnya.

"A—ayah, ada apa?"

"Setelah ini, kita jemput noonamu di kampus," kata Yoongi lembut.

"Tapi kenapa—Ayah aku sedang—"

"Kita pulang, mengerti?" potong Yoongi.

Jimin akhirnya membantu Yoongi memasukkan buku-bukunya walaupun ia tidak tau apa yang terjadi. Setelah beres, Yoongi membawakan ransel Jimin dan menggandeng anak itu keluar kelas. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih kepada saem yang mengajar.

안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang