Sepuluh

1.5K 147 3
                                    

***

Happy Reading, guys!!

***

***

Wulan mau diet, itu yang dia putuskan saat pulang sekolah. Saat kali tadi dia melihat dengan jelas bahwa Redi membonceng Pipit.

Rupanya selama ini, Pipit lah yang Wulan lihat di boncengan Redi. Wulan merasa benar-benar menjadi manusia paling bodoh karena baru menyadarinya sekarang.

Wulan akan diet.

Dia mengeluarkan semua camilan dari kulkas. Keripik, biskuit, eskrim dan juga coklat! Dia mengeluarkan semua itu dan membuangnya ke tempat sampah yang ada di depan rumah.

Wulan tidak percaya jika di dunia ini ada orang yang mau menerima kekurangan. Wulan sama sekali tidak percaya! Semua orang jelas memandang dari segi fisik! Ucapan Venus saat di mobil pagi tadi jelas di katakan hanya untuk menghibur saja! Tidak berdasarkan fakta.

Wulan menolak makan malam. Dia mengabaikan rasa lapar dan segalanya. Dia harus berdiet. Jika Venus saja bisa memiliki bentuk tubuh sempurna, Wulan yakin dia juga bisa.

Gemuk bukan faktor keturunan kan? Karena di keluarga, cuma Wulan yang memiliki berat badan melimpah ruah! Kedua kakaknya tidak, kedua orangtuanya juga tidak.

Jadi, Wulan yakin, dia akan bisa! Dia akan membuktikan pada semua orang kalau dia bisa!

Wulan harus bisa!!

Sayangnya, tekad dan kenyataan tidak sejalan. Wulan benar-benar kelaparan saat pagi, dia juga menolak sarapan dan minum susu. Wulan cuma minum dua gelas air putih untuk mengganjal perutnya.

Perutnya kembung namun kelaparan. Tapi, Wulan sudah bertekad.

Dan saat dia keluar rumah, dia kembali menemukan sebatang coklat juga surat yang di timpa si coklat. Mengernyit, Wulan mengambil coklat itu dan membaca suratnya.

Berapa hari aku tak melihatmu?
Aku cuma bisa melihatmu dari jauh tanpa memiliki keberanian mendekat.
Aku cuma bisa berharap kelak kamu akan melihat ke arahku.
Aku harap kamu tersenyum lagi padaku.
Pamerkan senyuman itu pada seluruh dunia.
Kapan kita akan berjumpa, Wulan ?

Wulan menghela nafas dan duduk di kursi. Siapapun orang yang mengirim surat itu, sepertinya orang itu cukup mengenal Wulan.

Tapi, siapa?

Wulan merasa dia tidak mengenal banyak orang. Apalagi bisa membuat orang itu berbuat seperti ini!

Wulan memandang si coklat dengan hampa. Perutnya bergolak menginginkan coklat itu. Tapi, Wulan sudah bertekad untuk diet dan coklat sama sekali tidak baik untuk tekadnya.

Wulan kembali masuk ke dalam rumah dan meletakan si coklat begitu saja di meja makan kemudian Wulan masuk ke kamarnya.

Biasanya ketika Minggu begini, Wulan bisa berchatting ria dengan Pipit. Sekarang? Wulan tidak sanggup berpura-pura segalanya baik-baik saja dengan sahabatnya itu sementara hatinya masih sakit.

Tidak, Wulan tidak membenci Pipit. Wulan cuma butuh waktu untuk memulihkan sakit hatinya.

Too Much To Ask ~ Niall Horan : Play

Wulan terus mengulang-ulang lagu itu dan malah semakin baper. Tapi, toh dia tidak kunjung mengganti lagunya.

Wulan seakan tenggelam dan benar-benar paham apa yang di rasakan sang idola lewat lirik-lirik lagu tersebut.

Orang sesempurna dan seimut itu saja bisa sakit, apalagi Wulan?!

***

"Kamu masih marah padaku?" Tanya Pipit saat jam istirahat. Wulan cuma menatapnya. "Wulan..."

"Aku butuh waktu, Pit." Kata Wulan. Pipit menghela nafas dan meninggalkan kelas.

Wulan memang tinggal di kelas saat jam istirahat. Dia tidak ke kantin seperti biasa karena masih diet. Dan ini baru hari ketiga dia diet, jelas sama sekali masih belum berpengaruh!

Tubuhnya saja masih bulat, dari atas sampai bawah, bulat! Konsisten!

Venus sama sekali tidak mendukung metode yang di terapkan Wulan. Kata Venus, membuat diri sendiri kelaparan adalah bukan metode yang benar.

Gampang saja dia bicara begitu karena Venus tidak perlu diet dia sudah memiliki tubuh yang sempurna! Lain hal dengan Wulan!

Oke, di mana adilnya ini?

Saat pulang sekolah, hujan turun dengan derasnya. Wulan tidak peduli dan berjalan menembus hujan untuk mencari taksi.

Kemudian Wulan teringat saat Pipit mengatakan dia ingin main hujan dan cewek itu menembus hujan begitu saja. Itu adalah hari di mana Wulan mengetahui segalanya.

Wulan menghentikan taksi saat rumahnya bahkan masih jauh. Wulan juga mau main hujan. Karena marah, jujur saja.

Wulan berjalan menembus hujan dan langsung saja bajunya basah. Putus asa karena ketololannya!

"Mbak?" Panggil sebuah suara dari arah belakang. Wulan berbalik. "Kenapa hujan-hujanan?" Tanya orang itu.

Dia membawa payung dan langsung menaungi Wulan dengan payungnya. Berbagi payung seperti yang ada di drama-drama itu.

Dulu, Wulan pernah menghayal bisa melakukan ini dengan Redi. Sekarang tidak lagi.

"Ayo aku anterin sampai rumah." Kata orang itu lagi.

Sejak tadi Wulan diam saja karena terlalu terpesona. Pasalnya, entah kenapa, di bawah hujan begini, dia baru sadar jika orang itu sangat tampan dan manis.

Bumi tersenyum.

"Hei, mbak? Kok bengong? Ayo aku anterin pulang." Desak cowok itu. Wulan tersenyum dan mengangguk. Mereka berjalan beriringan dalam diam.

"Di sini." Kata Wulan saat sampai di depan rumahnya. Dia menoleh dan berniat mengucapkan terima kasih. Kemudian dia sadar satu hal.

Bahwa separuh dari diri Bumi basah. Bajunya basah sementara Wulan sejak tadi tidak merasakan tetesan hujan.

Apakah Bumi membiarkan dirinya sendiri terkena hujan karena Wulan?!

Wulan tercekat.

"Kalau begitu, masuklah. Saya masih harus bekerja." Kata Bumi tersenyum. Dia berbalik dan meninggalkan Wulan, bahkan Wulan belum mengucapkan terima kasih.

Wulan terdiam di tempatnya, memandang punggung Bumi yang perlahan tidak terlihat.



*** BERSAMBUNG ***

Uuuuuhhh soooo sweeeeeeetttttt....!!!!
Sooooo rrrroommmaannttiiiiicccc...!!!

Apakah... Hmmm...

Love You, guys!!!  😘😘

The Fat Lady √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang