[3] not only words ft smn

320 74 7
                                    

Selama perjalanan menuju masjid keduanya tidak saling bicara dan hanya berjalan. Begitu sampai di masjid pun keduanya langsung berpisah, Mino ke tempat wudhu khusus lelaki dan Yerin ke khusus perempuan.

Setelahnya tidak bertemu lagi. Mereka berpisah sudah.

Yerin menuju tujuan sebenarnya; rumah Eunha dan Mino menunggu Isya baru dia pulang.

.

"Dari mana aja si ka?" Ibu dari lelaki bernama Mino itu menyambut putra sulungnya yang baru menunjukkan wajahnya di rumah hari ini.

Lelaki yang wajahnya terlihat gahar itu tersenyum lembut pada ibunya. "Keluar bu cari kesenangan,"

Kesenangan itu mukulin orang? Ok, untuk yang itu Mino punya alasan melakukannya.

"Udah dapet?" Tanya sang ibu menggoda. Wanita paruh baya itu masih sibuk di meja makan menyiapkan makan malam untuk keluarga kecil mereka ini.

Mino hanya terkekeh dan tidak menjawabnya.

"Mandi sana habis itu panggil adikmu kita makan malam," Mino mengiyakan suruhan ibunya dan bergegas untuk mandi.

.

Setelah makan malam usai Mino menuju kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang singlenya. Memandangi langit kamarnya yang isinya cicak memburu nyamuk. Entah kenapa kedua sudut bibirnya terangkat otomatis ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Ketika seorang gadis misterius memeluknya dari belakang.

"...namanya siapa ya? Hahaha bodoh banget gue," monolognya sambil menggelengkan kepalanya.

"Konyol," celetuknya mengingat bagaimana ia khawatir karena gadis itu sempat tak sadarkan diri karena hal kecil.

Mino bangkit dari posisinya, ia menuju jendela kamarnya dan memandangi langit yang berbintang di luar. Ia duduk di mulut jendela, tiba-tiba tangannya berada di pahanya dan ia merasakan ketika kepala gadis itu ia letakan di sana sambil menepuk pipi gadis itu supaya sadar.

Rasanya Mino sedikit sinting sekarang. Dia ini kenapa begini. Belum pernah sebelumnya ia merasakan hal-hal semacam ini.

"Aish," kesal sih akan dirinya yang begini. Namun perasaan ini lucu, Mino ingin menertawakannya.

"Gue bakal nemuin lo lagi, kok. Utang botol mineral," Mino tersenyum lalu kemudian menutup jendela dan menuju ranjangnya untuk menyudahi hari ini.

.

"Ka Mino, Dana nitip cilok telor yang di taman komplek dong ya kaka mau sepedaan kan?" Bukan mau sepedaan sih benarnya, Mino mau beli pulsa listrik yang bentar lagi mau habis. Iya sih, loket beli pulsa listrik bakal lewat taman komplek. Ya udah ngeiyain maunya adik dapat pahala juga kok.

"Duitnya?" Tapi tetap perhitungan supaya kita gak dirugikan tenaga dan finansial.

Gadis berambut hitam itu mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari kantungnya dan memberikan itu pada Mino. "Pedes ya ka," requestnya.

Mino mengangguk dan mulai mengayuh sepedanya menjauh dari rumah.

.

Saat Mino mengantri membeli cilok telor yang di pesan adiknya, ia melihat sosok yang tak asing. Sosok yang semalaman masuk ke dalam pikirannya dan membuatnya penasaran. Gadis misterius yang ia temui kemarin sore. Ia tengah membeli cimol di sini.

Mino tersenyum melihatnya. Gadis itu menggembungkan pipinya tak sabar memakan cimol yang baru saja diberikan padanya oleh tukang cimol itu.

Mata Mino tak bergeming untuk membuntuti kemana gadis itu akan pergi. Dia duduk tak jauh dari dimana Mino berdiri kini. Baiklah.

"Bang masih lama ya?" Tanya Mino pada abang kang cilor.

Abang tersebut mengangguk yang tangannya tangah meracik makanan yang ia jual tersebut. "Lima lagi bang pesenan eneng ini,"

Mino sedikit menimbang sesuatu, "Gini deh bang, saya nitip aja pokoknya bikinin lima ribu yang pedes ntar saya ke sini lagi. Ada urusan,"

Abang cilor itu mengiyakan dan Mino melesat dari sana.

.

Urusan yang dimaksud Mino ya mendatangi gadis yang namanya belum ia ketahui itu. Ia datang dari belakang gadis itu membawa tisu dan sebotol mineral dingin. Sebelum ke sini ia memerhatikan bagaimana gadis itu terlihat kacau karena makan pedas.

"Anjir pedes banget!" Gadis itu berkata sambil mengelap keringat yang keluar di dahinya karena kepedesan.

Pluk

Mino mendaratkan sebuah tisu di dahi gadis itu. Kemudian duduk tepat di sebelahnya. Membuat gadis itu terbengong sesaat karena kehadirannya tiba-tiba.

Ekspresi bengongnya lucu.

"Makasih..." ucap gadis itu.

Mino menjulurkan mineral dingin yang ia bawa pada gadis itu yang dengan kemudian mengambil mineral itu dan meneguknya setengah.

Mino terkekeh karena melihat keadaan gadis di sebelahnya yang cukup jauh dari kata beres. Dengan tisu di dahinya yang menghalu keringat yang keluar, bibir yang... merah dan agak bengkak. Itu seksi, eh. Karena makan pedas. Dan dia memegang botol yang tutupnya jatuh di dekat kaki Mino.

Mino meraih tutupnya dan mengambil botol mineral di tangan gadis itu juga menutupkannya.

"Serampangan banget lo jadi cewe!" Kata Mino sedikit menyinggung gadis itu. Gadis itu membalasnya dengan senyuman setengah ikhlas. Tetap saja ia berterima kasih karena Mino sudah menjadi penolongnya pada kala ia krisis butuh minum saat kepedesan gini.

"Btw thanks ya bang,"

"Gaya sih segala makan pedes pedesan. Sakit perut tahu rasa lo!" Mino menjitak kepala gadis itu membuat gadis itu mengaduh dan...

"Ya Allah gagar otak nih gue tiap ketemu lo pala gue jadi korban mulu."

"Lebay," tukas Mino membalas candaan gadis itu. "Btw nama lo siapa sih?"

"Jung Yerin,"

Oh, Yerin. Mino mengangguk-ngangguk.

Yerin menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Mino. "Nama gue Yerin, bang, salam kenal!" Ucapnya ketika Mino membalas jabatan tangannya. Dia tersenyum lebar. Melupakan fakta bahwa tadi dia kepedesan berbanding terbalik dengan wajah kepedasannya yang menyedihkan.

Mino membalas senyuman itu juga. Dengan senyum menawannya.

"Orang baru ya di komplek?" Akhirnya Mino bertanya apa yang sejak tadi malam ia pertanyakan.

Yerin menggeleng, "Gue bukan orang sini. Cuma sementara,"

Mino memasang ekspresi tidak paham. Maka Yerin mulai menjelaskan, "Jadi sepupu gue ditinggal ortunya ke LN gak berani kan tuh ya gue disuruh nemenin gitu,"

Ok Mino baru paham. Pantas saja dia tidak pernah melihat Yerin sebelumnya selama 20 tahun hidup di komplek ini.

"Oow. Elo ke sini sama sepupu lo?"

Pertanyaan ini jadi membuat Yerin ingat pacarnya. Pasalnya ia ke sini sendirian karena Eunha sedang jalan dengan pacarnya, Jungkook. Yerin teringat Taehyung entah mengapa.

Dan ketika ingatannya menampilkan wajah Taehyung, sosok itu muncul di depan wajah Yerin. Lelaki itu boncengan dengan gadis yang rasanya Yerin tahu, Irene.

Ya Allah.

Botol mineral yang dia pegang ia remas menimbulkan suara hingga Mino memusatkan atensi padanya, "Kenapa Rin?" Dan mengikuti arah pandnag Yerin.

Terbakar cemburu. Ya begitulah Yerin kini.

_

Awww apa ini ._.

een schot°jyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang