Side to Side

408 60 17
                                    

Jaebum terlihat cukup terkejut dengan kedatangan perempuan itu. Dengan kaus polos hitam dan celana pendek, serta rambut yang berantakan, dia baru saja bangun dari tidur, setengah sadar, namun masih bisa mengenali presensi siapa perempuan yang saat ini berada di hadapannya.

02:30 pagi.

"Im Nayeonㅡ?"

Dia berbisik pelan, ragu-ragu "kenapa kau di sini?" ucap laki-laki itu masih tak percaya.

jelas Jaebum sudah lama tak melihat perempuan itu. Dari terakhir yang Jaebum dengar, perempuan itu sudah menikah. Dulu sekali, pemilik tubuh itu adalah kekasihnya. Ia ingat sekali saat Nayeon meminta maaf, pamit pergi untuk berobat karena dinyatakan sakit oleh dokter, namun berakhir dengan menikah dengan pria lain. Jaebum masih ingat hingga Ia bisa merasakan dadanya kembali sesak saat gadis ini muncul lagi di hadapan.

Tapi, dari pada menampakkan wajah bersalah,  Nayeon justru tertawa ringan sembari melipat tangan.

"hanya rindu" ucapnya. "tak mau menyuruhku masuk dulu?"

Nayeon tersenyum, dengan setelan gaun satin marun bercorak bunga, memakai sepatu hak tinggi hitam, tengah membawa keresek berukuran besar di tangan kanannya.

Laki-laki itu tau ada yang tidak beres. Namun tetap memilih membukakan pintu, mempersilahkan perempuan itu masuk.

"kau bisa mengabariku kalau ingin datang" laki-laki itu berjalan di belakang Nayeon setelah kembali menutup pintu. Menguncinya rapat-rapat.

Mereka kemudian duduk, di ruang tengah dengan televisi menyala. sengaja dihidupkan, agar tak ada yang dengar percakapan mereka, agar tak ada yang dengar gadis itu datang lagi malam ini

"aku tak yakin kau akan membukakan pintu kalau aku mengabarimu dulu"

Nayeon terkekeh, memandang laki-laki yang nampak cemas itu, kemudian tersenyum begitu tenang. "aku tidak sedang di buntuti siapapun, kau tak perlu gelisah, sayang."

Oh. Tidak perlu gelisah katanya? Kalau Jaebum tidak tau sesinting apa perempuan itu, mungkin Jaebum tak akan mengkhawatirkan apapun sekarang.

"aku datang hanya untuk merayakan ulang tahunmu, Happy Birthday, bae"

Sekarang Jaebum tau apa yang Nayeon bawa. Ya, kue ulang tahun. Bahkan dia baru sadar sekarang ulang tahunnya.

kemudian Nayeon bediri, menghampiri Jaebum dan duduk di pankuan laki-laki itu begitu saja.

"kau tak senang aku datang? Hm?"

Wajah itu terlihat masih sama saat terakhir Jaebum melihatnya. Masih rupawan. Masih bersemu merah saat mata mereka saling menatap satu sama lain. Bibirnya dipoles marun, menawan tak pernah hilang.

"Im Nayeon, ku mohon"

Laki-laki itu mengalihkan wajah saat labia ranum itu nyaris menyentuh bibirnya. Menahan tangan Nayeon, kemudian menatap gadis itu dengan begitu dalam.

Perempuan itu tersenyum simpul, ada kegetiran saat ujung bibir Nayeon terangkat. Ia tau Jaebum tidak akan lagi bertekuk lutut dengan mudah.

"kau yang paling tau aku tidak suka penolakan"

Nayeon menyentuh wajah Jaebum lembut, mengusap bibir laki-laki itu dengan ibu jari, kemudian memandang netra hitam Jaebum dengan begitu lekat. "kau harus menerima hadiahku dulu, ya?"

Nafas Jaebum memberat, Ia tau sekuat apapun dirinya mempertahankan diri, Nayeon tidak akan menyerah begitu saja. Ia mengenal perempuan itu lebih dari siapapun, lebih dari orang lain.

Tapi, ini sudah nyaris satu tahun perempuan itu tidak pernah lagi datang. Jadi, kenapa tiba-tiba?

ada apa sebenarnya? Apa yang membuat perempuan itu kembali?

Stories | Jb.NyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang