"jadi, kau akan menikah?"
Aku terdiam. Menunggu jawaban dari seseorang diseberang telepon. Ada helaan nafas panjang terdengar, berhasil membuat ku memejamkan mata. Air mataku nyatanya sudah jatuh diam-diam. Percayalah aku sudah menahannya sekuat yang aku bisa, untuk tidak menangis, tapi aku bahkan tidak tau seberapa tipis batasku untuk bertingkah seolah-olah aku bisa melalui semua, nyatanya aku tetap saja menangis. Ku harap Jaebum tidak mendengar apa-apa di sana, aku tidak mau dia merasa bersalah.
Aku terdiam, memikirkan kemungkinan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi, apakah seperti ini akhir cerita kami?
Benar. Aku terluka sekali lagi, semua ini konsekuensi yang kudapatkan, aku sanggup menghadapinya, hanya saja aku tidak mengira akan datang secepat ini. Dan juga, semenyakitkan ini.
"orang tua Jennie meminta semuanya di percepat, Nay" ucap Jaebum setelah beberapa saat terdiam. Aku meremas dadaku sekali lagi, sesak itu menghantanku jauh lebih keras, aku sesak, berita itu seakan menguras tenagaku sekaligus, aku bahkan tidak menyiapkan apapun untuk menghadapi ini.
"kalau begitu, bukankah kita juga harus dipercepat?" balasku.
Aku tahu Jaebum tak mengerti ucapanku itu, karena Jaebum tidak memberikan jawaban apa-apa selang mendengar pertanyaanku. "Bukankah lebih baik, kita cepat akhiri saja?" Ulangku kemudian. Aku menggigit bibir, jantungku berdegup keras. Ah sial. Bahkan Aku harus mengatakan suatu hal yang tak ingin Aku lakukan. Melepaskan laki-laki itu.
"sayang.. Aku"
"aku tahu posisiku," Aku menyela. "aku tak pernah berharap lebih, kau tahu itu. Aku hanya seseorang yang jatuh cinta, dan aku berharap atas kebahagiaanmu dengannya, aku bersungguh-sungguh, Jaebum."
Aku menatap langit-langit, Aku ingin segera mengakhiri panggilan itu, Aku tak berharap Jaebum tahu bahwa tidak ada yang baik-baik saja dari kondisiku saat ini. Nyatanya melepaskan dirinya sama sekali bukan perkara yang mudah. Namun aku tahu siapa yang Jaebum prioritaskan, dan itu jelas bukan seorang Lim Nayeon.
"Terimakasih, atas semuanya. Aku yakin kau akan mendapatkan yang lebih baik dariku"
Itulah kata-kata yang terakhir yang Aku dengar, sebelum akhirnya tangisku mengudara pada ruang kamar. Aku tak tahu nyatanya akan sesakit ini. Kalau boleh jujur, Aku sama sekali tak ingin melepaskan Jaebum. Aku berbohong mengatakan Aku tak mengharapkan apapun, jelas Aku ingin Jaebum menjadi milikku. Penuh. Namun sekali lagi, Aku menyerah. Lagipula, dari awalpun aku tak pernah ada dalam pilihannya. Aku tahu Ia tak benar-benar mengharapkanku, tidak benar-benar menginginkan aku yang bersanding dengannya, aku saja yang bertindak berlebihan.
Bukankah aku hanya masa lalu yang kebetulan saja kembali pada hidupnya?. Sedangkan Jennie, perempuan itu yang menemani Jaebum sebagai kekasih hingga saat ini.
Jadi, aku tidak terlambat kan untuk melepaskan laki-laki itu sekarang? Aku hanya tak ingin semakin kesulitan jika harus melepasnya nanti.
Aku menangis memeluk lutut. Aku teringat lagi percakapan kami selama setahun, perilakunya, perhatiannya terhadapku. Yang lebih mengejutkan lagi, dalam waktu sesingkat itu, Jaebum berhasil membuatku segila ini. Mungkin bagi Jaebum, setahun tidaklah begitu penting. Namun aku benar-benar menikmati waktuku dengannya, meski semuanya kulakukan dengan diam-diam dibelakang Jennie, nyatanya aku juga salah dalam hubungan ini. Tidak seharusnya aku berharap pada laki-laki yang sudah digenggam perempuan lain.
Jadi, apakah aku menyesal?
Entahlah, aku bahkan tak tahu pasti, meski yang kudapat pada akhirnya adalah luka dengan sakit luar biasa.
Aku memikirkan sekali lagi, dari semua awal dan hingga akhirnya Jaebum memilih untuk melanjutkan hidupnya tanpaku. Apakah benar hanya aku yang jatuh cinta di sini. Apakah hanya aku?
Semua memang harus memiliki akhir. Dan ini yang aku dapatkan. Kepergiannya.
Lalu, bagaimana semua bisa terjadi seperti ini?
Karena, jiika sajaㅡ
jika saja dulu aku tak mengucapkan selamat atas kelulusannya, mungkin tidak akan ada perbincangan yang bisa memulai semuanya
jika saja dulu, aku sedikit mengabaikan pesan-pesan Jaebumㅡ
jika saja aku tidak mengizinkannya memanggilku dengan nama yang dia buat untukku duluㅡ
jika saja aku tidak mengangkat telepon dan menyimpan nomornya ㅡ
Jika saja aku tidak membiarkan Jaebum datang dan menemuikuㅡ
Jika saja aku memberanikan diri untuk menolak permintaannya untuk menemaninya dirumahㅡ
Jika saja aku mengabaikan pengakuan rindunya atas dirikuㅡ
Dan jika saja aku, tidak mencintainyaㅡ
"apakah saat ini, aku akan baik-baik saja?" []
❁❁❁
11 September 2019
Untuk satu alasan, aku senang mengenalmu, dan juga mencintaimu. Sebab dalam dirimu, ada dunia yang tak pernah aku temukan pada orang lain. Sebab kamu, adalah kisah yang bisa aku simpan dan kunikmati sendiri. Kendati kamu, tidak pernah merasakan apa-apa.