7# I Love You

2.1K 206 27
                                    

Taeyeon Pov

Aku berlari menyusuri lorong rumah sakit. Siang tadi aku masih berada di Jepang mewakili Appa mengurus cabang perusahaannya di sana. Sampai Umma menelponku mengabari bahwa ada sesuatu yang mengharuskan Fany dioperasi dan Ju Hyun lahir lebih cepat. Aku langsung mencari jadwal penerbangan terdekat dan kini jam 1 dini hari aku baru sampai di rumah sakit. Aku membuka pintu kamar rawat inap Fany dan kulihat Fany tertidur pulas, dia pasti berjuang keras siang tadi. Umma tidur di sofa, Appa di rumah bergantian menjaga Fany. Aku tenang melihat adik tiriku baik-baik saja. Kurapikan selimut yang tidak sempurna menutup tubuhnya. Ah, Ju Hyunnie, kau di mana? Aku berjalan keluar menuju ruang bayi, tak sabar melihat keponakanku. Kulihat nama bayi-bayi di sana satu per satu dari kaca, tentu aku tidak boleh masuk. Hwang Ju Hyun. Ah, yang ini. Aigoo, cantiknya. Benar-benar mirip Fany. Aku menyentuh dan memainkan jariku di kaca seolah aku benar-benar bisa menyentuhnya. Ju Hyun~ah, sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kau dan Ummamu mudah sekali membuatku jatuh cinta.

Setelah puas memandang gadis kecilku, aku kembali ke kamar Fany. Aku memperhatikan wajahnya ketika tidur. Apa pun yang dia lakukan terlihat mempesona. Aku bangga padamu Fany~ah. Kau baru 18 tahun tapi sangat tangguh. Aku duduk di ranjangnya, dalam keadaan seperti ini aku bisa memandangmu sepuasku. Waktu benar-benar membuat perasaan ini lebih dalam, tapi aku tidak bisa dan tidak boleh punya perasaan ini kan? Apa yang harus aku lakukan?

"Unnie... kau di sini?"

Suara Fany membuyarkan lamunanku.

"Ne"

"Apa yang kau lakukan? Tidurlah kau pasti sangat lelah"

Aku melihat ke arah Umma. Sudah tidak ada tempat untuk tidur di sana.

"Ya, tidurlah di sini"

"Huh?"

Fany menggeser badannya dan menepuk-nepuk ranjang, menyuruhku tidur di sampingnya.

"Ani, biar aku tidur di luar"

"Ya, aku merindukanmu. Kau terlalu lama di Jepang"

Aku benar-benar lemah jika berurusan dengannya, aku menurut. Kubaringkan tubuhku di sampingnya. Aku memegang perutnya yang sudah mengempis.

"Apa ini sakit?"

"Aniyo"

Dia menggeleng pelan. Fany melingkarkan tangannya di pinggangku, memelukku. Kepalanya dia sembunyikan di ceruk leherku. Kurasakan napasnya keluar berirama menghangatkan. Bahkan hembusan napasnya saja begitu kusukai. Aku balas memeluknya. Mengelus rambutnya, punggungnya, mencium keningnya. Malam ini kami tidur sambil mendekap satu sama lain.

---

Aku membuka pintu kamar Fany dan tidak sanggup berkata-kata saat kulihat Fany sedang... ah... ehmm... menyusui (?) Ju Hyun. Oh look at that boobs. Omo omo. Aku langsung memainkan pandanganku ke segala arah agar Fany tidak mendapatiku sedang mesum.

"Ah, kau baru pulang? Ya, Ju Hyunnie, ada Imo."

Fany berbicara pada Ju Hyun dan menunjuk-nunjukku sedang aku masih memandangi harta karunnya. Indah sekali. Aku memegang dadaku yang berdetak seenaknya. Kenapa aku jadi mesum begini.

"Ada apa Unnie?"

"Ah... aku merindukan Ju Hyun"

"Ju Hyun atau aku?"

Fany mengedipkan sebelah matanya menggodaku. Bantu aku Tuhan, kuatkan imanku. Aigoo.

"Hmm kalian berdua"

"Kemarilah"

"Tapi kau sedang..."

"Sudah selesai"

Fany merapikan kemejanya, mencium kening Ju Hyun yang sudah tertidur pulas kemudian membaringkannya ke ranjang. Aku mendekati, duduk di sebelahnya. Memegang hidung mungil keponakanku.

"Dia mancung sepertiku"

"Ya, dia anakku. Tentu mancung sepertiku, kenapa malah sepertimu"

Aku tertawa melihat dia melipat tangannya. Kuambil tangan Ju Hyun kemudian kulipat seperti Ummanya.

"Nah, kalau seperti ini baru mirip kau"

Fany menjitak kepalaku.

"Paboya! Dia sedang tidur apa yang kau lakukan!"

"Aishh kalau besar nanti dia akan galak sepertimu"

Aku mengelus-elus jidatku. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Fany pasti butuh istirahat. Aku juga, jam segini baru menyelesaikan tugas bersama beberapa teman di cafe Baekhyun. Aku berdiri kemudian mengelus rambut Fany.

"Tidurlah. Sleep tight Fany~ah"

Aku berjalan meninggalkannya tapi tiba-tiba tangan kananku ditariknya. Mata Fany memberiku isyarat untuk kembali duduk di ranjang. Aku menempatkan pantatku persis di sebelahnya.

"Waeyo?"

Bibir Fany tiba-tiba mendarat di bibirku. Aku membelalakkan mata tak percaya, kumundurkan kepalaku.

"Wae? Bukankah waktu itu kau menciumku lebih dulu?"

Aku menghindari tatapannya, menatap keramik putih di bawah sana. Menata kalimat apa yang harus kuucapkan. Beberapa detik kuberanikan diri melihat wajah bingungnya.

"Bolehkah kita..."

Ah Tuhan, bagaimana cara melanjutkan kalimat ini. Dia adikku dan kami sama-sama perempuan.

"Can we just let it flow?"

Fany bertanya dengan logat inggrisnya yang fasih. Kau yakin Fany~ah? Ini akan berat. Sungguh.

"Kim Taeyeon, I love you"

Mendengar kalimat terakhir itu otakku seakan kehilangan akal sehatnya. Aku langsung mencumbu bibir atasnya, bibir bawahnya bergantian. Kupegang tengkuk Fany dengan tangan kiriku. Tangan kananku masuk ke dalam bajunya nakal, kuraba punggungnya. Fany melingkarkan kedua tangannya ke leherku. Kumainkan tanganku ke tali bra-nya. Kami melepaskan ciuman kami sebentar kehabisan napas. Menatap satu sama lain sejenak sambil tersenyum. Fany semakin liar dengan duduk di atas pangkuanku. Aku pun semakin berani, kulepas tali bra-nya, Fany melepaskan tangannya dariku, membuka kancing kemejanya, membantuku untuk melepaskan bra-nya dan berhasil kubuang ke lantai. Kupegang gundukan sebelah kirinya. Kurasakan Fany menjambak rambutku.

"Ahhh..hmmm...ahhh..."

Kudengar desahan Fany yang membuatku semakin menggila. Kini kedua tanganku mulai meraba kedua gundukannya. Kuciumi lehernya sampai naik ke telinga.

Tiba-tiba Fany mendorong pundakku dan kudengar suara tangisan. Ju Hyun? Aku menoleh ke arah bayi mungilku. Sejak kapan dia menangis? Aku bahkan tidak menyadari. Fany mengambil kemejanya di lantai dan memakainya sedikit berantakan, kemudian membawa Ju Hyun dalam pelukannya. Aku menundukkan kepala menatap keramik kamar dan bra pink-nya di lantai. Hal gila apa yang baru saja terjadi?

"Ya Unnie, sepertinya barusan kita terlalu berisik hahaha"

"Hahaha ne. Tidurlah. Aku ke kamar dulu"

Aku mengambil bra Fany dan meletakkannya di ranjang. Berjalan beberapa langkah tapi Fany kembali menahanku dengan tangannya.

"Ya, tidurlah di sini"

Aku berpikir sejenak kemudian mengangguk pelan. Setelah beberapa menit Fany berhasil menenangkan Ju Hyun. Memegang lembut pipinya dan mencium kening mungilnya.

"Mungkin lain kali kita harus melakukannya di kamarmu hahaha"

Yah, dia ketagihan ternyata. Aku membaringkan tubuhku diikuti Fany yang membaringkan Ju Hyun di tengah-tengah kami. Kami tidur sambil memeluk Ju Hyun kecil kami.

To be continued

---

Aduhhhh maaffff author khilafff. I miss them so much 😣 saran dan kritik ditunggu biar makin hot. Ehhhh.

togetHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang