Kemudian Lusi meminjam buku tersebut, memasukkannya ke dalam tas dan pergi ke ruang berlatih.
Saat ia tiba di depan pintu, tiba-tiba...
ROOAAARRR!!
" APA ITU! " Teriak Lusi sendiri di dalam pikirannya. Sebenarnya ia menjadi ragu untuk membuka pintu itu, namun ia perlu berlatih jadi ia memberanikan dirinya untuk membuka pintu itu.
Saat ia membuka pintu ruang latihan, seseorang menabrak lengan Lusi, orang itu terjatuh namun ia bangkit dan berlari lagi dengan tergesa-gesa, sehingga Lusi tidak sempat melihatnya.
" Ada apa dengan orang itu? Sudah menabrak, tidak meminta maaf, lalu malah berlari lagi. Seperti sedang dikejar monster saja. " pikir Lusi dengan kesal sambil melihat orang tadi.
" AWAS!!! " teriak orang lain dari dalam ruang latihan.
Whoosh
" Eh? " Saat lusi melihat ke asal suara tiba-tiba ada bola api yang terbang ke arahnya.
Karena kaget, Lusi terjatuh.
Kemudian bola api itu melesat diatas kepalanya, diiringi seseorang yang berlari melintasi Lusi dengan kobaran api.
" BENAR-BENAR MIRIP MONSTER! " teriak Lusi dalam hati.
Kemudian seorang gadis berambut kuning panjang bergelombang menghampiri Lusi yang masih kaget itu.
" Hei, apakah kamu baik-baik saja? " ucap gadis itu sambil membantu Lusi berdiri.
" Ya, aku baik-baik saja, terima kasih ya. " ucap Lusi.
" Tolong maafkan kedua orang tadi, mereka memang seperti itu. Oiya, namamu siapa? " ucap gadis tadi.
" Um, namaku Lusi, dan kamu? " balas Lusi.
" Sarisha, senang berkenalan denganmu, Lusi. " ucap gadis bernama Sarisha itu.
" Ya, senang berkenalan denganmu juga, Sarisha. " balas Lusi.
Setelah itu mereka duduk mengobrol di bangku santai, berkenalan satu sama lain. Lalu dilanjutkan dengan latihan bersama mereka.
Lusi mencoba menciptakan bola air yang cukup besar, lalu dibentuk menjadi sebuah pedang yang kemudian dibekukan menjadi es dalam sekejap. Ini adalah satu-satunya senjata yang mampu ia buat dan kuasai sejak kecil.
" Woah... Mengagumkan. " ucap Sarisha.
Lalu giliran Sarisha yang menggunakan sihirnya. Ketika ia sedang terlihat fokus menggunakan sihirnya, angin disekitarnya perlahan menjadi semakin kencang. Angin di sekelilingnya semakin lama, semakin kencang, seakan-akan mereka sedang berada di tengah-tengah badai.
Beberapa bangku mulai berterbangan rendah. Saat Sarisha menghentikan sihirnya, seketika semua bangku langsung jatuh.
" Hehe... Hanya itu yang mampu aku buat untuk saat ini" ucap Sarisha perlahan.
" Itu hebat kok, tidak buruk. " Lucy menambahkan.
" Terima kasih. " Balas Sarisha.
Mereka berdua terus berlatih, hingga seorang gadis berambut agak merah mendatangi mereka sambil menarik kerah jaket beserta pemakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spirit Guardian [Sedang Direvisi]
FantasíaKetika aku mulai menyadari bahwa aku berbeda dari yang lain, semuanya mulai berubah. Pengorbanan atas setiap tindakan sudah pasti diperlukan. Namun, apakah semua ini harus terjadi? Kenapa dari sekian banyaknya orang, aku yang harus melakukan ini? A...