Lima

1.5K 136 0
                                    

***
Langsung saja yah... Saya meh apa atuh, gak ngarep banyak. Saya meh cukup tahu diri. Saya ini masih amatiran yang datang dengan sejuta angan. Wkwkwkwkwkwk #plak !!

***


***

Sekali lagi, Wulan kembali merasa galau. Karena sekali lagi dia melihat sang pujaan hati pulang dengan cewek misterius yang entah siapa.

Ah, Wulan galau dan patah hati. Dia bahkan tidak terlalu memperhatikan saat mas kasir di Alfamart itu menyapa dan mengatakan bahwa Wulan mendapatkan hadiah coklat gratis karena jumlah yang dia belanjakan di sana. Wulan terlalu fokus dengan masalah hatinya dan berpikir bahwa dia akan membutuhkan camilan banyak nanti.

Wulan menangis sambil mendengarkan lagu-lagu favoritnya dan makan keripik juga coklat yang tidak terkira jumlahnya.

Venus masuk ke kamar Wulan dan berdecak melihat kelakuan adiknya itu yang alay minta ampun.

"Kenapa nangis?" Tanya Venus kesal. Pasalnya dia tadi sedang bertelepon ria denhan Yoga, pacarnya, tapi, suara berisik dari kamar adiknya itu jadi Venus memutuskan untuk mengecek.

"Kakak! Gak peka banget sih? Aku patah hati!" Wulan melolong. Venus mendengus.

"Kenapa? Apa idolamu itu jadi nikah?" Tanya Venus geli. Pasalnya, Wulan pernah menangis bombay saat mendengar sang idola sudah punya pacar. Tapi, seminggu kemudian Wulan kembali ceria dan mengatakan ternyata gosip itu tidak benar.

Wulan memang alay! Jadi, Venus bosan sekali.

"Bukan tentang Niall, kakak!" Seru Wulan tidak terima. Dia mengusap air matanya dengan punggung tangan dan kembali menggigit coklat. Venus mendengus. "Ini soal Arjuna di sekolah..." Kata Wulan merana.

Ini juga bukan pertama kalinya Venus mendengar tentang 'Arjuna' di sekolah Wulan. Karena baru beberapa hari lalu Wulan juga pernah begini karena si Arjuna itu.

Sekarang mulai lagi? Padahal kemarin lusa Wulan baru saja sesumbar kalau tidak lama lagi dia akan berhasil mendapatkan sang Arjuna itu!

"Kenapa? Si Arjuna itu punya pacar?" Mau tak mau Venus merasa simpati. Wulan membersit hidungnya. Venus langsung mengurungkan niatnya untuk simpati!!

"Gak tahu sih. Tapi, tadi dia bonceng cewek yang kemarin itu lagi..." Raung Wulan. Venus menghela nafas. "...kalau mereka pacaran, aku mesti gimana?"

Cari yang lain, Wulan.

Itu yang ingin di katakan Venus. Tapi, dia tidak sampai hati. Jadi, dia membiarkan saja Wulan menangis dan makan semua camilan yang tadi di beli di Alfamart dalam waktu sekejap.

**

Hari ini sang Arjuna Redi ultah! Tentu saja cowok itu mendapat banyak hadiah sebagai seorang idola sekolah. Banyak yang memberi cowok itu kado.

Dari yang menggunakan cara diam-diam seperti menyelundupkan si kado di loker cowok itu, sampai yang nekat dengan memberikan kado secara langsung pada Arjuna Redi.

Wulan tengah dilema. Dia tidak tahu harus menggunakan metode yang mana untuk sang Arjuna. Oh, Wulan sudah melupakan cewek yang di bonceng Arjuna beberapa hari lalu.

"Udah kasih aja langsung." Pipit mengusulkan untuk ketiga kalinya hari itu. Dia jengah melihat Wulan yang belingsatan seperti ayam kebelet kawin.

"Aku malu." Kata Wulan frustasi. Pipit memutar matanya.

"Kan kamu yang bilang kalau pengen kenal dia!" Pipit mengingatkan. Wulan mengangguk.

"Iya sih. Tapi..."

Wulan memeluk kado untuk sang Arjuna dengan erat. Tentu saja semua warga seolah sudah menduga bahwa kado itu untuk Arjuna Redi. Mengingat separuh cewek di sana bersemangat sekali dengan ultah sang idola.

"Kamu mau ambil kesempatan ini atau gak sih?" Sergah Pipit. Wulan menatapnya dengan raut sengsara.

"Aku titip kamu aja yah?"

"BIG NO!" Sahut Pipit tegas. Wulan memelas. Pipit menggeleng. Menolak tegas. Ogah.

"Ayolah, please..."

"Kamu harus lakuin sendiri, biar bisa kenalan langsung." Kata Pipit tegas, mengangguk.

Wulan kesal sekaligus putus asa setengah merana.

"Baiklah." Kata Wulan, dia beranjak dari kursinya, membawa si kado dan menarik nafas panjang. "Doain aku." Kata Wulan pada Pipit.

"Semangat!" Kata Pipit, mengangkat kepalan tangannya. Wulan mengangguk dan beranjak mencari sang Arjuna.

Dan karena Redi adalah sosok yang mudah sekali di temukan, tidak susah bagi Wulan.

Dia sudah berhadapan dengan Redi sekarang. Cowok itu sedang berjalan menuju lapangan basket bersama teman-temannya. Mereka kompak memandang Wulan yang menjadi gagap dan gugup seketika.

"Er... I...ni...Bu...buat...mu." kata Wulan gagap, mengangkat si kado di depan Redi yang sekarang menaikan alisnya.

Ketiga teman cowok itu tergelak geli.

"Wah rupanya lu punya pengagum model begini, Re?"

"Ampyun deh..."

"Rekor deh, Re!"

Mereka bertiga tergelak dan terus mengolok. Wulan menunduk dan mendadak dia jadi ingin menangis. Dia ingin lari tapi tidak bisa bergerak.

Bagaimana kalau reaksi Redi seperti teman-temannya yang lain?!

"Udah ah diem." Kata Redi saat ketiga temannya masih saja tertawa. Dia mengambil kado dari tangan Wulan, membuat gadis itu mendongak. "Makasih yah." Kata Redi datar. Wulan mengangguk.

Redi dan ketiga temannya pergi begitu saja setelah itu dan ketiga cowok yang lain itu mulai meledek Redi lagi, itulah yang di dengar Wulan.

Dan nahasnya, Wulan melihat dengan jelas saat Redi membuang kado darinya itu ke tempat sampah dan sekarang keempat cowok itu tertawa.

Wulan.... Patah hati.



*** BERSAMBUNG ***

Hiks hiks hiks... !!!! 😭😭😭😭

Yang sabar yah, Wulan... Kamu pasti bakal bahagia!

Kalau tidak bahagia, tuntut saja author yang gak jelas ini!! #plak!!

Love You, guys!!


The Fat Lady √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang