Tiffany Pov
"Ini akan berat tapi kau tidak sendirian. Kita akan menjaga anak itu sama-sama. Kita akan menghadapi orang-orang di luar sana sama-sama"
Taeyeon Unnie memegang pipi kananku dengan tangan kirinya. Aku melihat matanya berkaca-kaca, ada ketulusan di sana.
"Ya, apa ini sakit?"
Baru kusadari sebelah tangannya tidak ikut menangkup pipiku. Lantai kamarku penuh bercak darahnya. Aku memegang pergelangan tangannya, ngilu.
"Ani..."
Dia bohong, mana mungkin tidak sakit. Aku memeluknya. Mencengkeram dan memukul-mukul punggungnya, menyesali kebodohanku lebih mempercayai orang asing daripada kakakku.
"Tolong jangan pernah melakukan hal bodoh seperti ini lagi"
Aku mengangguk pelan. Semoga.
---
Beberapa bulan pertama sangat amat sulit bagiku. Kuhabiskan hariku dengan menangis, melamun, memikirkan Khun Oppa dan masa depanku. Aku sudah berhenti sekolah atau lebih tepatnya dikeluarkan. Umma sering menangis karenaku, Appa Kim juga sering memarahiku karena nama baiknya tercoreng. Setiap aku keluar rumah, orang-orang menatapku dengan pandangan merendahkan tapi Unnie selalu bersamaku kemanapun.
Jalan beberapa bulan aku sudah merasa sedikit membaik. Aku mulai menyayangi si kecil di dalam rahimku, aku sudah mulai bisa menerima garis hidupku. Aku harus bangkit, aku tidak bisa terus meratapi nasib.
"Perempuan"
Aku tersenyum sambil mengelus perutku yang sudah mulai membuncit. Dokter bilang dia perempuan. Aku menatap Taeyeon Unnie yang juga tersenyum. Kami keluar ruang dokter menyusuri lorong rumah sakit. Merasa sedikit lelah, aku duduk sejenak. Kulihat dia berlutut di hadapanku, mengelus lembut perutku.
"Ya, you're such an Oppa hahaha"
Aku tertawa melihat tingkahnya.
"Dia perempuan. Apa kau sudah menyiapkan nama?"
Dia memainkan jari telunjuknya di perutku kemudian mendongakkan kepalanya menatapku.
"Ju Hyun"
"Ju Hyunnie??"
"Ne. Hwang Ju Hyun"
"Ju Hyun~ah, be a strong girl okay?"
Dia berkata sambil menatap perutku, seakan perutku ini punya wajah, kami berdua tertawa. Aku tidak tahu lagi jika dia tidak ada di sampingku. Mungkin hari itu aku benar-benar mengakhiri hidupku atau sekarang aku akan berjalan seperti orang gila di pinggiran jalan.
---
Aku kelaparan tengah malam. Jam 11 malam dan tiba-tiba aku ingin pizza. Aku mengguncang-guncang tubuh Taeyeon Unnie di sebelahku.
"Ah...hmm...waeyo?"
Taeyeon Unnie mengucek matanya. Membalikkan tubuhnya menghadapku.
"Belikan aku pizza"
"Aigoo aku mengantuk. Besok saja"
"Ju Hyun ingin sekarang"
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, merengek seperti anak kecil yang ingin dibelikan lolipop.
"Yaaaa, aku sungguh mengantuk Fany~ah"
Aku melipat kedua tanganku di depan dada dan memanyunkan bibirku. Taeyeon Unnie bangun dan menyandarkan badannya ke tembok. Dia menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia pasti tidak tahan melihat aku ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
togetHER
Fanfiction18+ Aku tidak suka keramaian. Ketika seseorang terlalu banyak bicara, aku akan merasa sangat tertekan. Tetapi, saat kamu bercerita tentang hal-hal tak masuk akal, semua ocehanmu, entah kenapa aku menikmati setiap detiknya. -Kim Taeyeon- Dia bilang a...