Delapan

1.5K 132 2
                                    

***

Saat apa yang kau yakini dan kau percaya ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, itu adalah rasa sakit dan kecewa yang teramat sangat.
Tapi, percayalah, akan datang hari di mana semua kesakitan itu terganti dengan senyum bahagia..
Yang perlu kita lakukan cuma bersabar.
Klasik? Memang.

***

Happy Reading, guys!!

***

***

Wulan tidak bisa melenyapkan senyumnya. Bagaimana bisa? Saat ini Pak Zakaria yang ganteng itu tengah duduk di sebelahnya!!

Kalian baca itu?! Di sebelahnya, wahai para pembaca budiman!!!

Bukan apa-apa sih, hanya karena Pak Zakaria tengah membantu Wulan mengerjakan tugas saja. Guru itu memang biasa berkeliling kelas saat memberi tugas!

Mengecek murid satu persatu! Seperti anak TK saja. Tapi, memang terbukti efektif sih!

"Paham, Wulan?" Tanya Pak Zakaria. Wulan mengangguk padahal otaknya linglung.

Setelah itu Pak guru berlalu dan Pipit kembali mendapatkan kursinya. Gadis itu mendengus karena melihat tampang Wulan yang menyebalkan.

Oooohhh Pipit cuma kesal.

Setelah pelajaran usai, Wulan mengajak Pipit ke kantin. Suasana hatinya sangat luar biasa karena bahagia oleh pak guru yang cetar membahana! LOL.

Wulan berjanji akan mentraktir Pipit di kantin. Apapun yang di beli sahabatnya itu.

Pipit tentu saja senang, dia tidak akan melewatkan makan siang gratis, ha-ha-ha!

"Gimana? Pagi tadi kamu dapat surat dan coklat lagi?" Tanya Pipit sambil lalu. Wulan mengangguk. Dia bahkan masih ingat dengan jelas isi surat dari orang entah siapa itu.

Sederhana, tapi, mampu membuat Wulan penasaran dan cengengesan sendiri, mengabaikan gerutuan Venus dan sejenisnya.

'Pagi indah, matahari bersinar cerah.
Walau sudah cukup lama tak melihatmu, aku tahu kamu baik di sana.
Doaku selalu menyertaimu.
Aku harap kamu bahagia selalu.
Memandang sang surya yang cerah berharap kita segera bertemu.'

Bukankah surat itu begitu manis? Siapapun yang mengirim, Wulan sangat yakin jika orang itu sangat romantis dan puitis!!

Manis sekali... Dan Wulan penasaran!

Siapa sih orang ini?!

"Aku iri padamu." Kata Pipit tiba-tiba. Wulan mengerjap memandangnya.

Bagi Wulan, konsep di mana Pipit iri padanya adalah sesuatu yang tidak masuk akal.

Bagaimana mungkin orang secantik Pipit iri pada Wulan yang jelek dan memiliki tubuh yang amat sangat subur?!

Bukankah itu sangat tidak masuk akal?! Kecuali mungkin Pipit bermaksud mengoloknya!

"Kenapa kamu bilang begitu?" Tanya Wulan kemudian.

Bukannya menjawab, Pipit cuma tersenyum dan kembali makan. Wulan tidak mengerti dengan Pipit hari ini. Aneh.

Saat pulang sekolah, hujan turun dengan lebatnya padahal bukan musim penghujan. Banyak siswa yang menggerung mengeluh karena terjebak hujan.

Termasuk Wulan yang terpaksa menunggu Venus menjemputnya dan itu bukan waktu singkat!

"Yeah hujan, aku mau main hujan deh!" Kata Pipit.

"Kok kaya bocah?" Tanya Wulan geli. Pipit nyengir. Dia malah sudah melepas sepatunya.

"Hayuklah!" Ajak Pipit.

"Gak ah, jangan gila deh! Mending kamu naik taksi, Pit!" Seru Wulan. Pipit tersenyum dan berlari meninggalkan Wulan.

Wulan melongo.

Memang sih banyak juga yang memutuskan menembus hujan. Tapi, Wulan tidak mau. Karena dia pasti akan membeku jika ikutan, dan sejujurnya Wulan tidak mau membeku.

Setelah dua jam dan huja sudah hampir reda, Venus datang dan Wulan langsung masuk ke dalam mobil. Tidak mengatakan apapun karena sudah terlalu lelah menunggu.

Hari cerah apaan?! Pikir Wulan marah saat mendadak dia teringat surat kaleng pagi tadi.

"Harusnya kamu pulang naik taksi." Kata Venus mengomel sambil mengemudi. Wulan diam saja karena malas berdebat. Dan syukurlah Venus juga tidak memperpanjang hal ini.

"Kak, ke KFC dulu sih, laper tahu." Kata Wulan saat melihat KFC di tepi jalan. Venus lelah jadi dia tidak mendebat dan menepikan mobil di depan KFC yang lumayan ramai.

Dua kakak-beradik itu masuk ke dalam. Wulan menggigil. Dia memesan burger dan duduk di tempat sang kakak yang sudah duduk lebih dulu.

"Laper." Kata Wulan tidak penting.

Wulan mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan. Kemudian matanya mengerjap beberapa kali saat melihat dua orang yang duduk dekat jendela.

Bergandengan tangan dan mengobrol dengan riangnya. Nahasnya, Wulan kenal dua orang itu. Sangat malah. Sialnya, mereka adalah...

Pipit dan juga.... Redi...!

Oh, Wulan merasa jantungnya di remas menyakitkan.

Ada hubungan apa dua orang itu?!

Wulan tidak mendengarkan ocehan Venus. Dia mengikuti insting dan berdiri, menghampiri dua orang yang terlihat mesra itu. Berdiri di samping meja mereka.

Pipit membelalak. Wulan muram.

"Pit..." Kata Wulan lirih. Dia merasa di khianati. Oh, dia memang di khianati..

"Wulan, ini..." Pipit segera menepis tangan Redi, padahal sejak tadi mereka bergandengan tangan! Pipit berdiri dan mencoba menyentuh Wulan, tapi, Wulan sudah terlanjur kecewa dan sakit hati.

Dari sekian banyak orang kenapa harus Pipit?!!!

"Kalian..."

"Wulan, aku bisa jelasin!"

Dan Wulan tidak mau mendengar apapun lagi!!


*** BERSAMBUNG ***

Tidak bisa berkata-kata... Saya sendiri pernah mengalami apa yang di alami si Wulan.

Di khianati sahabat sendiri.

Walaupun di sini sebenarnya Wulan masih lebih baik karena Redi bukanlah pacarnya.

Dulu, sahabat dan pacar berkhianat padaku... Hiks... Kenapa jadi curhat? #plak

But, semoga suka, guys... Hiks saya mau mewek dulu karena baper!!!

😭😭😭😭😭😭😭😭


The Fat Lady √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang