Bolehkah aku bertanya tentang semuanya ?
Tentang cerita ku dan kamu.
Atau aku harus diam dengan perasaan kaku ini ?
......................
" Arga ", kenalnya sambil menjabat tanganku." Nazfa ", balasku.
Genggaman itu begitu hangat, tangannya begitu besar dan penuh kelembutan saat menggenggam tanganku.
Aku benar - benar merindukannya.
Sangat merindukannya.
Suara dan jabatan tangan itu masih terngiang dalam telingaku dan otakku. Dan dengan percaya dirinya setelah dia duduk disebelahku dia malah menelungkupkan lengannya dan langsung tertidur.
Ini jam istirahat dan aku hanya tetap duduk di kursi ini dalam diam. Aku mengamati seluruh wajahnya yang selalu bisa menenangkan hatiku saat aku resah. Senyuman lebarnya yang selalu membuat hariku selalu terjalani dengan indah.
Aku menangis dalam diam mengingat semua yang terjadi pada kami dahulu. Semua kenangan yang indah yang hanya rusak karena sebuah kesalahpahaman.
Air mataku menetes dengan sendirinya. Perlahan hanya sebuah tetesan kecil, namun lama - kelamaan tetesan itu menjadi aliran sungai kecil yang tak henti - hentinya mengalir.
Keadaan kelas yang sepi mungkin membuat isakan tangisku terdengar. Kututup mulutku, dan kugigit bibirku untuk menahan isakanku. Aku sakit melihatnya tidur dengan wajah damai.
Wajahnya yang menyorotkan bahwa semuanya baik-baik saja.
Seakan ketika dia melihatku, dia hanya melihat sepotong kisah masa lalu yang tak berarti lagi. Wajahnya begitu damai tanpa ada sebuah kemarahan di dalamnya.Hingga akhirnya kedua mata yang terpejam itu perlahan terbuka....
.
.
..
.
.
.
." Hei.. Ja- "
KAMU SEDANG MEMBACA
Matematika Cinta Nazfa
Teen Fiction" Kalau matematika bisa membuatmu bahagia, bolehkah aku mengajarimu ", tanya Nazfa kepada cowok yang ada di sebelahnya ini. " Boleh ", ucapnya datar Nazfa hanya tersenyum tipis. Dipandanginya buku yang sedari tadi dipegangnya. " Baiklah ", ujarnya l...