Alice berlari menuju ke arah tengah sekolah sihir vanderwick.
Dia berharap penuh raven berada disana, menunggunya dengan sebuah senyuman, dan penjelasan darinya.Alice telah sampai di ujung lorong, melihat ke arah bangku panjang di ujung lapangan. Harapannya terpenuhi ketika melihat raven yang duduk di sana, memandangi ke arah depan dengan tatapan kosongnya. Alice berjalan dengan perlahan, menghampiri raven yang tampak begitu tenang disana. Tapi langkah kakinya terhenti sejenak ketika raven mengetahuinya.
"Aku pikir kau tidak akan datang," ujar raven.
"Aku sudah disini," tanggap Alice melanjutkan perjalannya dan duduk di samping raven.
Suasana hening sejenak menghampiri mereka. Alice melirik ke arah raven dan menginginkan ia memulai pembicaraannya. Namun, dari tadi raven masih diam tanpa melihat, ataupun melirik ke arah Alice. Alice memaklumi sifat seorang lelaki di sampingnya. Sudah setengah tahun lebih Alice mengenalnya. Raven memiliki perasaan yang terlalu mudah untuk di sentuh.
Alice mulai berbicara memecah keheningan, "apa kita akan berdiam diri seperti ini?" tanyanya.
"Yah, jika itu diperlukan."
"Ayolah raven, kau tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ceritakan padaku apa yang membuatmu seperti ini."
Raven menoleh ke arah Alice dengan tatapan datar, tetapi Alice menyambutnya dengan sebuah senyuman manis di wajahnya. Dia mencoba untuk membuat raven merasa lebih baik.
"Apa kau mau berpasangan bersama Morgan?" tanya raven dengan nada datar.
"Tidak, aku tidak pernah menginginkannya."
"Kenapa?" tanya kembali raven.
"Kami tidak pernah dekat di organisasi. Itu mungkin alasannya."
Keseharian Alice berada di organisasi tidak ada rasa kedekatan bersama Morgan. Dia hanya menanggapi sejenak perkataan Morgan kepadanya. Dia tidak ingin menjadi seperti orang yang membalas perasaan lawan jenis yang tidak di sukainya.
"Kenapa kau langsung pergi tadi?" tanya alice.
"Kau pikir aku baik-baik saja setelah mendengar itu?, Morgan mengajakmu."
"Apa kau cemburu raven?" Tanya kembali Alice seraya tertawa kecil.
"Ini bukan masalah kecemburuan Alice. Ini lebih dari itu," jawab raven menatap tajam ke arah Alice.
"Ada apa?"
"Morgan menemuiku semalam sore. Dia mengatakan bahwa dia jatuh cinta kepadamu. Aku hanya terdiam dan tidak tau harus melakukan apa. Dia ingin aku membantunya."
Alice terpaku sejenak. Dia tidak pernah terfikir bahwa Morgan akan melakukan itu. Seorang seperti Morgan sepertinya tidak akan memberitahukan hal sepenting itu kepada seseorang yang tidak pernah dekat dengannya.
"Aku tidak menyukainya raven. Kenapa kau harus peduli," seru Alice menatap ke arah raven.
"Karena aku jatuh cinta kepadamu."
Jantung Alice berdetak kencang. Aliran darahnya bergejolak. Dia tidak percaya bahwa raven akan mengatakan hal itu di tempat seperti ini. Perasaan bahagia bercampur dengan kesedihan mengaduk dirinya. Di sisi lain jenny sepertinya sudah membencinya.
"A-apa kau serius?" tanya Alice.
"Yah, aku sangat serius."
"Tapi.. bagaimana bisa?"tanya kembali Alice.
"Alice. Saat pertama kali berjumpa denganmu. Aku tidak tau apa yang di pikirkan wanita bodoh ini... Tapi, kebodohan itulah yang bisa mendekatkanmu padaku. Kau merubah hidupku Alice. Segala tentangku telah kau rubah Alice. Dengan semua yang kau lakukan.. itulah yang membuatku jatuh cinta kepadamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
The book of the elements : (The Rise Of Demons)[Belum Di Revisi]
FantasíaFantasy, action and minor romance in one story. Rank 16 in fantasy (18/1/2018) Masih amburadul gan. [REVISI HABIS HABISAN SETELAH TAMAT] Beberapa Part Di private. Follow untuk membaca keseluruhan ! ----- Banyak anak di dunia di lahirkan hanya untuk...