Zahra berjalan santai menuju masjid sekolah. Istirahat pertama telah tiba dan langit masih setia dengan hujannya. Namun hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk melaksanakan Shalat Dhuha seperti biasanya.
"Tumben sendiri?"
"Astagfirullah." Zahra mengelus dadanya akibat terkejut, lalu kepalanya menoleh menatap orang yang membuatnya kaget.
"Kaget baget ya?" Tanya lelaki itu sembari garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Banget Bang." Jawab Zahra yang masih menenangkan dirinya.
"Maafin abang deh." Zahra pun mengangguk.
"Vania mana? Biasanya sama Vania?" Tanya Azka yang hanya mendapati Zahra seorang diri.
"Dia lagi halangan bang. Lah, bang Azka kok sendirian? Temen-temen abang mana?" Tanya Zahra yang baru menyadari bahwa Azka juga tengah sendiri.
"Udah berangkat duluan. Abang ditinggalin."
"Oh gitu."
"Yaudah kita barengan aja. Mau ke masjid kan?" Tanya Azka.
"Iya Bang."
"Nak... Nak kalian."
Mendengar seorang guru memanggil mereka membuat Zahra maupun Azka menghentikan langkahnya.
"Kesini sebentar." Ucap guru itu membuat Zahra dan Azka mau tak mau menghampirinya. Yang tidak lain adalah bu Sulis seorang guru Fisika.
"Iya bu?" Tanya Azka saat sampai di hadapan bu Sulis.
"Kalian mau kemana?" Tanya bu Sulis sembari menatap Zahra dan Azka secara bergantian.
"Masjid." Baik Zahra maupun Azka sama-sama menoleh saat mereka tanpa sengaja menjawab secara bersamaan.
"Nah satu tujuan kan? Ibu boleh pinjem satu payung. Kalian kan kurus-kurus. Bisalah kalian satu payung berdua."
"Tapi... "
"Iya bu silahkan." Potong Azka lalu menyerahkan payungnya kepada bu Sulis. Sementara Zahra merasa bingung sendiri."
"Nggak papa kan Ra? Kalau abang ikut bareng ke masjid?" Tanya Azka sementara Zahra terdiam sedikit ragu."
"Boleh... Sama temen jangan pelit-pelit." Ucap bu Sulis lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua, sedangkan Zahra masih terdiam.
"Ra?? Yaudah deh biar abang lari aja. Sekalian hujan-hujanan." Ucap Azka dan bersiap berlari namun langkahnya terhenti saat Zahra memanggilnya.
"Abang yang pegang payung ya??" Dan tanpa menunggu lama. Azka langsung mengambil alih payung Zahra untuk memayungi mereka berdua.
Selama perjalanan yang ada hanya keheningan. Mereka terlalu fokus dengan pemikiran masing-masing. Namun jujur saja Azka merasakan debar yang luar biasa saat bersama wanita ini.
❄❄❄
Zahra tersenyum menatap seseorang yang ada di sampingnya. Entahlah, setiap menatap orang itu, akhir-akhir ini jantungnya sering berdetak tidak karuan. Bahkan melebihi batas normal.
"Kenapa senyum-senyum? Aku ganteng ya?" Tanya orang itu yang membuat Zahra segera mengalihkan pandangannya lalu menunduk.
"Kepedean." Jawabnya berusaha tenang. Padahal sebenarnya jantungnya berdebar semakin kuat.
"Ra..."
"Hmm.."
"Lihatin aku dong." Pinta orang itu yang membuat Zahra mendongak.
"Kamu pernah suka sama seseorang nggak??" Tanya orang itu.
Zahra mengernyitkan dahinya. Bingung.
Namun sebuah jentikan di keningnya mengejutkannya.
"Bang Ali!! Sakit!!" Desisnya sembari mengusap keningnya."Maaf-maaf abis dari tadi ditanya malah diem mulu."
"Emang kenapa? Kok tiba-tiba tanya gitu??"
"Aku ini tanya sama kamu. Harusnya dijawab, bukan malah balik tanya." Ucap Ali lalu menghentikan langkahnya. Membuat Zahra turut berhenti. Lantas Ali menyandarkan tubuhnya pada rak buku.
Sebenarnya saat ini mereka tengah berada di toko buku. Bersama anggota rohis. Tapi jika sudah berada di toko buku yang lain pasti akan sibuk sendiri. Jadilah Ali berjalan menyusuri toko buku ini bersama Zahra.
"Ya...kalau aku sih, sebagai manusia biasa nggak bisa memungkiri kalau aku pun punya rasa suka sama yang namanya lawan jenis. Terutama di usia yang kayak kita ini. Tapi meski begitu, aku akan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah. Terutama pacaran. Karena selain nggak boleh sama ayah bunda, menurut aku pacaran nggak berfaedah sama sekali. Yang ada uang kita habis dosa kita nambah." Jelasnya
"Tapi cinta itu fitrah dari Allah. Setiap orang berhak untuk dicintai dan mencintai?"
Kali ini Zahra benar-benar menghentikan aktivitasnya. Lalu beralih menatap Ali.
"Iya benar cinta itu fitrah dari Allah. Tapi cinta itu ada berbagai macam. Cinta kepada Allah, orang tua, sesama muslim, keluarga, teman, sahabat, lawan jenis. Kalau kita bicara cinta kepada lawan jenis. Cinta yang harus menuju koridor yang semestinya. Maksudnya apa? Cinta yang menuju jalan yang benar yang di ridho'i Allah. Seperti pernikahan bukan malah dengan maksiat seperti halnya pacaran. Karena perasaan cinta itu terlalu suci jika dibalut dengan kemaksiatan. Dan jangan terlalu berlebihan jika mencintai sesama manusia. Hingga kita lupa sama Allah. Naudzubillah. Boleh aja kita mengagumi sesama manusia tapi jangan sampai rasa kagum kita melebihi rasa kagum kita pada Allah. Karena Allah maha pencemburu hati yang berharap selain Dia. Maka kamu akan ditimpakan pedihnya sebuah pengharapan." Jelasnya.
"Terus??" Tanya Ali yang membuat dahi Zahra berkerut.
"Terus apanya Bang??"
Ali menggelengkan kepalanya. Lalu mengambil novel yang sedari tadi di pegang Zahra.
"Aku bayarin novelnya." Ucap Ali lalu pergi begitu saja menuju kasir. Membuat dahi Zahra semakin berkerut.
✴✴✴

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Debar Aku Belajar (Revisi)
SpiritualMungkin sekarang kita ditakdirkan untuk menjadi teman. Dan akan selalu seperti itu. Tapi Allah maha membolak balikan hati manusia. Hatimu, perasaanmu, masa depanmu siapa yang tahu? Hanya Dialah yang Maha Mengetahui. Karena aku tahu perasaan tidak bi...