Nayeon meyakini satu hal saat ketidak sengajaan bertemu laki-laki kemarin memang memiliki misteri tersendiri. Ia bahkan tak akan terkejut jika cerita yang selama ini Ia dengar bukan hanya pemanis mulut untuk menjauhi hutan yang selalu berkabut itu. Setidaknya, Chaeyoung benar akan satu hal, memang ada laki-laki yang tinggal di dekat hutan. Anak yang sempat hilang itu, bisa jadi itu orang yang sama dengan yang Nayeon lihat kemarinㅡharusnya begitu. Ah, Nayeon sebenarnya tak ingin memikirkan hal itu terlalu jauh, tapi ini benar-benar mengganggu pikirannya.
Menggeleng kepala pelan, Nayeon memejam matanya yang sudah semakin berat. Ia disini sedari tadi, di balkon atas, tempat biasa Ia menghabiskan malamnya, terkadang dengan menyelesaikan tugas bersama Taehyung, atau hanya bersantai duduk menatap awan, tempat ini bahkan sudah menjadi favorit tanpa Nayeon sadari. Bersandar pada dinding yang sedikit lembab karna dingin, Nayeon mengeratkan jaket mocca yang menjadi hadiah natal dari ayahnya tahun lalu. Dingin mulai memeluknya perlahan, juga gelap yang semakin membuat tubuhnya meremang. Nyaris saja Ia beranjak dari sana, Taehyung sudah terlebih dulu duduk di sampingnya, rambut hitamnya sedikit berantakan, dengan kaos coklat kayu dan celana pendek berwarna abu-abu. Taehyung menyematkan lagi senyum persegi andalannyaㅡastaga, itu terlalu manis Taehyung. Sial.
"Kenapa kemari?" tanya Nayeon sembari mencoba mengabaikan tatapan Taehyung, mengalihkan pandangannya lurus ke arah depan. "Tidak, hanya ingin menemani Putri yang kesepian ini"
Taehyung menggeser duduknya, agar lebih dekat dengan Nayeon, "dingin" ㅡucapnya.
"Jangan terlalu dekat, aku tak ingin sepupuku sendiri menyukaiku" kata-kata Nayeon sukses membuat Taehyung tertawa,
"Tak ada yang melarang, lagian hanya aku yang tahan dengan omelan membosankan mu itu" Taehyung tertawa sejenak, membuat Nayeon mulai berdecak sebal. "Tidur sana, kalau kau tidur terlalu malam, nanti kita akan telat lagi"
"Perhatian sekali, sih" nada Taehyung di buat seimut mungkin, sukses membuat Nayeon ingin mengumpat dan menendang Taehyung saat itu jugaㅡkalau saja Ia tak ingat bibi Jung akan mengomel karna mereka kembali bertengkar.
"Jangan menggangguku"
"Kalau aku tidak mengganggu, kau akan sedih lagi, nanti" laki-laki itu mengerucutkan bibirnya, sekalipun Nayeon tau Ia mengatakan itu dengan tulus, tapi Nayeon tak mau dikasihani. Nayeon berdecak, kemudian melipat tangannya di depan dada, mengabaikan Taehyung.
"Kau tau Nayeon, aku senang kau kembali kesini, ku kira hari itu menjadi hari terakhirku melihatmu" Taehyung menempatkan kepalanya ke bahu Nayeon, sembari memeluk lututnya sendiri, sedikit kedinginan.
"Kupikir juga begitu, ayah dulu melarang keras aku ke sini, entahlah. Bahkan saat ibu meninggal, ayah semakin sibuk dan aku semakin tak bisa bertemu kalian" otomatis otak Nayeon memutar memori masa lalunya, membuat gadis itu menerawang jauh-jauh. "Tapi, sekarang aku hanya memiliki kalian sebagai keluargaku"
"Jangan sedih" Taehyung kini menatap Nayeon, bibirnya melengkung kebawahㅡtapi Nayeon justru tertawa melihat ekspresi Taehyung yang begitu menggemaskan.
"Sudah tidak, aku sudah bisa menerima itu Taehyung, kepergian ayah dan ibu, aku sudah ikhlas. Lagian aku senang memiliki saudara sepertimu sebagai pengganti"
Ucap Nayeon tulus, senyumnya terlukis sempurna, membuat Taehyung terkesip untuk beberapa saat. "Sial" umpatnya kemudian, membuat Nayeon mengerutkan wajah tak mengerti mengapa Taehyung mengumpat kepadanya.