Hiraeth / Jb

121 20 7
                                    

Desember, 2020

Saat menjelang hujan aku bisa melihat kabut menutupi kota dari sini. Gedung-gedung tinggi, mobil, restoran, dan rumah-rumah itu tampak lebih kecil dari kuku jariku. Aku suka mendengar hujan, suka melihat burung yang terbang dengan tinggi sepadan, atau hanya berdiri melihat pemandangan.

Dari rumah-rumah itu, aku selalu melihat arah matahari terbenam, karena di dekatnya ada rumah yang tak bisa untukku berpulang lagi. Benar, kau di sana, Lim Nayeon. Kau rumahku.

"Kau selalu bisa menemuiku kapan saja, memelukku kapan saja, mencintaiku kapan saja"

Ucapanmu tidak pernah salah, Nay. Hanya saja rumah yang kau sediakan untukku sudah tidak bisa kutempati lagi. Tidak hangat seperti dulu lagi. Aku selalu bertanya bagaimana aku harus kembali? Dan kau tahu apa yang Tuhan jawab? "Teruslah sakit, mengapa kau ingin kembali pada rumah yang sudah kau buang dengan sia-sia?"

Mengapa?

Kau ingat tidak saat hujan menyapa dan membuat kaca jendela berembun? Aku memelukmu di balik selimut, kau suka sekali memakai kaus kaki berwarna kuning, katamu cukup kakimu yang perlu dihangatkan, sedang kau tetap memakai celana pendek dan kaus kebesaran milikku. Jadi pilihan berikutnya aku yang akan menghangatkanmu dalam dekapan agar kau tidak sakit.

Aku ingin kembali, Nay. Sangat ingin kembali. Kau tau bagaimana rasanya merindukan rumah tapi kau jelas tak bisa pulang ke rumah itu lagi? Sadar bahwa rumah itu tidak seharusnya lagi menjadi milikku? Mungkin bisa saja aku mengetuk pintunya, menunggu di depannya, dan setelah itu ada kau yang menyambutku dengan senyum merekah juga sebuah pelukan selamat datang. Tapi tidak, Nay. Aku sudah menghancurkan semua, dan aku tahu aku tidak bisa kembali.

Setahun lalu kira-kira saat peristiwa itu terjadi, aku melihatmu menangis, dengan sebuah koper dan jaket tebal, aku bahkan tak tau kau pulang hari itu, namun dengan waktu bersamaan aku tengah tertidur dengan perempuan lain. Percayalah bahwa aku bahkan tidak ingat apapun, mengapa ada Jennie bersamaku, terlelap sama pulasnya. Saat kau menuntut jawaban aku bahkan tidak bisa menjelaskan apa-apa, karena terakhir yang kuingat aku tengah berada di sebuah club malam bersama Kim Taehyung, hanya ada kita berdua, dan setelah itu semuanya abu-abu, Nay. Semuanya remang-remang dalam kepalaku.

Tidak ada yang bisa diperbaiki lagi memang, aku tidak tau bagaimana harus memulihkan segalanya saat akulah yang merusak kepercayaanmu, cintamu, juga hatimu. Tapi percayalah, Nay—Aku juga sama sakitnya.

Jadi saat kau memilih pergi, mengakhiri semuanya saat aku tidak bisa mengembalikan kepercayaanmu, aku tidak bisa menahannya, tidak bisa memaksamu untuk tetap tinggal menemaniku, dan aku tau aku tidak bisa mengharapkan apa-apa selain merelakanmu dengan rasa nyeri luar biasa dalam dada.

Aku sering merenung sendiri, kau tau setelah aku memilih pergi dari kota tempat kita bersama, aku tidak merasa lebih baik sama sekali. Namun setidaknya aku tinggal dengan Jinyoung saat ini, kau ingat kan dia teman kuliah kita, satu organisasi saat semester 4 dulu. Terkadang aku menanyakan sedikit kabarmu darinya, menanyakan apakah kau baik-baik saja selama ini, dan dia dengan senang hati memberikan ponselnya dan membuka profilmu untukku.

Setidaknya kau bahagia, benar kan, Nay? Kau harus bahagia setelah luka-luka itu, setelah tangisan-tangisan itu, kau berhak bahagia tanpa diriku.

Aku melangkah menuju apartemen tempatku tinggal, pukul 5 sore kira-kira, dan Jinyoung mungkin saja sudah pulang saat ini. Jadi aku membuka pintu, melihat bahwa beberapa lampu sudah dinyalakan, petanda ada penghuni yang datang.

"Hei, sudah pulang sejak tadi?" Sapaku saat kutemui Jinyoung duduk di kursi menghadap televisi, menatap layar ponselnya. Dia menoleh sebentar, kemudian menyapaku dengan senyum. "Ya"

"Sudah ada janji dengan Mina, ya? Selamat bersenang-senang" kataku, dia tertawa sejenak, Kemudian mengangguk.


"Kau tidak pergi?" tanyanya, aku menggeleng sebagai jawaban.

"Jaebum, kau sudah tahu beritanya?" Suara Jinyoung terdengar sedikit gugup, aku yang tengah membuka kancing lengan kemejaku berhenti untuk menatapnya, "Berita apa?"

Jinyoung berkata untuk tidak terkejut, aku duduk di sampingnya dengan rasa penasaran luar biasa, raut wajahnya tampak ragu namun aku tau rasanya ini berita tentangmu Nay. Dan memang benar. Ini kabar tentangmu, namun kau tau apa yang dia katakan? Kau tau apa yang membuatku semakin terluka saat ini? Dan kau tau apa yang membuatku menyesal dan terlambat untuk menyadari semuanya sejak awal?

"Lim Nayeon dan Kim Taehyung akan menikah hari ini" []

****

Hiraeth: a home sickness for a home u can't return to, or that never was.
Cr: uh_hi...lol

Stories | Jb.NyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang