Tiffany Pov
Aku meletakkan baju terakhir dari koperku ke dalam lemari. Huft, akhirnya selesai juga. Aku mengipas-ngipas wajahku dengan kedua tanganku. Ternyata beres-beres malam ini cukup membuat gerah, ditambah Korea memang sedang musim panas. Aku mengambil remot AC di meja, memencet tombol on berulang kali tapi hasilnya nihil sejak beberapa jam yang lalu, mungkin batrainya habis. Aku mendengus kesal, ini panas sekali. Kulihat jam di handphoneku menunjukkan pukul 10.32. Taeyeon unnie, apa sudah pulang? Sejak sore aku tidak melihatnya, seharusnya dia menyambut adik tirinya yang imut ini. Aku putuskan melihat ke kamarnya, sukur-sukur diajak tidur bersama, mengingat aku bisa mati kepanasan di kamarku sendiri. Aku melepas kaosku yang sedikit basah, menggantinya dengan tank top kemudian berjalan keluar kamar. Dari lantai dua tiba-tiba aku melihat sesosok bayangan di jendela lantai bawah. Omo, apa rumah ini berhantu? Aku memberanikan diri turun untuk memastikan pengelihatanku. Beberapa langkah dari pintu, pintu tiba-tiba terbuka.
"YA!!! Unnie kau se..."
Tiba tiba kurasakan mulutku dibekap dan kepalaku dipegang kasar sekali, kalau aku tidak bisa menahan badanku, mungkin kepalaku bisa merontokkan giginya. Sejak setahun mengenalnya, Taeyeon Unnie tidak ada manis-manisnya padaku. Dan lihat sekarang, dia menatapku seperti memandang harta karun, wajar sih aku kan cantik. Kubiarkan dia beberapa detik, tapi lama-lama aku merasa canggung ditatapnya seperti itu. Mata sendunya begitu membius. Kualihkan tangan kasarnya dari mulutku kemudian kudorong jidatnya dengan jari-jariku. Pabo! Dia tak terima dan kembali mengincar mulut dan kepalaku.
"Ya!!! Ya!!! Taeyeon Unnie!!!"
"Jangan teriak"
Aku tak mau kalah. Entah, mungkin kami sudah terlihat seperti pelaku KDRT.
"Ya, Kim Taeyeon!"
Aku menoleh ke arah suara, Appa. Kurasakan tangan Taeyeon Unnie perlahan dia lepaskan dariku. Aku berpaling ke arahnya. Wajahnya seketika memucat. Dia menghembuskan napas berat kemudian perlahan menutup matanya.
"Berikan atau kuambil paksa"
Apa? Berikan apa maksud Appa? Aku tak mengerti.
"Appa..."
"Kim Taeyeon!"
Aku menelan ludah. Ini pertama kalinya aku melihat Appa tiriku marah dan ini sedikit menakutkan. Appa mengulurkan tangan kanannya. Taeyeon Unnie kembali menutup matanya, terlihat jelas dia sedang mengontrol emosinya. Kedua tangannya dia kepalkan. Setelah diam beberapa saat, akhirnya Taeyeon Unnie memberikan gitar yang sedari tadi ada di punggungnya. Bukan memberikan, mungkin lebih tepatnya sedikit melemparkan. Taeyeon Unnie meninggalkan aku dan Appa tanpa sepatah katapun. Dia berlari menaiki tangga. Aku berusaha mengejarnya menyadari ini semua salahku yang tadi berisik.
Brak...
Terlambat. Dia sudah mengunci pintu kamar dan telinganya rapat-rapat. Puluhan kali aku memanggil namanya dan meminta maaf tapi percuma. Dia pasti semakin membenciku sekarang. Aku menyerah malam ini.
---
Hari pertama sekolah di Korea, hmm not bad lah. Orang-orang di sini terlihat lebih sopan dan bersahabat daripada kota glamor Los Angeles, tempatku dibesarkan.
Ah ya, sepertinya aku lupa bercerita. Jadi, aku gadis keturunan Korea yang pindah ke Los Angeles ketika masih sekolah dasar karena tuntutan pekerjaan Appa dan Umma. Appaku meninggal beberapa tahun yang lalu akibat infeksi lambung akut yang sudah lama dideritanya. Kehilangan Appa di usia masih sangat muda membuatku haus kasih sayang lelaki, entah kenapa diperhatikan pria-pria bule terasa begitu menyenangkan. Setahun yang lalu, Ummaku bertemu dengan Appa Kim dan putri tunggalnya, Kim Taeyeon, yang sedang mengembangkan bisnisnya di LA. Singkat cerita Umma dan Appa Kim jatuh cinta dan menikah, aku kembali menginjakkan kaki di negeri ginseng ini setelah sekian lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
togetHER
Fanfiction18+ Aku tidak suka keramaian. Ketika seseorang terlalu banyak bicara, aku akan merasa sangat tertekan. Tetapi, saat kamu bercerita tentang hal-hal tak masuk akal, semua ocehanmu, entah kenapa aku menikmati setiap detiknya. -Kim Taeyeon- Dia bilang a...