Besok adalah hari yang besar bagi seorang murid yang memiliki kekuatan besar. Morgan salah satunya. Sejak beberapa hari yang lalu, Morgan banyak mengeluarkan kekuatan element listriknya untuk memperkuatnya. Latihan persiapannya harus bisa menjadi pematangan bagi turnamen besok hari. Dia merasa dirinya belum secara menyeluruh untuk bergabung dengan turnamen. Biasanya Morgan selalu memiliki pikiran tenang dan juga fokus. Tetapi kali ini ia merasa ada suatu hal yang merasuki pikirannya.
Perlakuan Alice padanya beberapa hari ini terasa beda. Biasanya bagaimanapun Morgan, Alice masih selalu menjawab teguran Morgan. Ataupun membiarkan dirinya dekat dengan laki-laki itu. Tetapi sekarang berbeda, ketika Morgan mendekati wanita itu, Alice selalu menjauh. Dia selalu berkata, bahwa Morgan lah yang telah membawanya masuk ke dalam permasalahan rumit, yang sangat sulit ia pecahkan.
Itu terkadang terasa benar menurut Morgan. Seharusnya dia juga tidak melakukan itu di depan Jenny maupun Raven.
Masalah itulah yang merusak masuk ke dalam pikirannya. Setiap ia terdiam, selalu masalah itu yang melintas. Itu adalah hantu yang membingungkan pikirannya.Morgan duduk sendirian di koridor, di sebuah bangku panjang, menatapi setiap murid yang berlalu lalang. Hanya gedung sekolahnya yang tampak besar, murid yang berada di dalamnya tidak banyak. Mungkin dia benar, hanya orang terpilih yang bisa berada di sini.
Morgan meregangkan tangannya, mencari posisi santai di bangku panjang, yang didudukinya. Pandangannya tertuju kepada sebuah pot bunga, dengan tumbuhan berdaun panjang dengan runcingan di ujungnya. Tetapi ketika ia melirik ke arah kiri, dan kanan. Ia melihat seorang wanita yang ia butuhkan saat ini.
Ia berlari, memanggil wanita itu dengan suara yang di naikkan, "jenny." Wanita dengan rambut hitam itu menoleh ke arah sumber suara, suara dari Morgan yang di tujukan kepadanya.
Raut wajah ragu terpancar dari wanita itu, jenny merasakan tidak seharusnya ia menanggapi pria yang menuju ke arahnya. Tetapi, ia sedikit penasaran tentang apa yang akan di katakan Morgan padanya.
Sebenarnya hanya satu hal yang akan di bicarakan Morgan dengannya. Jenny sudah tau itu. Pria itu akan membahas tentang persahabatan dirinya dengan wanita, yang menurutnya telah mengecewakan perasaannya.
Jenny tidak membalas menyapa Morgan, dia hanya memasang tatapan datar, tanpa senyuman sedikitpun. Walaupun biasanya ketika Morgan di dekatnya, ia selalu memasang senyuman manisnya, kali ini sama sekali tidak.
"Kau punya waktu sekarang?" tanya morgan, dengan nada pemikatnya. Nada suara yang selalu ia gunakan ketika membutuhkan sesuatu, dan nada itu berubah ketika dia menyombongkan sesuatu.
Pertanyaan Morgan sepertinya sedikit sulit untuk jenny, ketika ia berkata iya, pasti Morgan akan mengajaknya berbincang. Sedangkan ketika ia menjawab tidak, ia tidak akan mendapatkan suasana seperti ini lagi. Dengan sedikit berat ia menjawab, "iya, aku punya."
Morgan kembali menanggapi perkataan jenny, dengan sedikit ragu, apakah wanita ini akan mau di ajak berbicara tentang kesalahannya. Dia sama sekali tidak pernah mengerti tentang seorang wanita, apalagi dia dari dulu tidak perduli dengan itu.
"Baiklah, bisakah kita berbicara sebentar?" tanya kembali Morgan.
Jenny menganggukkan kepalanya, seraya mengeluarkan pertanyaan kembali, "tentang apa?"
"Ini tidak terlalu penting, tapi kurasa kita bisa duduk disana." Morgan menunjuk ke arah sebuah bangku panjang yang telah di dudukinya tadi. Apa mungkin yang akan di bicarakan nya dengan jenny itu tidak penting. Dia takut tentang hal itu.
"Baik," tanggapan singkat dari jenny membuat Morgan menaikkan senyumannya. Mereka berdua berjalan menuju ke arah bangku itu, dan jenny yang pertama kali menduduki benda itu.
Raut wajah jenny, sedikit berubah ketika bertatap wajah dengan Morgan. Ia merasa melupakan masalah senejak, dan juga memikirkan ketika pria di depannya jatuh cinta dengannya.
"Aku ingin membicarakan tentang hubunganmu dengan Alice," ujar Morgan, membuka pembicaraan. Jenny masih saja melamun memandangi wajah Morgan, ia sama sekali tidak menghiraukan perkataan pria itu.
Morgan menurunkan kedua alisnya, membalas tatapan kosong jenny kepadanya. Dengan cepat, ia mematahkan lamunan wanita itu dengan sebutan namanya, "Jenny." Wanita yang di merasa namanya di sebut, mengembalikan kembali pikirannya dengan sedikit terkejut.
"Y-ya, kau bicara apa tadi?"
Morgan melempar pandangannya ke arah depan, menatap kembali ke arah pot bunga yang tadi ia pandang, cuma itu satu-satunya hal spesial yang ia dapat lihat di depannya.
"Aku ingin membicarakan hubunganmu dengan Alice."
Pengulangan katanya, terasa begitu mudah di tebak oleh jenny. Ia telah mengetahui bahwa pria ini akan membahas itu.Harusnya ia akan merasa kesal ketika Morgan akan mengatakan itu, tetapi kali ini ada satu hal yang membuatnya tenang. Mungkin tatapannya ke arah wajah Morgan telah meruntuhkan kekesalan itu.
"Apa yang ingin kau ketahui dari hubungan kami?" Pertanyaan ini terasa berat bagi Morgan. Ia sama sekali tidak tau harus mulai dari mana. Ketika sebuah jawaban ini menyakiti hati wanita itu, mungkin ia akan kembali membuat masalah yang baru.
"Aku tidak pernah melihatmu dengan Alice lagi." Morgan menegakkan kepalanya, berkata dengan nada lembut.
"Kami butuh waktu menyendiri mungkin. Kenapa kau peduli?" tanya jenny, dengan nada menyindir. Dia tau bagaimana sifat Morgan. Pria itu pasti tidak akan mempedulikan hal ini, tetapi tampaknya ini berbeda.
"Jenny, maafkan aku. Aku tau ini terlalu sulit untukmu, tapi.. ini semua salahku. Aku yang melakukan ini semua."
Jenny terdiam sejenak, dua orang yang telah mengatakan bahwa ini adalah kesalahan mereka masing-masing, kepercayaan seperti apa yang harus di isinya di dalam hatinya. Dia merasa ini bukan salah Morgan. Tetapi setelah mendengar perkataannya, ia merasa ini bukan sepenuhnya kesalahan Alice, dan ia juga berlaku terlalu kasar terhadapnya.
"Aku tau, kau mungkin tidak akan memaafkanku. Aku juga tidak pernah tau perasaanmu denganku."
Dengan cepat jenny menyudahi diamnya dan berkata, "sekarang kau sudah tau."
Perkataan jenny terhadap Morgan, terasa begitu berat baginya, dan juga penuh makna.
Dia tau, bahwa jenny tidak akan memaafkannya dengan cepat.
"Jenny, jika kau tidak ingin memaafkanku, maafkanlah Alice."Jenny tidak akan pernah tau, bahwa morgan akan membela Alice dalam perkataannya. Dia tidak tau harus berkata apa. Apakah dengan memaafkan Alice akan membuat persahabatan itu kembali seperti semula.
"Aku tidak tau Morgan. Baiklah, aku akan memaafkannya. Tapi, aku belum bisa menerimanya sekarang. Semuanya butuh waktu."
"Aku mengerti jenny. Dia tidak bermaksud mengecewakanmu, kau tau."
Kata mengecewakan bagi jenny sudah tidak ingin ia dengar lagi. Ketika Morgan berkata bahwa Alice tidak ingin mengecewakannya. Itu telah terjadi. Tidak ada yang menyangkal itu.
"Aku tau. Kau tidak ingin ke kantin?" tanya jenny, mencoba melepas semua perkataan yang tidak berkenan di hatinya.
"Yah, mungkin kita bisa berjalan bersama."
Jenny mengganguk menanggapi perkataan pria di depannya, menyetujui berjalan bersama menuju ke arah kantin.
***
____________________________________
Halo semua...
Masih ada yang bacakah?
Sorry yah, mood aku rusak bener. Jadi gitu deh. Mungkin Minggu ini aku coba tamatkan.
Terima kasih.
*Guswillder
![](https://img.wattpad.com/cover/127510769-288-k129989.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The book of the elements : (The Rise Of Demons)[Belum Di Revisi]
FantasyFantasy, action and minor romance in one story. Rank 16 in fantasy (18/1/2018) Masih amburadul gan. [REVISI HABIS HABISAN SETELAH TAMAT] Beberapa Part Di private. Follow untuk membaca keseluruhan ! ----- Banyak anak di dunia di lahirkan hanya untuk...