twenty eight: Hug Me [Final Ending]

6.7K 530 90
                                    

Seoul, 1 year later …

Semuanya tidak pernah merasakan jika waktu berjalan lebih cepat. Musim demi musim telah berlalu begitu saja tanpa disadari. Daun maple yang jatuh di halaman rumah nampak berterbangan bersama dengan angin yang berhembus. Tidak. Itu bukan hanya ulah angin semata tapi lihatlah—2 orang pelaku yang sedang asik melempar daun-daun orange tersebut.

"Kau!"

"Tidak, noona kalah!"

Candaan itu diiringi gelak tawa yang akan membuat siapa saja juga ikut tertawa mendengarnya. Termasuk orang yang kini bersandar pada bingkai pintu rumah sembari menggeleng.

"Jiseo-ya!"

Merasa namanya dipanggil, gadis dengan wig hitam sebahu—Jiseo—menoleh, "Iya, ayah?!" balasnya. Tapi nyatanya, ia tetap tidak berpindah pada tempatnya dan terus melempari lawannya dengan daun maple kering, "Rasakan ini, Jiminie! kau curang menyembunyikan puzzlenya," lanjut Jiseo sembari terus tertawa.

"Aku tidak menyembunyikannya, kepingan itu terselip di sakuku," elak si anak laki-laki dengan surai hitam lembut yang kini telah tumbuh memanjang.

Diabaikan, pria dengan surai maroon yang sedaritadi hanya diam menatap kegiatan sepasang saudara dibawah pohon berjalan pelan menghampiri mereka berdua. Hingga akhirnya, permainan tersebut terpaksa berhenti karena wajah datar si pria.

"A—ayah …," Jiseo nampak takut. Ia merasa telah mengabaikan panggilan pria yang ia panggil ayah tersebut. Jiseo tau bahwa laki-laki ini tidak bisa diabaikan. Tentu saja.

"Maaf, ayah mengganggu kesenangan kalian,"

Ternyata, respon yang Jiseo dapat berbanding terbalik. Pria berwajah dingin itu perlahan tersenyum lalu mengusap rambutnya.

"Jangan terlalu keras nanti rusak, ayah!" pekik Jiseo.

"Kau ini seperti anak kecil, kau bisa membenarkannya lagi," balas si Ayah.

"Cih, kau pikir menata wig itu mudah?!" kata Jiseo sembari terus memegang wig diatas kepalanya.

Tiba-tiba, tangan anak laki-laki dihadapan Jiseo terulur. Ia membantu merapikan wig yang hampir berantakan dan mengambil daun maple yang sempat tertinggal disana.

"Sudah, rambut noona sudah rapi dan cantik," katanya.

"Baiklah, ayah akan mengacaknya lagi!"

"Jangan!"

Kerucutan bibir Jiseo membuat dua orang lelaki yang ia sayangi tertawa keras. Mereka bertiga tidak habis mengejek satu sama lain setelahnya.

"Kau ingin menemani ayah belanja, sayang?" tanya Yoongi, ayah Jiseo.

"A—"

"Aku mau ayah!" si anak laki-laki dengan pipi yang memerah mendahului Jiseo menjawab.

"A—aku juga ikut jika Jimin ikut!" katanya.

"Bukankah kau akan pergi dengan Jungkook hyung, noona?" anak lelaki tersebut—Jimin—mengingatkan apa yang Jiseo katakan saat tadi mereka menyusun puzzle berdua.

"Ah, jadi kau lebih memilih kelinci berandal itu daripada ayahmu?" tanya Yoongi.

"Ayah, bukan begitu—"

"Seharusnya ayah tidak membiarkan gadis kecil ayah tumbuh menjadi gadis dewasa jika akhirnya harus dimiliki laki-laki yang dengan mudahnya merampasmu dari tangan ayah," potong Yoongi.

"Ayah …."

Sebulan yang lalu, Jiseo telah dilamar oleh pria bernama Jeon Jungkook yang merupakan kekasihnya selama 4 tahun belakangan ini. Bisa dibayangkan ekspresi Yoongi yang harus melepas anak gadisnya untuk pria lain. Tentu saja, perjuangan mendapatkan Jiseo tidak semudah mendapatkan hotdog kentang di sekitaran stasiun Seoul. Yoongi bahkan pernah mengelabuhi Jungkook dan berbohong setiap kali Jungkook datang ke rumah untuk sekedar bertemu dengan Jiseo. Namun, sekeras apapun hati Min Yoongi ia tetap mementingkan apa yang menjadi prioritas putrinya. Yoongi akan melakukan apapun untuk kedua anaknya yang kini telah tumbuh lebih dewasa walaupun harus mengorbankan keegoisannya.

안아줘 [Hug Me] × Jimin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang