Zahra terkejut saat tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang dingin dipipinya. Ia menoleh dan mendapati Ali tengah tersenyum sembari menempelkan satu botol air mineral dingin ke pipi Zahra yang membuat gadis itu buru-buru mengambil botol yang diletakkan dipipinya. Zahra mendengus.
"Ngagetin tau, kebiasaan." kesalnya. Sementara Ali malah terkekeh lalu mendudukkan tubuhnya di samping Zahra. Matanya menatap lurus pada gadis yang kini tengah berbincang dengan Azka.
"Kenapa sih??" Tanya Ali pada Zahra yang masih sibuk meminum minumannya. Kemudian Zahra segera menutup botol minumannya.
"Gapapa."
"Kamu kenapa nggak suka sama Azka, Ra? Dia kan ganteng." Zahra berbicara. Namun ia segera mengalihkan pandangannya lagi saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Ali yang tengah menatapnya. Zahra terdiam. Enggan menjawab pertanyaan Ali. Sementara Ali terus saja menanti jawaban dari Zahra.
"Dia kan ganteng, berwibawa, religius. Idaman semua cewek. Perfect deh dimata cewek." Ucap Ali lagi yang membuat Zahra menghela nafas panjang.
"Bang.." Ucap Zahra.
"Abang fikir dalam mencintai seseorang bisa semudah itu? Asal dia ganteng atau cantik terus Abang bisa suka? Nggak kan. Karena hati dan perasaan itu nggak bisa dipaksa."
"Kamu marah ya?? Aku nggak bermaksud..."
"Aku nggak marah kok. Santai aja." Ucap Zahra lalu kembali meneguk air mineralnya.
"Terus kalau kadang ada orang yang menikah bukan karena cinta itu gimana? Misalnya dijodohkan? Bukan hati dan perasaan tidak bisa dipaksakan? Tapi buktinya mereka yang menikah tanpa cinta pun menjadi saling mencintai." Tanya Ali lagi. Dan lagi-lagi Zahra menghela nafas panjangnya.
"Bang Ali. Aku ini bukan pakarnya cinta. Kenapa sih setiap kamu sama aku, abang selalu menanyakan hal yang berbau cinta?"
"Karena aku yakin, kamu bisa jawab. Kalau enggak, ngapain aku tanya kamu? Ya kan?"
"Oke aku gak bisa jawab."
"Aku yakin kamu bisa jawab. Jadi kenapa?"
"Dasar nyebelin." Ucap Zahra lalu pergi meninggalkan Ali. Namun Ali tak tinggal diam. Ia berdiri lalu menyusul Zahra meminta jawaban hingga akhirnya gadis itu pun menyerah dan memilih untuk mendudukkan badannya pada bangku yang ada di dekat taman sekolah.
"Abang tau istilah Jawa wit ing tresna jalaran saka kulina yang artinya cinta itu bermula karena terbiasa?" Tanya Zahra dan Ali menganggukkan kepalanya.
"Jadi dalam pernikahan itu cinta adalah sebuah keharusan. Mungkin awalnya tidak ada cinta. Tapi cinta itu bisa dibentuk melalui kebersamaan mereka. Jadi menurut aku. Cinta dalam sebuah pernikahan memang di haruskan ada. Tapi kalo masih kayak kita gini. Masih labil. Bicara cinta memang belum saatnya. Lagian kenapa sih Abang tanya-tanya soal nikah? Bang Ali mau nikah muda ya?" Tanya Zahra penuh selidik. Sementara Ali yang di tatap seperti itu malah mengerlingkan matanya yang membuat Zahra mendelik sebal.
"Kan abis lulus aku. Mau nikahin kamu." Ucap Ali lalu berlari sebelum ia mendapatkan teriakan dari Zahra karena berhasil menggoda gadis itu.
Zahra mengerjabkan matanya berulang kali. Jantungnya tiba-tiba bedetak tak karuan karena ucapan Ali. Ah lagi-lagi sindrom degdegan kembali menghampirinya.
✳✳✳
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Debar Aku Belajar (Revisi)
SpiritualMungkin sekarang kita ditakdirkan untuk menjadi teman. Dan akan selalu seperti itu. Tapi Allah maha membolak balikan hati manusia. Hatimu, perasaanmu, masa depanmu siapa yang tahu? Hanya Dialah yang Maha Mengetahui. Karena aku tahu perasaan tidak bi...