***
Mana sih mana insipirasi cemerlang? Kemana dikau pergi? Hiks...***
***
Wulan sedang senang, bahagia, padahal sebelumnya dia terus saja galau dan bawaannya marah terus seperti cewek yang sedang PMS !!
Lalu, kenapa sekarang dia merasa senang? Jawabannya adalah karena pagi tadi, saat Wulan baru datang ke sekolah, sang Arjuna lewat dan senyum padanya!!
Ingat, Arjuna senyum padanya!!!
"Dia senyum..." Kata Wulan pada Pipit yang berjalan di sebelahnya. Mendengar itu, Pipit cuma memutar mata dan tidak mengatakan apapun sampai sekarang.
"Eh, kamu tahu gak kalau bentar lagi dia ultah?" Tanya Pipit setelah sekian lama diam.
Wulan mengerjap, dia menatap Pipit dan nyengir lebar.
Benar juga. Arjuna Redi memang ultah sebentar lagi! Kenapa Wulan sampai nyaris lupa? Ah, untung saja Pipit ngingetin!!!
"Aku kasih kado apa yah?" Tanya Wulan. Pipit tersenyum geli.
"Kalian emang saling kenal sampe kamu kepikiran kasih kado segala?"
Ih, Pipit ini maunya apa sih?! Tadi dia yang ngingetin soal ultah Arjuna Redi, setelah Wulan memutuskan membeli kado, Pipit malah meruntuhkan segala rasa bahagia di hati Wulan.
Pipit itu sahabat macam apa?!
"Makanya aku beli kado, terus kasih ke dia, baru deh kenalan." Tukas Wulan penuh percaya diri. Dia sangat yakin usahanya akan berhasil.
Dia akan mengenal Arjuna Redi lebih dekat lagi setelah memberikan kado!
Masalahnya, kado apa?!
Sepulang sekolah, Wulan memaksa Pipit menemani dia berburu kado di mall, Wulan mencari sesuatu yang pas untuk sang pujaan hati.
"Tidak, dia gak suka pake topi." Kata Wulan saat Pipit menarik gadis itu ke tumpukan topi.
"Tidak, aku bahkan gak tahu ukuran sepatu dia berapa." Kata Wulan saat Pipit mengusulkan agar Wulan membeli sepatu saja untuk kado.
"Tidak, aku tidak bakal bisa lihat dia pakai kadoku kalau aku kasih baju." Kata Wulan lagi.
Pipit lelah, gemas dan kesal dengan segala hal yang di ucapkan Wulan sebagai bantahan padahal Pipit sudah sukarela membantu.
Ralat, Pipit sama sekali tidak membantu secara sukarela. Dia di paksa!
Setelah hari menjelang senja, barulah Wulan menyerah dan malah membeli sepatu, setelah dia memaksa Pipit untuk bertanya pada salah satu teman sang Arjuna, berapa ukuran sepatu Redi yang sebenarnya.
"Kamu mau nyelipin surat cinta?" Tanya Pipit setelah mereka keluar mall. Wulan menggeleng.
"Katamu dia bahkan gak kenal aku, masa kirim surat cinta? Ntar aja deh kalau sudah kenal." Kata Wulan. Pipit mendengus.
"Tumben banget kamu bijak." Kata Pipit penuh sindiran.
"Aku kan memang bijaksana." Sahut Wulan dengan bangganya. Pipit mendengus.
**
Wulan berlari sekuat tenaga, walaupun jika dari kacamata orang lain dia hanya akan terlihat seperti orang yang sedang jalan santai.
Demi apa, Wulan sangat kesal karena tadi kakaknya begitu lamban sehingga dia harus terlambat ke sekolah demi menunggu kak Venus dandan.
Wulan memang akan berangkat sekolah dengan kakaknya itu yang akan kuliah, tapi, kalau masalah pulang, dia bisa pulang sendiri.
Tidak akan ada yang mengganggunya!
"Wulan Sulastri! Kamu terlambat!" Kata Pak Khusni yang kebetulan sedang piket. Wulan mengangguk saja dan mengatur nafas.
Dalam hati dia bersumpah akan menghajar kak Venus nanti malam karena sudah membuatnya terlambat!
"Mhahafh phak." Kata Wulan terengah. Pak Khusni menatap galak. Tidak terima dengan cara Wulan bicara yang tidak jelas.
"Kamu harus bapak hukum." Kata Pak Khusni yang sudah bisa Wulan tebak sebelumnya. Wulan hanya berharap hukumannya tidak terlalu menyusahkan. "Lari keliling lapangan sepak bola sebanyak sepuluh kali."
Mimpi buruk. Neraka. Wulan menatap Pak Khusni dengan ngeri.
Lapangan sepak bola?! Oh yang benar saja!! Itu jauh lebih luas daripada lapangan basket! Dan lari adalah satu dari sekian banyak bidang yang tidak di kuasai Wulan!
"Bapak mau buat saya kurus?" Tanya Wulan lemah. Pak Khusni tidak menjawab. "Pak, diskon sih..." Wulan membujuk. Pak Khusni melotot.
"Lima belas kalau begitu!"
Apa?!!!
"Pak?!"
"Dua puluh!"
Pak Khusni berniat membunuh Wulan kah?!
"Baik, sepuluh! Sepuluh! Saya gak akan protes!" Seru Wulan sebelum pak Khusni menambah jumlahnya ke angka lebih jauh lagi.
"Lima belas." Kata Pak Khusni tegas. Wulan menahan diri agar tidak protes. Dia mengangguk lemah dan berjalan menuju area yang di maksud untuk eksekusi.
Luas lapangan membuat Wulan rasanya lebih memilih pingsan saja! Dia yakin bakalan langsing setelah menyelesaikan hukuman yang sangat dia ragukan sendiri apakah dia sanggup menghadapinya.
Lari keliling lapangan sebanyak lima belas kali?!
Oh, Wulan sudah tidak sabar untuk melakukannya dan bersenang-senang!!!
Sialan, kak Venus!!!
Dan Wulan mulai berlari... Berlari...
Satu putaran... Dua putaran...
Selamat menikmati hukumanmu, Wulan!!!
*** BERSAMBUNG ***
Hahahaha!!! Saya harap sih Wulan benar-benar menjadi kurus. Tapi, sepertinya harapan saya tidak akan terkabul semudah itu deh...
Duh, yang sabar yah Wulan... Pak guru bermaksud baik kok agar kamu disiplin dan tidak terlambat lagi...
Love You, guys...!!! 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fat Lady √
ChickLitGemuk? Hey, tidak perlu lah minder... Wulan saja bisa menjalani hidupnya dengan sangat santai dan tidak memusingkan apapun. Yeah, walau pada akhirnya dia memiliki keinginan untuk menurunkan berat badan. Apakah dia akan berhasil dengan misi penurunan...