Kali ini Zahra dan Vania tengah berkumpul dengan anggota rohis mereka duduk di taman belakang sekolah bersama Azka dan Ali.
"Bang Azka sama Bang Ali setelah lulus mau lanjut ke mana?" Tanya Zahra membuka pembicaraan.
"Belum kepikiran mau lanjut kemana." Ucap Ali sedikit lesu. Antara capek dan juga sedikit galau memikirkan masa depannya.
"Nanti juga kepikiran. Pelan-pelan yang penting jangan gegabah dalam memutuskan."
"Kalau abang sendiri?" Tanya Vania
Azka menghela nafasnya, sebenarnya ia juga masih bingung.
"Nikah mungkin." Jawab Azka asal dan hal itu langsung saja membuat Vania mengaga lebar. Tak menyangka jika jawaban itu yang akan terlontar dari mulut Azka.
"Seriusan abang mau nikah muda??"
Azka terkekeh melihat respon Zahra dan Vania.
"Aku bercanda kali?"
"Syukurlah...kirain mau nikah muda."
"Gini ya. Kalau aku nikah muda, istri sama anak ku mau dikasih makan apa? Terkadang aku apa-apa masih minta sama orang tua. Lagipula aku juga belum punya calonnya kan? Masih SMA pula.
"Ah, tapi tetep aja kan? Buktinya sekarang juga banyak kok yang memilih menikah muda dengan alasan karena nggak mau menambah dosa." Ucap Vania.
"Lah, Azka masih belum punya calon. Kalau gue sih udah." Ucap Ali sedangkan mereka bertiga mengernyitkan dahinya.
"Siapa??"
"Ni di depan mata." Ucap Ali dengan menaikkan kedua alisnya, sedangkan Zahra mendelik sebal.
"Zahra??" ucap Vania tersentak kaget.
"Enggak-enggak...bang Ali ngaco. Bang apa'an sih gak lucu tau." Ucap Zahra kesal.
"Kan aku lulus mau halalin kamu."
"Idiiih." Ucap Vania geli.
Ali tertawa dan Azka hanya tersenyum tipis.
"Udah yuk pulang."
✴✴✴
Suara gemercik air terdengar begitu merdu. Rasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuh Zahra tatkala air wudhu mengenai permukaan kulitnya. Setelah selesai ia segera beranjak pergi menuju kamarnya kembali untuk melaksanakan shalat tahajud.
Seusai shalat ia melanjutkan kegiatannya dengan tadarus Al-Qur'an hingga suara Qira'ah dan azan subuh terdengar mengalun indah.
Assholatu Khairam minannaum. Mendengar azan Zahra segera menyudahi tadarusnya kemudian beranjak berdiri dari posisi duduknya untuk menunaikan shalat sunnah qobliyah subuh dan shalat subuh.
Selepas shalat ia mengambil khimar syar'i peach kesayangannya untuk dipakai kemudian ia beranjak keluar rumah untuk menikmati proses pergantian malam menjadi pagi.
Ia melangkahkan kakinya menuju halaman rumah. Kemuadian ia menghadapkan wajahnya kelangit serta merentangkan kedua tangannya dan mengambil nafas panjang merasakan udara yang masih segar dan sejuk, merasakan kenikmatan Allah yang tiada tara.
Pelan-pelan warna langit mulai berubah keemasan. Sang mentari mulai tersenyum indah di ufuk timur mengisyaratkan bahwa hari sudah pagi. Zahra tersenyum melihat keindahan itu.
Ia membayangkan betapa kuasanya Allah yang telah menciptakan alam semesta ini sungguh agung ciptaan Allah yang tak ada bandingannya.
Zahra kembali menarik nafas dalam-dalam. Ia kembali teringat salah satu ayat di surat Ar-Rahman yang di ulang-ulang hingga 31 kali Fabiaiyi aalaa'i rabbi kumaa tukadziban. "Dan nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?." Ia kembali meresapi makna dari ayat tersebut. Allah memberikan nikmat yang tiada tara untuk hambanya.
Namun terkadang masih ada manusia yang kufur terhadap nikmat yang diberikan Allah. Zahra menghela nafas kemudian memperbanyak istighfar di dalam hatinya.
☀☀☀

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Debar Aku Belajar (Revisi)
SpiritualMungkin sekarang kita ditakdirkan untuk menjadi teman. Dan akan selalu seperti itu. Tapi Allah maha membolak balikan hati manusia. Hatimu, perasaanmu, masa depanmu siapa yang tahu? Hanya Dialah yang Maha Mengetahui. Karena aku tahu perasaan tidak bi...