Clarisa Az-Zahra Diandra"Zahraaa buruan bangun udah subuh nanti subuhnya kelewatan loh," teriak Bunda
"iya bun iya, bentar nanggung 5 menit lagi" teriak Zahra sambil melanjutkan tidurnya
"Zahra cepetan dong udah ditunggu Ayah, Bunda bilang cepetan bangun susah banget masa iya bunda tiap hari harus teriak-teriak buat bangunin kamu." teriak Bunda lagi
"Ya Allah iya Bun iya Zahra bangun,"
***
Hujan deras mengguyur kota Bandung suasana dingin menusuk tubuh. Pagi ini seharusnya cerah dan matahari bersinar terang. Tapi sayang, seolah matahari lebih mengalah kepada hujan. Ia memilih agar hujan menggantikan dirinya sehingga manusia bisa melihat bahwa langit pun bisa menangis.
Zahra masih berdiri di ambang pintu, ia sudah rapi dengan baju kuliahnya. Hanya saja jika boleh memilih. Ia ingin kembali tidur dari pada harus kuliah. Bukan karena ia malas. Tapi karena dingin yang di timbulkan hujan begitu menusuk kulit hingga menembus dalam tulangnya. Membuat ia menggigil kedinginan, ingin rasanya menarik selimut tebal dan melanjutkan tidur.
Tanpa di duga sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang meletakkan jaket ke pundaknya.
"Pakai jaketnya nanti kamu sakit."
Zahra mendengus lalu tersenyum. Tangan kekar itu adalah tangan Ayahnya. Pantes aja Bundanya tergila-gila dengan Ayahnya. Memang ternyata Ayahnya seromantis ini. Terkadang Zahra berpikir. Kelak ia ingin mempunyai suami yang seperti Ayahnya, sholeh, romantis, baik, tampan, imam yang baik dan perfect."Ya udah yuk buruan berangkat, pamit dulu sama Bunda gih." Ujar Ayah
"Bun, Zahra sama Ayah berangkat ya. Assalamu'alaikum
" Ucapnya lalu mencium pipi dan tangan bundanya."Wa'alaikumussalam."
***
Zahra turun dari mobil Ayahnya sembari mengeratkan jaketnya. Tangan kirinya sibuk memegangi payung.
"Yah.. Zahra kuliah dulu ya, nanti Zahra pulangnya naik Gocar aja, Ayah ga perlu jemput okay.Assalamu'alaikum." Pamitnya setelah mencium tangan Ayahnya.
Baru melewati gerbang suara cempreng, berisik mulai mengusik telinga Zahra, ia tau kalau itu suara milik Vania. Ia pun terus berjalan melewati koridor tanpa merespon teriakan Vania sahabatnya, Vania Angelista Allisya
"Ra..ra..zahra..razahra!" teriak Vania sahabat Zahra.
"budeg bener ni anak" gerutu vania sambil berlari mendekati Zahra.
eh elo tu ya kalau dipanggil nyautin gitu kek kebiasaan deh lo pura-pura gak denger apa gimana! pita suara gue mau putus gara-gara manggil lo."Bawel" ucap Zahra dengan cueknya.
"Elo tuh jadi cewek jutek, judes, cuek banget mangkannya lo jomblo, cowok pada takut semua mau deketin elo hahaha..." ucap Vania dengan nada menggoda. Sedangkan Zahra hanya memutar bola mata malas.
Di sepanjang koridor Vania berbicara panjang lebar tanpa henti, Zahra hanya mendengarkan ocehan sahabatnya yang bisa dibilang absurd, gak bisa diem, bawelnya mengalahi bundanya.
"Ra tugas lo udah selesai belom?" tanya Vania
"Udah dong, kenapa lo belum ngerjain ya?" ucap Zahra
"Hehehe belum nih, kemarin gue ketiduran ngantuk banget. Nanti gue lihat puny lo ya ra " ucap Vania sembari memelas.
"Elah lo kebiasaan banget?" ucap Zahra

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Debar Aku Belajar (Revisi)
EspiritualMungkin sekarang kita ditakdirkan untuk menjadi teman. Dan akan selalu seperti itu. Tapi Allah maha membolak balikan hati manusia. Hatimu, perasaanmu, masa depanmu siapa yang tahu? Hanya Dialah yang Maha Mengetahui. Karena aku tahu perasaan tidak bi...