Tiga puluh menit kemudian, Rebecca tiba di depan pelataran rumah yang besar dan mewah. Syukurlah bahwa lampu rumah itu menyala, jadi pasti ada penghuni di dalamnya.
Rebecca menekan bel yang terpasang di dinding bagian dalam pagar, dan menunggu beberapa saat.
Pintu dibukakan oleh wanita yang sangat dikenalinya. Kathleen.
'Oh, jadi ini rumah orang tuanya.' Rebecca sempat bertanya-tanya apakah Anna juga ada disini.
Kathleen yang melihatnya pun cukup kaget dan berjalan untuk membukakan pagar.
"Becca. Ada apa datang kesini?"
Rebecca hanya menunjuk ke arah mobil yang pintunya terbuka, menunjukkan Christian yang tak sadarkan diri di kursi penumpang.
"Oh, God. Anak itu!" Kathleen sudah memasang wajah marah.
"Aku sedang ke klub bersama temanku dan menemukannya tak sadarkan diri di meja bar."
"Oh My God. Thank you so much, Becca. Kau benar-benar wanita yang baik. Dasar Christian! Bisanya menyusahkan orang!" Kathleen berjalan masuk ke dalam rumah, yang Rebecca ambil kesimpulan bahwa wanita itu sedang memanggil suaminya untuk membawa masuk Christian.
Dugaannya benar, muncullah pria yang cukup tua, dengan beberapa rambut putihnya, tapi masih bisa terlihat dengan jelas wajah tampannya disana.
Tak perlu ditanya lagi dari mana Christian mendapatkan wajah sempurna itu.
Sebelum Jimmie berjalan ke arah mobil, dia menyapa Rebecca terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan istrinya yang langsung melewati Rebecca dan bersiap-siap memarahi anaknya itu.
"Nice to meet you, Miss..."
"Lawrence. Saya Rebecca Lawrence." Rebecca tersenyum.
"I'm Christian's father, Jimmie. Aku ingin meminta maaf atas kelakuan anakku, dan terima kasih sudah membawanya pulang."
"It's okay, Sir. Dan aku senang bisa membantumu." Jimmie pun tersenyum, lalu berjalan menuju ke mobil untuk membawa anaknya masuk ke dalam rumah.
Walaupun sudah berusia, Jimmie masih kuat membawa anaknya yang badannya jauh lebih tegap dan besar dibanding dirinya.
Kathleen pun hanya berjalan di belakang ayah dan anak itu, lalu memeluk Rebecca.
"Thank you so much, Becca. Ah, andaikan aku bisa menjadikanmu anakku."
Rebecca hanya menepuk-nepuk punggung Kathleen, bisa merasakan bahwa Kathleen sudah mulai emosional saat ini. Mungkin saja dia merindukan anak perempuannya, ibu Anna.
"Kau akan pulang sekarang?" Kathleen bertanya setelah beberapa saat mereka berpelukan.
"Yes, Kath. I'm really tired right now."
"Kau akan naik taxi?"
"Yeah." Rebecca menyengir. Memang ada pilihan lain?
"No way! Aku tidak akan mengijinkanmu pulang naik taxi. Sekarang kau masuklah ke dalam rumah dan tidur disini."
"No. Tidak usah, Kath. Itu akan sangat..."
"Kau tidak bisa membantahku, Becca. Anggap saja ini rasa terima kasihku padamu karena sudah membantu Christian."
Rebecca yang saat itu sudah sangat kelelahan pun akhirnya menerima tawaran Kathleen.
Kathleen pun mengantarnya ke kamar tamu di rumah itu.
Rebecca langsung membanting tubuhnya ke ranjang, dan beberapa saat kemudian tertidur.
***
Christian terbangun dari tidurnya saat sinar matahari mulai menyilaukan matanya.
Christian mengusap matanya dengan kedua tangan, lalu duduk. Dirinya bisa merasakan kepalanya terasa pusing dan perutnya terasa mual.
Christian kembali mengingat-ingat apa yang sebenarnya dia lakukan kemarin.
Dia kehilangan kesepakatan dengan salah satu kliennya, membuat dirinya memilih untuk pergi ke klub. Awalnya dirinya hanya berencana untuk minum 'sedikit', tapi kelihatannya dia ketagihan. Dia tak tau berapa banyak gelas yang sudah diminumnya.
Christian mencoba mengingat-ingat bagaimana bisa dia ada di rumah saat ini.
Tiba-tiba dia teringat akan wanita yang membantunya. Christian masih bisa mengingat dengan jelas wajah wanita itu yang cantik dan manis. Dia bahkan sempat terpesona dengan wajah itu.
Dia juga sedikit mengingat saat wanita itu mengelap mulutnya yang kotor terkena muntah.
Oh, Tuhan. Dia harus benar-benar berterima kasih pada wanita itu.
Tapi, apa Tuhan memberikannya kesempatan untuk bertemu dengan wanita itu?
Christian berjalan menuju ke kamar mandi, mencuci wajah dan menyikat gigi.
Christian yang merasa perutnya mulai lapar, berjalan menuju ke meja makan dimana disana sudah dihidangkan nasi dengan telur kocok.
"Good morning, Chris." Ibunya menyapanya, lalu mengecup puncak kepalanya singkat. Sedewasa apapun seorang pria, ibunya pasti tetap menyayanginya.
"Good morning, Mom. Thank you for the breakfast."
Ibunya hanya menggumam, dan sibuk dengan acara mempersiapkan makanannya.
Bagaimana jika dia bertanya pada ibunya? Ibunya pasti tau siapa wanita yang sudah mau repot-repot mengantarnya pulang.
"Mom." Christian memulai pembicaraan.
"Yes?"
"Aku ingin bertanya."
"Apa, Chris?" Sekarang ibunya memfokuskan pandangan matanya ke arahnya, penasaran. Ibunya adalah tipe wanita yang seperti itu, mudah penasaran.
"Kemarin... Siapa yang mengantarku pulang?" Kathleen yang masih kesal dengan ulah anaknya kemarin, memilih untuk menjawab asal-asalan.
"Entahlah. Mungkin Tuhan?"
"Mom. Serius."
Kathleen menghela napas, bersiap-siap untuk menjelaskannya pada anaknya, tapi bertepatan dengan Rebecca yang baru saja keluar dari kamar tamu.
"Itu. Penyelamatmu." Kathleen menunjuk ke belakang, membuat Christian langsung memutar badannya, penasaran dengan wanita cantik yang baik itu.
🐻 Next update: Jumat 🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Miss. Lawrence Stole My Heart (COMPLETED)
RomanceChristian Spencer adalah pria berhati dingin yang dikenal dengan wajah tampan dan mengintimidasi, yang mampu membuat semua wanita bertekuk lutut. Belum lagi ditambah dengan kesuksesannya menjadi seorang CEO. Lalu, apa yang terjadi jika sosok dingin...