Tiffany Pov
Lampu sorot sudah dimatikan, beberapa orang sibuk memindahkan kamera, kursi, dan peralatan lainnya. Aku menyandarkan punggungku di tembok sambil melihat Yuri yang berjalan ke ruang ganti. Hari ini aku menemaninya photoshoot. Banyak pentolan agency modeling lain yang kukenal dan samar-samar kudengar mereka membicarakan Kwon Yuri-ku. Ya, aku tahu beberapa dari mereka ingin mengambil Yul dan memberikan penawaran menggiurkan, karena itu aku harus memberikan perlakuan istimewa pada asetku itu.
"Kau menunggu lama?"
"Ani"
Yul sudah mengganti bajunya dengan kaos ketat berwarna hitam dan celana jeans bolong di lututnya. Kami berjalan keluar menyusuri lorong salah satu kantor majalah terkenal di Korea.
"Bonusku berikan malam ini, temani aku makan"
"Cek rekeningmu malam ini Yul"
Kataku kemudian berjalan cepat meninggalkannya. Mana mungkin aku pergi bersamanya sedangkan aku sudah punya Taeyeon.
"Kau takut kakak tirimu itu tau?"
"Yul, aku punya Ju Hyun. Dia akan mencariku"
Aku terus berjalan karena Yul akan membaca kebohonganku jika aku menatapnya.
"Kalau begitu ajak saja Ju Hyun dan Taeyeon"
Kau ingin perang? Taeyeon akan menghajarmu, sungguh. Aku masih terus berjalan hanya saja lebih pelan. Bingung.
"Aku akan ke rumahmu dan mengajak mereka"
Yul berjalan cepat melewatiku dan aku menarik tangannya.
"Geurae, aku temani"
"Aku yang menyetir"
---
Yul menghentikan mobilku, aku kenal tempat ini. Kuperhatikan sekelilingku dipenuhi mobil mewah, wanita-wanita dengan pakaian ketat, mini, dan kekurangan bahan, juga lelaki-lelaki dengan tampang mesum. Beberapa bahkan berciuman dan saling meraba di parkiran.
"Kajja"
"Club?"
"Wae? Bukankah dulu kau juga sering ke sini?"
Yul tersenyum sinis.
"Itu dulu Yul, sekarang aku sudah punya anak"
"Dan pacar?"
Yul menyindirku dan memutar-mutar handphoneku dengan tangan kanannya. Shit! Sejak kapan handphoneku ada padanya?
"Kau bilang kau ingin makan kan?"
"Fany~ah, please, club juga tempat makan"
Yul memencet-mencet handphoneku, dan satu tekanan lagi dia akan menelpon Taeyeon.
"Okay, kita turun!"
"Hahaha kau benar-benar menjaga perasaan pacarmu ya"
"Kakakku!"
Aku berusaha mengambil HP-ku tapi Yul berhasil menjauhkannya. Dia tersenyum penuh kemenangan. Yul turun dari mobilku dan aku terpaksa mengikutinya.
Suara keras khas club memekakkan telingaku. Sudah bertahun-tahun aku 'tobat' dan menghindari tempat ini, club yang sama, yang membuatku kehilangan keperawananku. Kenangan itu kembali melayang-layang dipikiranku. Yul menarik tanganku agar berjalan lebih cepat. Kami duduk di sofa merah yang ada di sudut dekat meja bar. Yul mengacungkan dua jarinya, memberi isyarat pada seseorang di belakang meja bar.
"Bagaimana rasanya kembali?"
"Aku tidak minum"
"Ya, sedikit saja"
"Kau membohongiku"
Yul tersenyum licik. Kalau bukan karena handphoneku ada di tangannya, aku akan meninggalkan tempat ini segera. Seorang lelaki berambut gondrong dan tangannya penuh tatoo mengantarkan pesanan kami. Mereka kemudian saling berbisik. Aku mulai merasa tidak nyaman di sini. Yul menyodorkan minumanku tapi tak kugubris sama sekali. Kulihat Yul sudah berkali-kali menuangkan minuman tidak guna itu, sebentar lagi dia akan mabuk berat dan akan merepotkanku. Wanita sexy tapi licik ini berdiri sedikit sempoyongan mengambil air mineral dari lelaki gondrong tadi.
"Minumlah"
Yul membukakan tutup air mineral itu dan menghentakkannya hingga sedikit tumpah di atas meja. Aku yakin ini air mineral biasa, aku meneguknya cepat.
"Ya, kau membosankan Fany~ah. Aku menari dulu, kau tunggulah di sini"
Yul berjalan ke tengah club kemudian menarik baju seorang lelaki yang pasti sudah dikenalnya dan menari sedikit vulgar. Lelaki itu memegang tubuh Yul dengan penuh nafsu. Aigoo menjijikkan, dan bodohnya dulu mungkin aku tidak kalah menjijikkan. Aku memegang kepalaku yang tiba-tiba terasa berat, kuteguk lagi minuman di depanku. Pandanganku malah semakin kabur dan bayangan masa lalu itu kembali menghantuiku sampai aku tidak ingat apa-apa.
---
Taeyeon Pov
"Imoooo"
Ju Hyun langsung berlari memelukku. Kuelus rambut gadis kecil yang hanya setinggi perutku ini. Aku baru saja pulang dari kantor, dan rasa lelahku seketika hilang dengan pelukan kecilnya.
"Imo, Umma tidak bersama Imo?"
"Huh? Apa Umma belum pulang?"
Ju Hyun menggelengkan kepalanya. Kulihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, hampir jam 11 malam. Dan aku ingat Fany sudah tidak membalas chatku beberapa jam ini.
"Ah, Ju Hyunnie, Umma sedang ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Malam ini kau tidur dengan Imo ya"
Ju Hyun mengangguk dan menguap lucu. Aku menggendongnya, membawanya ke kamarku. Kuselimuti tubuh mungilnya dan kucium keningnya. Setelah memastikan dia tertidur, aku menuju balkon. Berulang kali kutelpon dan handphonenya tidak aktif. Apa yang sedang kau lakukan, Fany~ah? Aku mengkhawatirkanmu.
---
Tiffany Pov
Aku memegang kepalaku yang seperti baru dihantam benda keras, pandanganku berputar-putar di ruangan bernuansa serba putih ini. Kurasakan tanganku memegang sesuatu. Yul? Dia tidur dan aku memegang pingganya. Segera kulepaskan tangangku darinya dan bangun. Aku melepaskan selimut yang menutupi tubuh kami. Dengan ketakutan aku melihat tubuhku. Ah, syukurlah pakaianku masih utuh. Setidaknya aku tau Yul tidak melakukan apapun. Hmm atau itu hanya kesimpulanku sendiri, entah. Aku memperhatikan wanita di sebelahku ini, dia bau alkohol, pasti mabuk berat. Ah, handphoneku. Aku mencari tas Yul, kuambil handphoneku yang ada di dalamnya. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari Taeyeon. Aku akan bertengkar hebat sepulang dari sini. Aku menghembuskan napas berat. Sial, Kwon Yuri ini benar-benar... Argh. Aku tak peduli dan meninggalkannya yang masih tidur seperti orang mati.
Aku memacu mobilku keluar dari tempat biadab ini, sudah hampir jam 12 siang, Taeyeon pasti di kantor. Mobilku kupacu cepat menuju kantor iklannya.
Sesampainya aku langsung berjalan cepat ke ruangannya. Tak kupedulikan orang-orang yang melihatku heran. Penampilanku pasti berantakan, aku tahu. Aku mengatur napasku di depan ruangan seseorang yang kucintai ini, kurapikan rambut dan bajuku. Setelah napasku teratur, kudorong pintu di depanku dan menyapanya setenang mungkin.
"Chagi..."
Aku memanggilnya dan dia hanya menatapku sebentar lalu melanjutkan mengetik di laptopnya.
Aku mendekati dan memeluknya dari belakang. Kulingkarkan tanganku di lehernya. Dia masih tetap sibuk dengan laptopnya."Mianhae..."
"Minta maaflah pada Ju Hyun"
"Padamu juga"
Aku mengeratkan pelukanku. Taeyeon tak merespon, kutarik kedua tangannya agar berhenti mengetik. Aku memutar kursinya menghadapku. Kupegang kedua pipinya yang memerah karena emosi, kudekatkan bibirku pada bibirnya, berharap ciumanku bisa meredakan amarahnya. Tiba-tiba Taeyeon menepuk pipi kananku dua kali.
"Sepertinya kau lupa membersihkan bekas lipstik di lehermu"
Brak...
Taeyeon membanting pintu dan aku terduduk lemas di kursinya sambil memukul-mukul meja.
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
togetHER
Fanfic18+ Aku tidak suka keramaian. Ketika seseorang terlalu banyak bicara, aku akan merasa sangat tertekan. Tetapi, saat kamu bercerita tentang hal-hal tak masuk akal, semua ocehanmu, entah kenapa aku menikmati setiap detiknya. -Kim Taeyeon- Dia bilang a...