Kini aku harus menenangkan Celosia.
"Teman-teman! Ayo cepat bantu aku!" aku memanggil teman-temanku saat melihat mereka di tepi arena. Tentu saja muka panik mereka terlihat jelas.
" Apa yang terjadi di sini? " tanya Sarisha memulai percakapan. Dia terlihat sangat khawatir.
" Tempat ini seperti habis dihancurkan monster saja. " Scarlet menebak dengan sangat tepat.
" Ya, sebenarnya barusan ada naga datang kesini dan hampir menculikku, atau mungkin memakanku, serta naga tadi hampir membunuh Albert. " setidaknya itu yang kuingat.
" Tapi bukan itu yang harus kita khawatirkan sekarang, kita harus menenangkan Celosia. Jika tidak, arena ini mungin akan beku seluruhnya. " semoga mereka dapat membantu.
"Memangnya ada apa dengan Celosia?" Wah... Sarisha sangat teliti.
"Aku juga kurang tahu, tadi sewaktu naga merah hampir membunuh Albert, Celosia melepaskan aura tenaga yang kuat dan membuat hampir semua area disini menjadi beku. Kini walaupun naga tadi sudah menghilang, ia masih tetap terlihat tidak tenang. Mungkin saja ia masih merasa syok, ia baru saja melihat seekor naga yang ganas dan kakaknya yang hampir terbunuh." kurasa aku membuang-buang waktu menjelaskan panjang lebar seperti ini.
" Tunggu, kakak Celosia maksudmu adalah Albert? " Aku hanya mengangguk tanda iya. ".Pantas saja mereka terlihat akrab dan mirip." Scarlet betul-betul memperhatikan ya?
Scarlet adalah yang pertama pergi menuju Celosia. Tapi ia mengepalkan telapak tangannya dan membuatnya dilapisi api. Setelah itu, aku terkejut. Aku menyadari ia mau memukul Celosia dengan apinya.
Celosia yang sedaritadi menggunakan sihir es, kini menggunakan air untuk menerjang Scarlet hingga basah dan terpental jauh menuju dinding.
" Hei! Kau mau membuatku mati?! " Scarlet berteriak kencang pada Celosia, walaupun jika dia yang meninju Celosia mungkin saja yang terjadi adalah sebaliknya.
" Lusi, bantu aku. Jika bisa, buatlah es yang dikendalikan Celosia agar tidak meluas. Kamu bisa menggunakan sihir es kan? " Sepertinya sekarang giliran Sarisha untuk menyerangnya, eh.. Sebenarnya aku tidak tahu apa yang mau dia lakukan pada Celosia, namun aku mengangguk tanda setuju dariku.
Sarisha menggunakan sihir anginnya membuat sebuah angin kencang yang mengelilingi Celosia, membuat kendali sihir esnya tidak terlalu meluas dan berusaha membuatnya tenang.
Oh, aku tahu maksudnya. Aku pernah mendengar bahwa angin kencang yang mengelilingi kita dapat membuat sesak karena susah bernapas.
Sejauh yang kulihat sepertinya usaha Sarisha berhasil. Sihir Celosia perlahan melemah dan membuatku dapat mengendalikan esnya lebih mudah.
Kemudian, Celosia ambruk di tanah. Aku segera menghampirinya untuk melihat kondisinya.
Napasnya tersengal-sengal dan kondisinya agak lemah, namun ia tidak kehilangan kesadaran dan bahkan ia masih membuka matanya walaupun agak menutup.
" Maaf " itulah kata-kata yang pertama keluar dari mulutnya.
" Maaf sudah membuat kacau dan melukai kalian, aku hanya terlalu terbawa emosi. " Dapat kulihat Celosia meneteskan air mata kecil. Warna matanya berubah menjadi ungu muda.
" Tak apa, aku tahu kamu begitu kaget melihatnya. " aku berusaha menenangkan Celosia. Aku masih bertanya-tanya tentang warna pelangi di mata Celosia, namun aku tahu ini bukan waktu yang tepat.
Sarisha juga terduduk lemas, mungkin sihir angin yang ia gunakan lumayan menguras energinya.
Scarlet memanggil guardiannya, seekor harimau api, kemudian menghampiri Sarisha dan mengangkatnya ke atas punggung harimau itu. Lalu ia menuju kemari " Hei Lusi, biar aku yang membawa Sarisha dan Celosia ke ruang perawatan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spirit Guardian [Sedang Direvisi]
FantasíaKetika aku mulai menyadari bahwa aku berbeda dari yang lain, semuanya mulai berubah. Pengorbanan atas setiap tindakan sudah pasti diperlukan. Namun, apakah semua ini harus terjadi? Kenapa dari sekian banyaknya orang, aku yang harus melakukan ini? A...