9. Red Eyes

95 44 15
                                    

Kemudian Lusi dan teman-teman barunya pergi ke aula utama bersama.

" Hei Celosia, hati-hati. " ucap lelaki berseragam anggota pelindung tadi.

" Baiklah, Albert. " ucap Celosia dengan senyuman manis terukir di wajahnya.

Lusi, Scarlet maupun Sarisha bingung melihat Celosia serta lelaki tadi yang terlihat akrab.

" Hei..hei.., kamu kenal orang tadi? Bagaimana bisa? " tanya Scarlet masih dengan tatapan bingung ketika Celosia berjalan menuju mereka.

Lusi dapat melihat jelas bahwa mata Celosia yang tadinya berwarna biru kristal berubah menjadi pink muda, namun ia tidak mempertanyakannya.

" Hm? Dia... " baru saja Celosia ingin menjawabnya, terdengar suara pengumuman.

Harap semua murid segera berkumpul di aula utama. Tes bertarung akan segera dimulai.

" Hei teman-teman, ayo kita segera pergi ke sana. " Ajakkan Sarisha membuat mereka semua segera pergi kesana dengan agak terburu-buru. Mengingat letak mereka berdiri sekarang yang agak jauh dari aula utama.

Ha... Sepertinya ia melupakan pertanyaanku, batin Scarlet. Melihat mereka segera pergi, Scarlet juga segera menyusul mereka.

Setelah mereka tiba, suasana ramai adalah yang pertama terasa. Semuanya saling mempersiapkan kemampuan mereka. Bahkan Lusi dapat melihat begitu banyak Guardian disini.

" Hei Lusi! " terdengar olehnya seseorang sedang memanggilnya, suaranya agak familiar, namun siapa? Ketika ia mencari asal suara itu... Lusi hampir saja mencium seekor rusa.

" Huaaaa! " Lusi berteriak kaget dan segera menjauh dari rusa itu, tunggu.. Itu bukan rusa namun Qirin. Setelah itu akhirnya ia mengingat siapa yang memanggilnya.

" Oh hai Rose! " Sapa Lusi saat mata mereka berhadapan. Ia bisa melihat Rose sedang menunggangi guardiannya, Qirin.

" Berhati-hatilah nanti, mungkin saja lawanmu adalah aku. Aku tidak akan segan menyerangmu loh.. " ucap Rose dengan tenang.

" Jika kamu lawanku, maka kamu yang harus berhati-hati. " balas Lusi sambil tersenyum.

Sebelum berbalik, Rose tersenyum dan pergi membantu murid lainnya.

***

Lusi Pov

Oh-ow... Apakah ini ujian dari-Nya?! Mengapa aku harus melawan tingkatan susah di tahap pertama?! Aku tahu ketika lawanku memasuki arena. Aku dapat mengenalinya, sebelumnya kami sempat bertemu. Hanya sebentar, namun cukup untuk mengukur kekuatannya. Mata ambernya menatapku dengan tenang, seolah ia mampu mengalahkanku kapan saja.

" Oh hai, bertemu lagi ya. " ucap orang itu, yang bisa dikenali sebagai Albert.

" Um, ya, hai lagi. " ucapku agak canggung. Oh sungguh tidak aku sangka, mengapa mereka tidak memberiku lawan yang mudah saja? Seharusnya mereka tahu bahwa ia cukup sulit dikalahkan.

Arena bertarung ini disesuaikan dengan keadaan medan tempur yang asli, sehingga keadaan lingkungan untuk bertarung terasa lebih realistis.

Tiba-tiba terdengar suara mikrophone.

" Kedua petarung telah memasuki arena. Bersedia.... "

Eh? Aku belum siap sama sekali!!

" 3 "

Oh gawat!

" 2 "

Tidak-tidak-tidak!!!

" 1 "

Oh ow...

My Spirit Guardian [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang