Let's not fallin love | Ny

494 67 2
                                    

Waktu itu kau pernah mengatakan, kau suka melihatku memakai kaus putih dan celana jeans biru dengan rambut tergerai, jadi aku melakukannya agar kau tak bosan. Kau juga bilang, gaun merah marun cocok dengan kulitku yang pucat, jadi aku mencari dan memakainya di depanmu. Kau sering bilang, aku cantik memakai apapun, jadi saat ku tanya baju apa yang ingin kau lihat untuk kupakai hari ini, kau bilang untuk tak memakai apa-apaㅡBenar, aku melempar bantal dengan keras dan kau hanya tertawa sampai menangis. 

Tapi kau tauㅡsekalipun aku melakukan semuanya, itu tak akan mengubah apapun, benar kan? Kau tetap tak mencintaiku, dan sialnya aku terus jatuh cinta.

Sekalipun kau meraup tanganku dan mengajakku berlari, atau mengecap rasa manis dari bibirku berulang kali, tak sekalipun kata cinta itu mengudaraㅡkau bisu dengan tiba-tiba. Bajingan. 

Eros itu tak handal sama sekali, mengapa hanya aku yang terkena panah? Punggungku lelah, ini menembus hingga dada.

Kau memintaku untuk tinggal bersamamu, hidup tanpa ikatan dalam satu atap membuatku sedikit percaya, setidaknya kau memang ingin menampungku dari pada aku tinggal dengan ayah dan di jual pada akhirnya. Jadi, pilihanku menerima tawaranmu kabur rasanya memang tepatㅡku rasa

Kau bekerja di sebuah bar dan pulang hingga pagi, dan saat waktu libur kau memilih tidur atau bergumul denganku sampai lelah, kau tau kan setengah mati aku mempercayaimu? Tentu kau tau, aku sudah memberikan segalanya, Jaebum. Kau harusnya tau itu.

Jadi, saat kau tiba-tiba tak pulang malam itu dan menghilang tanpa kabar, aku masih percaya kau mungkin kelelahan dan tak bisa meninggalkan pekerjaanmu. Aku menunggu hingga pagi sampai pagi lagi, dan kau datang dua hari kemudian tanpa penjelasan, kau membisu, namun, aku mencoba mengertiㅡkarena aku mencintaimu, Jaebum.

Aku mulai bertanya pada teman-teman mu kemana kau tidur saat tak pulang, mengetahui jarak harimu yang semakin melebar untuk menemuiku, atau bajumu yang mulai menipis di lemari pakaian, kau meninggalkanku dengan perlahan. Jadi, maukah kau menjelaskannya, Jaebum? Ada apa?

Taehyung menemaniku sewaktu aku menemukanmu dengan seorang perempuan menuju sebuah apartement yang cukup jauh dari tempat tinggal kita, kalian tertawa, terkadang kau mencium keningnya dan berakhir kau menghilang di balik salah satu pintu kamar. Aku menyimpulkan kau bersamanya selama ini tanpa aku ketahui, dan bodohnya aku merasa terkhianati sekalipun aku tau kau memang memiliki hak untuk bersama siapapun, karena tak pernah ada apapun di antara kita, benar kan?

Namun, ini sudah dua tahun, Jaebum. Apa ini tak ada artinya sama sekali untukmu?

Aku bertanya keberadaanmu saat kau tiba di rumah, tidak, ini hanya apartement kecil yang tak sebanding dengan tempat tinggalmu dengan perempuan itu. Namun kau menepis tanganku, dan membawa seluruh pakaianmu pergi bahkan setelah aku menjerit menahanmu, namun kau abaikan. Katamu, aku tak perlu mengetahui apapun, ini urusanmu, aku tak memiliki hak apa-apa untuk melarangㅡjadi selama ini, kau menganggapku apa?

Kau menyuruhku untuk tetap tinggal di sini, namun kau sudah tak pernah pulang sejak pertengkaran kita malam itu. Tanpa kabar, bahkan aku mencoba menemuimu bersama Taehyung ke rumah kekasihmu, namun kalian tak di sana. Aku sangat ingin melihamu, sekalipun di saat kau tengah bercumbu panas dengannyaㅡaku rindu. Sungguh.

Taehyung menemaniku, merawatku hari demi hari, Ia tak lelah meski berulang kali aku mengusirnya. Aku merasa berdosa karna sering mengabaikannya, namun saat aku melihat Taehyung, dia melihatku dengan cara yang sama, apa kau juga melihatku semenyedihkan saat aku melihat Taehyung? Apa aku seputus asa itu?

Aku di sini, Jaebum. Menunggumu pulang. Aku tak pernah beranjak bahkan berniat untuk pergi, sekalipun di tempat ini masih dipenuhi dengan deru tawamu yang sesekali tertangkap telinga, atau aroma sabun setelah kau membersihkan diri akibat pergumulan kita yang terlalu lama. Sangat sesak, rasanya sulit sekali untuk bernafas. Kau kemana? Tolong pulanglah.

Hari itu, aku menatap jendela kamar saat langit menangis, aku kembali mengingat kau akan membuat coklat panas dan kita akan berbincang banyak hal di atas tempat tidur, hidup kita yang sederhana, saling membagi makan saat uangmu menipis, kau meminta maaf berulang kali, dan kau mengatakan akan berjuang lebih keras. Sekarang, tak bisakah kau mempertahankan segalanya seperti awal? Aku mencintaimu, sekalipun kau mengatakan kau miskin dan aku seharusnya mencari laki-laki lain. Sungguh, Jaebum, aku hanya memiliki kau saat ini.

Hingga aku sangat lelah menunggumu pulang, aku mencoba untuk menghapusmu, memulainya dari awal, memulai segalanya tanpamu. Jadi aku memilih untuk meninggalkan rumah kita dan tinggal di tempat baru. Namun, perempuan itu menemuiku, Jaebum. Perempuan yang kulihat tengah bersamamu saat itu, perempuan yang kau peluk dulu. Wajahnya putus asa, dan kau tau apa yang Ia ucap?ㅡ"Jaebum sekarat"

Lorong rumah sakit, bau obat, kamar dan kursi roda. Aku melihatmu terbaring dengan wajah pucat pasi, lingkar matamu yang mencekung, juga tubuhmu yang semakin kurus. Aku menangis keras, namun kau hanya tersenyum tipis sembari mengelus rambutku, mendengar ribuan kata maaf yang terlontar, kau justru lebih jauh melukaiku.

"Matamu tak boleh meredup hanya karna aku pergi. Sudah ku bilang, jangan mencintaiku, Nayeon"

jadi, biar ku tanya, mengapa kau sangat mencintaiku, Jaebum?

Sebuah surat dan kotak kecil, kalung berbandul merpati, juga tanah basah tempat kau berpulang. Kau pergi, Jaebum. Jauh sekali. Aku tak tau apa-apa, kau yang kesakitan, kau yang terluka sendirian. Perempuan itu meminta maaf, Taehyung juga. Mengapa hanya aku yang tak tau, Jaebum? Mengapa hanya aku yang tak tahu apa-apa?

Aku sering melihatmu, di tempat tidur, di jendela kamar, di sofa dengan remot TV dan sebotol susu strawberry, ruangan ini semakin pekat, aku kembali merindu, kau bersemayam dan tak juga pudar. Aku merasakan pelukanmu, kau tetap ada sekalipun aku menutup mata, kau tetap marah saat aku tak makan dengan baik, kau juga tersenyum sembari mengecup keningku dan mengatakan semua baik-baik saja, kau masih menemuiku dan mengatakan cinta berulang kali dalam mimpi. Kau tau, Jaebumㅡ

ini sakit sekali.

❁❁

Langit berwarna jingga, dingin musim semi masih menyengat, Nayeon masih di sana, rumah mereka.

"Aku lelah, Taehyung" gadis itu memeluk Taehyung, mengadu penuh dengan kesakitan.

Diam-diam, sudut matanya mulai membasah.

"Tidurlah, Nay. Nanti ku bangunkan saat petang datang"

Mengelus lembut kepala gadis itu, Nayeon menutup matanya, dengan deru nafas yang semakin menipis.

Tak ada lagi pelukan erat Nayeon. Laki-laki itu mengigit bibirnya sendiri. Kuat-kuat agar tak bersuara.

Taehyung menangis.

❁❁❁

Let's not fallin love - Bigbang
23 / 01 / 2018

❁❁❁

Stories | Jb.NyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang