12

168 14 0
                                    

Arga Pov

"Argghhhhhh"

" Gue bodoh banget sih "

Arga terus menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia harus mau melakukan semua itu di depan Nazfa. Tangannya mengerat menahan amarah yang semenjak tadi di pendamnya selama perjalanan pulang.

Sebenarnya tujuan Arga naik ke balkon rumah Nazfa karena sejujurnya dia rindu. Dia merindukan semuanya. Munafik, iya. Dan andai saja Nazfa melihat ekspresinya tadi begitu dia mengetahui bahwa yang sedang dicarinya tepat di balkon kamar seperti biasanya.. Nazfa yang tadi menyambutnya pasti akan senang.

" Bodoh ", umpatnya kesekian kali. Ego dalam diri Arga telah kembali merasuki ke dalam hatinya.

Gue nggak perlu berharap sama orang kayak dia, dia yang udah nyakitin gue. Dan tadi apa yang gue lakuin udah bener, suara hati Arga bergeming, meraung luka yang masih tak jelas. Terlalu sakit, memang. Tapi dia juga tak tahu harus melakukan apa.

Gue jahat sama dia, gue bodoh!, kenapa gue lakuin hal kayak tadi coba?! Sama Nisa pula?! Gue sayang sama Nazfa, seruan hati Arga yang lainnya juga mula bergeming. Seruan itu merasuk ke dalam hatinya, mencoba menyadarkan tentang kenangan mereka berdua.

" Argghhhh.... Pergi lo, pergi dari pikiran gue ?! ", teriak Arga di balkon kamarnya. Pikiran nya belum bisa mencerna semuanya. Lukanya terlalu berat, tapi dia tak bisa menyalahkan Nazfa. Dia harus menyalahkan takdir?, tak mungkin.

Mata Remaja itu memejam, menikmati rasa sakit dan trauma yang menjerat hatinya. Angin malam yang dingin pun tak dihiraukannya. Air matanya menetes, untuk pertama kalinya air mata remaja itu menangis.























































Dan dibawah sana, seorang laki-laki yang tadinya marah dengan ucapan Arga saat melihat Arga masih mencintai Nazfa, Sekarang berubah menjadi senyuman kemengan yang sangat lebar.

" Nazfa milik gue ",  lantas masuk ke dalam rumahnya.

.................

Bunga Mawar itu memang Indah saat kau memandangnya. Dia mekar dengan anggunnya menampakkan warna yang Indah untuk memikat siapapun yang melihatnya. Dan ketika kita mendekatinya, semakin dekat dengan tangkainya.. Lihatlah bahwa kecantikannya memudar ketika kita tak sengaja terkena durinya.

Kita akan mengumpat bukan?  Saat tangan kita tertusuk duri itu?. Itu bunga lho.. Yang kamu puji keindahan dan keelokan luarnya saat kamu melihatnya. Tapi saat kamu tahu kelemahan bunga itu ada di durinya.. Kamu tak mengakuinya. Kamu mengumpatnya, bahkan kamu juga menginjaknya.

Untukmu hati yang selalu berlabuh, ketahuilah bahwa orang yang berada disampingmu itu sudah sempurna untukmu. Dia mungkin tak seindah luarnya seperti orang masa lalumu. Dia tak pandai membuat kenangan yang lucu buatmu. Tapi ingatlah satu hal...

Hatinya tulus untuk menjadi teman yang selalu ada untukmu.

-Nazfa Time








Haluuuuiuu... Maaf ya selalu slow up. 😂😂
Lagi fokus trulala sama ceritaku yang satunya.. Judulnya ganti dari who menjadi Julian Arventa .

Jangan lupa vote dan come




Matematika Cinta Nazfa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang