***
Ketika cinta itu datang, kita tidak bisa memilih atau meminta akan pada siapa cinta itu kita dapatkan...
Biarkan hati yang memilih, karena dari semua anggota tubuh, cuma hati yang bisa jujur...***
Maaf, sudah epilog ini, soalnya memang niatnya juga memiliki episode pendek agar tidak terlalu drama dan berlebihan karena banyak konflik yang tidak jelas.
But, Happy Reading, guys!!!
***
***
Wulan tersenyum lebar saat melihat Bumi yang sudah ada di depan rumahnya. Mereka sudah berjanji akan pergi nonton siang ini dan memang Bumi juga libur. Jadi, kenapa tidak?
Sudah dua bulan sejak pertemuan mereka di taman malam itu, hubungan mereka masih sebatas sahabat, karena Wulan sendiri masih tidak tahu apa yang dia rasakan.
Walaupun Bumi tampan dan selalu baik padanya, Bumi tidak mengatakan apapun. Intinya, Bumi tidak 'nembak' Wulan secara langsung, berbeda dengan apa yang di tulis cowok itu dalam surat kalengnya sebelum mereka bertemu.
Tapi, kelamaan, Wulan akui, dia suka pada cowok itu. Selama ini dia salah paham pada Bumi,dan berpikir bahwa cowok itu cuma seorang kasir, demi Tuhan Wulan bukan materialistis!!
Dia tidak pernah memandang rendah orang lain!!
Tapi, malam itu, di taman, Bumi mengaku bahwa dia sedang melakukan studinya di salah satu kampus swasta, jurusan teknik dan sedang di semester enam!
Dia bekerja di minimarket hanya untuk biaya hidupnya saja, karena biaya kuliah sudah mendapat beasiswa!!!
Luar biasa.
Dan sebenarnya, Bumi adalah asli Padang, ini mengejutkan Wulan juga, karena berarti mereka satu kampung halaman!!!
Di Padang, orangtua Bumi memiliki beberapa 'rumah makan' yang di kelola bersama kakak Bumi yang menetap di sana.
Intinya sudah jelas kan siapa Bumi sebenarnya?!
Pantas saja dia tampan!
*Hei, itu tidak berpengaruh, Wulan!!!
"Sudah siap?" Tanya Bumi nyengir. Wulan mengangguk. "Kamu manis pake warna biru." Celetuk Bumi yang membuat wajah Wulan kontan merah.
Bumi tidak pernah mempermasalahkan penampilan fisik Wulan yang masih saja subur karena diet yang gagal. Bumi juga tidak banyak menuntut. Malah setiap kali mereka jalan, Bumi akan senang sekali membelikan makanan apapun yang di sukai Wulan. Dari eskrim sampai cake coklat!!
"Sayang, kalian sudah mau berangkat?!" Seru Nena yang ikut keluar.
"Tante." Sapa Bumi, mencium tangan wanita itu. Nena tersenyum. "Saya mau ajak Wulan, Tante."
"Oh tentu saja, sayang!" Nena memang sangat menyukai Bumi.
Oh, mereka kan sudah beberapa kali melakukan konspirasi!!! Jangan lupa itu! Hanya saja, Wulan tidak boleh tahu!
"Hati-hati, yah..."
"Ma, kami naik taksi, bukan Bumi yang mengemudi." Gerutu Wulan. Nena mengibaskan tangannya.
Setelah acara pamit yang berlebihan itu, Wulan berderap pergi dan Bumi menyusulnya. Mengabaikan pekikan Nena, mereka masuk ke taksi. Bumi nyengir.
"Ada yang lucu?" Tanya Wulan sementara taksi biru melaju.
"Tidak ada." Sahut Bumi. Wulan menghela nafas. "Oh iya, aku bawa ini buatmu." Kata Bumi, merogoh entah apa dan memberikan sebatang coklat pada Wulan. "Untuk mencerahkan hari." Kata Bumi lagi.
Wulan tersipu dan menerima si coklat. Dia menghayal, kalau dia akan kena penyakit gula karena Bumi terus memberinya coklat dan selalu mengatakan kata-kata manis!!!
Oke, Wulan berlebihan.
"Kalau gini terus, aku bisa berpikir kamu punya pabrik coklat." Kata Wulan. Bumi tertawa.
"Bisa di jadikan nyata kalau kamu suka. Aku akan bikin pabrik coklat." Kata Bumi serius. Alis Wulan naik.
"Lalu akan kau beri nama apa?" Tanya Wulan menanggapi.
"Satelit." Kata Bumi begitu saja. Wulan gugup seketika.
*
Setelah nonton, Bumi mengajak Wulan makan di KFC, karena Wulan sendiri yang meminta dan mengatakan ingin burger.
Bumi cuma tersenyum melihat gadis itu makan. Mengingat lagi saat pertama kali dia melihat Wulan dan langsung tertarik. Perjuangannya saat mencari tahu alamat gadis itu, tidak mudah sebenarnya, tapi, dia berhasil tahu dengan cara licik yang tidak akan dia katakan pada Wulan sebenarnya.
Mengikuti Wulan pulang suatu hari!!! Hust, jangan bilang-bilang!!
"Wulan?" Panggil Bumi, Wulan mendongak dari burgernya. Menatap Bumi. "Kamu mau kan jadi pacarku?" Tanya Bumi.
Wulan mengerjap. Dia tahu Bumi serius. Dia juga sadar kalau dia sudah mulai menyukai Bumi bahkan sejak mereka masih sering bertemu di minimarket itu. Dia sudah suka pada siapapun yang mengiriminya surat dan coklat. Dia bahagia saat mengetahui orang itu adalah Bumi.
"Kamu tidak malu denganku? Aku gemuk, jelek dan doyan makan..." Kata Wulan, menyuarakan ketakutannya selama ini.
Mendengar itu Bumi tersenyum.
"Kalau aku malu, coklat itu tidak akan berdatangan ke rumahmu." Kata Bumi serius. Wulan mengerjap. "Aku tidak pernah main-main." Kata Bumi lagi.
"Aku..."
"Kamu mau kan?" Tanya Bumi. Jantung cowok itu sudah berdegup cemas. Karena Wulan tidak kunjung menjawab.
"Aku tidak sempurna, Bumi.. aku takut kamu menyesal."
"Aku tidak pernah mencari kesempurnaan, Wulan. Karena manusia tidak ada yang sempurna. Begitupun denganku. Aku tidak sempurna, tapi, aku menemukan kamu yang akan membuatku sempurna. Kita hidup untuk saling melengkapi, kan? Menutupi kekurangan masing-masing?" Ujar Bumi.
Wulan tersentak, terenyuh. Dia tidak perlu mencari yang sempurna. Bumi yang mau menerima dia apa adanya adalah sudah sangat sempurna.
"Jadi, kamu mau kan?" Tanya Bumi lagi. Wulan mengangguk.
"Aku...mau." jawab Wulan.
Bumi tersenyum lebar. Dia bahagia. Sangat. Begitupun dengan Wulan. Dia merasa Tuhan sudah begitu murah hati karena mengirim Bumi untuknya.
Wulan ( bulan ) memang pada dasarnya selalu mengelilingi, mengitari dan mengikuti bumi kan?
Begitupun dengan Wulan. Dia akan terus menjadi satelit Bumi.
*** TAMAT ***
Wwwoooowwww....!!!!
Akhirnya selesai juga. Tamat juga. Maaf kalau banyak kekurangan, karena aku juga masih belajar!!!Maaf juga kalau tidak jelas, karena menurutku ini sudah cukup jelas!!!
Hahahaha!!! #plak!!
Love You, guys!!!!
😍😍😍😍😍😘😘😘😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fat Lady √
ChickLitGemuk? Hey, tidak perlu lah minder... Wulan saja bisa menjalani hidupnya dengan sangat santai dan tidak memusingkan apapun. Yeah, walau pada akhirnya dia memiliki keinginan untuk menurunkan berat badan. Apakah dia akan berhasil dengan misi penurunan...