31. Rumah Obake

1.5K 118 1
                                    

Di suatu hari, aku bersama keempat temanku memutuskan untuk bertemu sambil refreshing di hari libur ini. Kami pun janjian di Taman. Sesampainya di taman, ternyata aku adalah orang yang pertama sampai.

Aku pun memutuskan untuk bermain game di handphone ku. Beberapa lama kemudian, temanku yang bernama Haswa pun datang. Lalu Gia pun datang.
Kami memutuskan untuk menunggu Wawan sampai.
Namun sudah satu jam menunggu, Wawan tak kunjung datang.

"Kayaknya Wawan ketiduran deh..." ucap Gia.

Kami berusaha menelepon Wawan namun tidak diangkat.

"Gimana kalo Wawan kenapa-kenapa?!" kata Haswa.

"Pikir Positif dong! Mungkin dia lupa terus malah jalan sama Fasya" Aku berusaha menenangkan.

Sudah sekitar dua jam kami menunggu, Wawan masih juga belum ada.

"Sudah yuk guys! Kita pergi duluan aja ke tempat itu..." Aku yang sudah terlalu kesal menunggu pun mengajak pergi.

Tring.....Tring.....

Handphone Haswa berbunyi.

"Halo? Ada apa Fas?" Haswa menjawabnya.

"Has, kamu tau gak Wawan kemana? Soalnya aku telepon gak diangkat-angkat" ucapnya

"Lho Fas? Wawan gak jalan sama kamu?" Haswa bertanya.

"Hah? Kan aku lagi di Jakarta bukan di Bandung!"

"Lho, aku kira dia sama kamu, soalnya aku telepon dia juga gak diangkat!"

"Hah? Gimana ya? Aku khawatir dia kenapa-kenapa..."

"Sans Fas! Aku coba ke rumah dia ya! Udah dulu ya Dadah...."

Kami pun saling berpandangan. Kami segera berlari ke rumah Wawan.

Setelah mengetuk pintu, tak ada balasan sama sekali. Kami khawatir Wawan kenapa-kenapa.

Tiba-tiba pandangan kami tertuju pada suatu rumah di ujung jalan.
Tertuliskan di rumah itu "Rumah Obake"

"Tempat apa itu?" Tanyaku

Teman-temanku menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.

Kami memutuskan untuk pergi ke rumah itu. Disana sangatttttt ramaiiii, antrinya pun sampai luar. Supaya cepat, kami membeli fast track.

Sesampainya disana, ternyata itu adalah wahana Rumah Hantu yang baru dibangun disana. Kami berjalan perlahan sambil berteriak-teriak ketakutan. Tetapi, aku kehilangan jejak teman-temanku.

"Haswa, Gia, Kalian dimana?!!!!" Teriakku.

Tak ada suara.

Aku pun melihat suatu pintu bertuliskan "Kamar Merah" dan membuka pintu itu.

Tiba-tiba...

"Wawan?!" Teriakku.

Wawan menoleh padaku. Aku pun berlari menuju arah Wawan.

"Yaelah Wan! Dicariin dari tadi ditungguin ternyata disini! Capek aku tuh lhoo sampe pacar kamu si Fasya nelepon Haswa!"

"Kamu dari mana aja sih Wan?" Tanyaku

Wawan hanya diam saja namun tiba-tiba dia tersenyum sambil tertawa.

"Wan, kok malah ketawa? Ayo keluar dari sini! Jangan bikin khawatir!!!" ucapku menarik lengannya namun Wawan tiba-tiba melepaskan genggaman ku dengan sangat keras hingga terasa sakit.

"Awww, Wawan! Kamu kok gitu sih?" Aku meringis kesakitan.

Tiba-tiba Wawan tersenyum dan tertawa sangat keras. Tawa nya sungguh menyeramkan hingga membuat ku pusing.

Samar-samar aku merasa penglihatanku buram ku melihat Wawan yang tiba-tiba berubah wujud menjadi menyeramkan, lehernya terbelah dengan banyak cacing disana.

Dan...

Bukkk....

"Meya!!! Bangun!!!!" Kudengar samar-samar suara teman-temanku.

Aku membuka kedua mataku, rasa pusing itu sangat dahsyat.

"Kamu kenapa bisa pingsan sih di Jalan? Kami kan khawatir!!!" Ucap Gia.

"Hah? Ini dimana? Jam berapa sekarang?!" Ucapku.

"Ini di pinggir jalan raya, tadi kamu pingsan tepat di tengah jalan raya, kok bisa gitu sih?" Haswa yang panik pun hampir menangis.

"Jam berapa sekarang??!!!" Aku teriak.

"I...ini jam 12 siang! Hari Kamis..."

"Hah? Kalian melihatnya? Rumah hantu itu!!! Rumah Obake itu nyata kan?" Ucapku.

Mereka terdiam dan bingung.

"Hah? Rumah hantu apa? Disini tidak ada Rumah hantu kok, gaada yang namanya Rumah Obake! Kamu mimpi buruk ya?" Tanya Gia.

"Gak! Itu nyata, aku merasakan nya!!!" Ucapku.

"Maaf Mey, tapi sampai saat ini pun tidak ada rumah hantu bernama Obake itu di sekitar sini! Ucap Haswa.

"Teman-teman, maafkan aku lama!" Wawan berteriak dari kejauhan.

"Hah? Dari mana aja Wan? Di telepon gak diangkat!"

"Maaf tadi habis antar ibu aku ke Supermarket, jadi lama! Handphone nya gak kubawa!" Ucapnya.

"Kau..." ucapku

Wawan menatapku dengan tatapan bingung

"Kau adalah sosok di Kamar Merah kan?!!!!" Ucapku berteriak.

"Kau adalah sosok yang menyerupai Wawan kan?!" Ucapku lagi.

"Maksud kamu?" Katanya.

"Tunjukkan padaku jika itu memang kau! Jika kau tidak mau berarti kau seorang pengecut!" Teriakku.

Semua orang terdiam kaget melihatku.

"Kayaknya kamu sakit ya? Ayo pulang aja!" Ucap Gia.

"Diammm!!! Kalian sadar gak sih? Dia itu bukan Wawan!" Ucapku.

Mereka terdiam.

"Apa kalian tidak sadar? Wawan kan telah tiada!!!" Ucapku menangis.

Mereka terdiam, syok, kaget, dan ikut menangis.

"Gak, aku itu Wawan! Aku masih hidup!" Ucapnya.

"Dan kau..." ia menunjuk kearahku.

"Apa maksudmu ini?!" Tanya nya dengan mata yang terlepas dan leher yang terbelah dengan penuh cacing.

-The End

Hi guys! Maaf banget jarang update karena tugas tuh buanyakkkk bangettt. Jangan lupa voment ya!!!
Kalo kalian punya ide aku harus bikin cerita horror apa lagi, bisa langsung coment aja dibawah, ok?

Babay luv yuuuu....

"Fear" Ghost Horor STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang