One

14.2K 1K 163
                                    

"Pada awalnya, aku sangat senang ketika aku mendengar ibu mengandung seorang bayi. Waktu itu—umurku masih 7 tahun dan yang aku mengerti hanyalah … adikku pasti sangat lucu dan menggemaskan. Aku akan menjaganya dan melindunginya. Namun, keadaan berubah setelah ibu melahirkannya— aku tidak pernah lagi melihat ibuku— ia meninggal karena melahirkan bayi laki-laki setelahnya. Belum selesai dengan itu, seorang pria datang ke rumah dan mengakui bahwa bayi itu adalah hasil hubungannya dengan ibuku saat ayahku berada di jepang untuk urusan pekerjaan. Aku memang tidak tau dan menganggap bahwa itu semua biasa saja. Namun, semakin besar aku semakin mengerti … dialah orang yang menghancurkan ayahku, dialah orang yang membunuh ibuku dia—Park Jimin, adik kecilku."

________________________________________________

Pagi hari yang sibuk di Seoul, Yoongi yang baru bersiap untuk berangkat ke studio harus direpotkan dengan putrinya yang begitu susah untuk dibangunkan.

"Jiseo-ya!!!!"

"Ada apa ayah?ini masih pagi, jangan berteriak terlalu keras!"kata Jiseo sambil menggulungkan kembali selimut pada tubuhnya.

"Kau harus mengantar Jimin ke sekolah, kau lupa?!"bentak Yoongi.

"Ck! anak itu sudah besar, lagipula dia juga punya kaki kan?!"balas Jiseo.

"Jimin tidak bisa berangkat sendirian, jika terjadi sesuatu bagaimana?!"teriak Yoongi.

"Cih! Ayah memperlakukannya seperti anak kandung ayah saja?! Apakah ayah tidak ingat jika dia bukan darah daging ayah?!"

Perkataan Jiseo sungguh menusuk hati Yoongi, pria berusia 49 tahun tersebut hampir saja memukul putrinya jika saja seorang anak laki-laki kini tengah berdiri di depan pintu sambil menatap Yoongi ketakutan.

"Ak—aku bisa be—berangkat sendiri, Ayah."ujarnya.

"Kau dengar kan, dia bisa berangkat sendiri."kata Jiseo.

"Tapi—Jimin-ah, kau baru keluar dari rumah sakit, bagaimana jika—"

"Aku bisa menjaga diriku, lagipula Noona terlihat sangat lelah."kata lelaki yang memakai ransel hitam dan snapback di kepalanya tersebut.

"Aku bukan noonamu."kata Jiseo.

"Jiseo-ya?!!"

Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, ia lantas melirik tajam pada Jimin yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya. Wajahnya nampak pucat dan juga—

"Sudah, berangkat sana—aku tidak mau melihatmu menghancurkan pagiku, Jimin!"usir Jiseo.

Jimin hanya mengangguk, ia berpamitan pada Yoongi kemudian berangkat menggunakan bis umum.

"Setidaknya kau bersikap baik pada anak dari mendiang ibumu?!"kata Yoongi yang kemudian berjalan keluar dari kamar putrinya.

"Jika dia tidak membuat ibu pergi, mungkin aku akan bersikap baik dengannya."lirih Jiseo.

Jiseo menjatuhkan tubuhnya kembali ke atas kasur, ia teringat kejadian dimana ibunya pergi untuk selama-lamanya setelah melahirkan Jimin.

"Arrgghhhh mengapa kau harus lahir dari rahim Ibuku?!!!"geram Jiseo.

Jiseo memukul kasurnya kasar kemudian membuang selimut dan bantal ke lantai.

Sementara itu, Jimin berjalan dengan hati-hati menuju halte yang ada di dekat rumahnya. 2 Minggu di rumah sakit membuat kakinya lemas dan sesekali ia harus istirahat sebentar untuk menormalkan kembali nafasnya. Jimin bukanlah anak yang manja, walau Yoongi sering meminta Jiseo untuk mengantar jemput dirinya di sekolah, Jimin terkadang memilih berangkat ataupun pulang sendiri.

"Tinggal sedikit lagi."gumam Jimin sambil terengah-engah.

Tubuh Jimin memang sangat ringkih, apalagi sekarang Jimin tidaklah normal seperti beberapa tahun yang lalu. Ia divonis mengidap kanker paru-paru semenjak umur 10 tahun.

Sesampainya Jimin di halte, ia menunggu kedatangan bis yang akan mengantarnya ke sekolah. Namun—

"Ayo berangkat!!"

Tangan Jimin ditarik oleh Jiseo keluar halte.

"Tapi—Noona—"

"Ck! kau senang jika aku dimarahi ayah, huh?!"

Jiseo mendorong masuk tubuh Jimin ke dalam mobilnya.

"Menyusahkan saja."

Brak!

Jimin hanya tertunduk setelah Jiseo membantunya memasangkan seatbelt sambil menggerutu.

"Aku akan bilang pada Ayah—"

"Apa?! kau mau cari perhatian lagi dengan ayah, huh?!"

"Bukan—"

"Lalu apa?!"

Jimin diam.

"Kau sudah membuatnya khawatir selama 2 minggu, ia bahkan tidak selera makan memikirkanmu yang setiap hari harus kembali ke rumah sakit!"omel Jiseo.

"Maaf—"

"Memang maaf saja cukup?!"

"Aku tau, Noona."kata Jimin.

Jiseo memijat pertemuan alisnya sebelum menginjak pedal gasnya. Jujur, ia sangat membenci Jimin, sangat benci.

Sesampainya di halaman sekolah, Jimin turun lalu mengucapkan terima kasih pada Jiseo.

"Aku tidak bisa menjemputmu, mintalah Ayah atau kau pulang sendiri dengan bis."kata Jiseo.

Jimin mengangguk patuh. Jiseo menutup kaca mobilnya kemudian pergi begitu saja.

"Noona, walaupun aku bukan adik kandungmu … tapi aku menyayangimu seperti Noonaku sendiri, apakah kau juga begitu padaku?"gumam Jimin.

Next?
MAAF SAYANG AKU NISTAIN KAMU DISINI ㅜㅜ /nangis kejer mode on/

안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang