thirteen

5.8K 648 117
                                    

"Kau baik-baik saja, huh? kau tidak terluka? apa yang sakit, katakan pada Ayah," kata Yoongi setelah melepas pelukannya. Ia menatap Jimin terpaku bahkan tidak melepaskan kontak mata mereka.

"A—ayah, aku baik-baik saja," kata Jimin.

Sementara Jiseo yang berada di belakang mereka hanya menatap interaksi antara ayah kandungnya yang lebih memilih memeluk orang lain dibanding dirinya. Jiseo cemburu, sangat ... ia hampir saja pergi jika Yoongi tidak menahan tangannya.

"Aku rasa, kau membutuhkan privasi, Ayah ... aku akan pergi," kata Jiseo. Gadis itu hampir terisak. Ia tidak sanggup melihat hal yang seharusnya ia dapatkan kini malah menjadi milik orang lain.

"Kau harus tetap disini," lirih Yoongi.

"Ayah, aku tidak ingin menunjukkan sisi anak-anakku, aku membencinya."

Jiseo berusaha melepaskan tangan Yoongi dari lengannya. Mereka berdua pun tidak saling tatap karena Yoongi terus memperhatikan Jimin yang kebingungan. Jimin merasa bersalah, sangat. Seharusnya, Yoongi memeluk Jiseo terlebih dahulu sebelum dirinya karena pelukan Yoongi adalah sepenuhnya milik Jiseo, anak kandungnya.

"Jiseo-ya,"

"Ayah, biarkan aku ke kamar— aku—"

"Ayah ingin membicarakan sesuatu dengan kalian," potong Yoongi.

Jiseo terdiam, ia berusaha menahan air matanya yang akan jatuh. Kepalanya mendongak, memaksa agar cairan putih bening itu tidak mengalir begitu saja.

"Jimin-ah, kau juga ...," pinta Yoongi.

"Ak—aku?"

Yoongi mengangguk. Ia menarik lembut lengan putrinya lantas memeluknya.

"Sayang," lirih Yoongi. Ia mencium puncak kepala Jiseo hingga Jiseo menangis.

Jimin tersenyum tipis menyaksikan Yoongi menenangkan Jiseo. Sungguh sangat bahagia bila ia memiliki Ayah kandung seperti Yoongi. Namun sayangnya, Ayah kandung Jimin—

"Jimin-ah, kemarilah ...," ujar Yoongi.

"Tapi—ayah—"

"Ayah hanya ingin memeluk kedua malaikat ayah," kata Yoongi.

Jimin nampak ragu. Ia meremas piyama hijau miliknya. Namun, uluran tangan Yoongi membuatnya yakin dan kemudian ikut memeluk pria paruh baya itu sama seperti yang Jiseo lakukan.

"Ayah pulang," lirih Yoongi yang kemudian mencium puncak kepala anak-anaknya secara bergantian.

"Aku merindukanmu, ayah," isak Jiseo.

"Ayah juga sangat merindukanmu,"

Sekali lagi, Yoongi mencium puncak kepala Jiseo. Menenangkan putrinya yang selalu bertindak sok kuat padahal sebenarnya dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Setelah beberapa lama, Yoongi melepas pelukannya. Ia mengusap air mata Jiseo kemudian meminta mereka untuk duduk diatas ranjang Jimin. Yoongi menyeret kursi  yang tadi Jimin gunakan dan duduk di hadapan mereka.

"A—ayah, mau bicara apa?" tanya Jiseo.

"Apakah kau menjaga adikmu dengan baik?" tanya Yoongi kemudian.

"Uh?"

"Ayah, noona menjagaku dengan baik, dia bahkan menemaniku di rumah sakit—"

"Apa?! kau— Jiseo-ya!!!" Yoongi sedikit membentak.

"A—ayah, sudah ... noona tidak bersalah," potong Jimin.

"Kau tidak memberi tau Ayah kalau Jimin masuk rumah sakit, huh!" kata Yoongi.

안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang