Taeyeon Pov
Bulir-bulir air hujan merambat di jendela cafe. Di hadapanku terpampang laptop yang sedari tadi menyala. Kalau dia bisa berbicara dia pasti sudah mengumpatku karena tak segera menyentuhnya. Suasana hatiku sedang buruk dan makin menggalau karena hujan di luar begitu derasnya padahal masih musim panas. Sudah sedikit lama rasanya aku tidak mendengar suara keras Fany. Entah kenapa hari ini aku begitu rindu dia meneriakiku.
Baekhyun meletakkan dua gelas teh manis hangat di meja, menarik kursi kemudian duduk di hadapanku. Aku menyeruput teh-ku untuk menghangatkan tubuhku yang sedikit menggigil. Baekhyun melakukan hal yang sama. Aku mulai memainkan jari-jariku pada laptop, sekedar menunjukkan pada Baekhyun kalau aku baik-baik saja, padahal sebenarnya aku malas mengerjakan tugas sekarang.
"Ternyata bertengkar dengan adik tiri bisa sebegini galaunya ya hahaha. Baikan saja, daripada menyiksa diri seperti ini"
Baekhyun menggodaku.
"Ya, aku sudah menjelaskan. Dia saja yang keras kepala"
"Kau pasti bicara pakai emosi"
Aku menyandarkan punggungku pada sandaran kursi. Memencet sembarang tombol malas.
"Benar kan? Kau selalu buruk dalam menahan emosi. Kau harus banyak belajar"
Aku menatapnya lama. Menghela napas panjang. Dia mengenalku dengan sangat baik.
"Kenapa bukan kau?"
"Mwo? Apa maksudmu?"
"Aniyo"
Baekhyun menatapku kebingungan. Aku memalingkan wajahku menatap aktivitas di luar cafe. Maksudku, aku ingin menjatuhkan hatiku pada orang yang ada di hadapanku sekarang tapi kini sepertinya hatiku justru jatuh pada orang yang selalu membuatku marah. Kenapa hati selalu punya aturannya sendiri? Pertama kalinya dalam hidup aku merasakan perasaan tidak masuk akal ini. Apa iya aku punya perasaan pada adik tiriku?
Drtt...drtt...drtt...
Selang sekitar 30 menit mengerjakan tugas, handphoneku berbunyi. Dari Appa.
"Taeyeon~ah, kau tidak bersama Fany?"
Aku belum sempat mengatakan hallo, Appa sudah menyemburku dengan pertanyaannya.
"Ani. Aku tidak bersamanya"
"Ya, kau tau kalau dari semalam dia belum pulang?"
"Mwo?!"
"Kau ini bagaimana. Appa dan Umma sedang di luar negeri, seharusnya kau menjaga adikmu. Song ahjussi mengabari Appa kalau Fany semalam tidak pulang"
Aku mengeluh dalam hati. Kenapa harus aku yang menjaganya? Apa asisten Appa kurang banyak? Dia bukan anak SD yang harus selalu dibuntuti atau bocah yang tak tahu arah jalan pulang. Paling juga keluyuran dengan salah satu pacarnya. Dia memang selalu merepotkan.
"Cari dia sekarang sampai ketemu!"
"Ne, Appa"
Aku langsung mencari nomor Fany. Harus ya aku yang berbicara dulu, runtuh sudah gengsiku. Nomornya tidak aktif. Berulang-ulang kucoba tetap sama. Aku mulai khawatir. Kubereskan semua barangku di meja.
"Waeyo?"
"Aku harus mencari Fany"
Aku meninggalkan Baekhyun begitu saja. Kucoba menanyakan ke sekolah, rumah teman-temannya, tempat dia biasa nongkrong, tapi semua nihil. Kutelusuri jalanan kota Seoul sambil terus menghubungi nomornya. Where are you Fany~ah?
---
11:11 pm
Aku terus memandangi layar handphoneku. Tidak, aku tidak mengkhawatirkan si berisik itu. Aku hanya tak ingin jadi sasaran amuk Appa. Ternyata dia tak hanya berisik, tapi banyak tingkah. Dia pikir sehari ada 30 jam, huh? Aku melemparkan tubuhku di atas ranjang, menatap langit-langit yang tak pernah kubayangkan akan kubagi dengan perempuan itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
togetHER
Fanfiction18+ Aku tidak suka keramaian. Ketika seseorang terlalu banyak bicara, aku akan merasa sangat tertekan. Tetapi, saat kamu bercerita tentang hal-hal tak masuk akal, semua ocehanmu, entah kenapa aku menikmati setiap detiknya. -Kim Taeyeon- Dia bilang a...