3# First One

2K 186 15
                                    

Taeyeon Pov

Aku memainkan si biru di balkon kamarku sambil menatap langit yang cerah malam ini. Tidak terlalu keras, aku tidak rela jika si biru juga Appa ambil. Entah kenapa aku tiba-tiba merindukan pemberi gitar ini. Tak kusangka dia sepemikir itu, membuat gitar ini sebegini istimewanya. Padahal sekedar memberiku gitar biasa saja sudah cukup. Sudah beberapa kali aku menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengeluarkan Fany dari otakku, tapi dia hanya keluar sebentar lalu kembali lagi.

Sorot lampu mobil sedikit menyilaukan mataku. Mobil sedan mewah yang kulihat tadi siang berhenti di depan pintu rumah. Aku berdiri dari kursi balkon, melongokkan kepalaku ke bawah. Kulihat Fany turun dari mobil kemudian melambaikan tangan pada si pengemudi yang tetap di dalam mobil.

"Bye, Kev"

Kev. Kucoba mengingat namanya. Aku masuk ke kamar, menutup pintu balkon, meletakkan gitar di atas ranjang, kemudian keluar kamar. Aku bersandar di pintu kamarku menunggu Fany naik.

Tap...tap...tap...

Kulihat dia sudah menginjakkan kakinya di lantai dua. Dia menunduk sambil sesekali tersenyum. Raut wajahnya berubah sesaat setelah menyadari aku ada beberapa meter di depannya. Dia berjalan melewatiku sok cool, berpura tidak melihatku.

"Dia siapa?"

Fany menghentikan langkahnya, menatapku tajam.

"Kenapa?! Kau mau mengusirnya juga?!"

Aku berjalan mendekatinya. Memperkecil jarak di antara kami agar dia tak perlu berteriak seperti itu.

"Ya, kenapa kau selalu berisik?"

Aku membalas ucapan Fany sedikit halus. Untuk menghindari amukan Appa, juga karena aku...hmm... sedikit merindukannya. Aku tak ingin kami bertengkar malam ini.

"He is not your business"

Fany berjalan meninggalkanku. Aku menarik tangan kirinya. Cup. Tarikanku terlalu kuat sampai membuat tubuh Fany terpanting ke arahku dan bibirku mengenai hidungnya. Tangan kanan Fany memegang dada kiriku, refleks untuk menahan tubuhnya, tapi gagal. Bibirku sudah mencicipi ujung hidungnya. Deg. Perasaan ini lagi, pertahananku roboh lagi. Semoga tangan mungilnya tidak menyadari degup jantungku. Fany mendorong pundakku, melepaskan tangannya dari genggamanku.

"Kenapa kau selalu menyakitiku?"

Tanyanya sambil memegang pergelangan tangan kirinya yang memerah karenaku.

"Kau marah hanya karena aku mengusir temanmu kemarin? Kekanakan"

"Dan kau! Kau mengasariku hanya karena aku tak memberi tau siapa yang mengantarku pulang? Siapa yang lebih kekanakan?"

Aku menelan ludah, bingung harus menjawabnya apa. Dia benar. Kenapa aku sekasar ini hanya karena masalah sepele. Memang aku siapanya untuk ikut campur masalah pribadinya.

"Kau masih terlalu kecil untuk pacaran"

Semoga alasanku ini tepat.

"Sekali lagi. It's not your business. Berhentilah mengasariku, aku tidak suka"

Dia meninggalkanku yang hanya bisa mematung menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu. Aku bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih untuk gitar pemberiannya. Bodoh sekali kau Kim Taeyeon.

---

Tiffany Pov

Aku duduk di atas kasur pink-ku sambil mengeringkan rambut yang basah dengan handuk. Aku menyentuh ujung hidungku yang tadi bersentuhan dengan bibir tipisnya. Aku melemparkan handukku ke sembarang arah. Kenapa dia selalu dingin dan kasar. Setiap berbicara dengannya selalu ujungnya bertengkar. Dia bahkan tidak mengucapkan apapun tentang gitar pemberianku. Bukannya aku gila terimakasih, tapi paling tidak tunjukkan sedikit apresiasi. Aku rela merogoh kocekku lebih banyak demi membuatnya membiru, lebih istimewa. Kebahagiaan seharian ini musnah karena kelakuannya barusan dan masih ada ribuan hari lagi bersamanya. Semoga kau kuat Fany~ah.

togetHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang