[8] beda ft khb

349 67 6
                                    

Harlah pesantren al azhar baru saja selesai pada pukul 1 malam. Hanbin langsung pulang ke rumah bersama ibunya. Sudah 6 tahun ia mengalap berkah dan mencari ilmu di ma'had suci tersebut. Berat rasanya hati meninggalkan pesantren tercintanya itu tapi apa boleh buat. Dua minggu lagi pun ia wisuda mendapatkan titel sarjana humanioranya dari uin jakarta program studi study agama agama. Empat tahun berlalu begitu cepat.

Tiba di kamarnya ia tak langsung tidur. Kebiasaan bucinnya sudah mendarah daging mungkin. Ia pun menelpon kekasihnya,

"Malam cantik,"

Serius kok gue gigu bayangin Hanbin pegang ponsel di telinga sambil bilang gitu huhuhuhuhu

"Belum tidur juga?"

"Besok lagi kerja skripsinya kamu tuh,"

"Nanti sakit gimana?"

"Besok ke gereja kan?"

"Pulangnya aku jemput aja,"

"Ya kan kangen hampir sebulan gak ketemu."

"Tidur sana, matiin laptopnya, yaudah iya komputernya shut down dulu."

"Malam sayang,"

Senyum Hanbin puas setelah mendengar suara gadis yang dirinduinya.

Masih sama, Sahnan Hanbin Munandar yang merupakan lulusan pesantren itu mencintai gadis yang taat dengan agamanya dan peribadatan di hari minggunya, Yerin Excensia Kasih.

Tidak ada yang berubah sejak SMA hingga ia pun menyelesaikan kuliahnya. Hanbin masih sama dengan perasaan tulusnya pada gadis berkeyakinan beda dengannya.

Senyum mengembang di wajah lelaki tampan itu. Masih dengan sarung harlahnya ia tertidur kalau atasanmya sih ia tanggalkan karena cuaca jakarta panas dan ac di kamar remotnya hilang.

_____

"...kami sebagai orang tua kamu gak akan maksain mengenai kepercayaan kamu Rin. Kamu cukup dewasa kok untuk hal itu kini. Mama katolik papa protestan dan kamu ikut mama. Ya terserah. Papa gak maksa, kami sayang kamu pengen kamu bahagia. Jangan mberatin kami Rin, kamu juga harus menjemput bahagiamu itu. Kalau dengan cowo bersarung itu kamu bahagia, mama papa terima kok."

Hati Yerin bergetar hebat di dalam sana. Ada rasa haru yang ingin dia tumpahkan lewat menangis.

Bersyukur atas dilahirkan ke dunia ini dengan orang tua yang bak malaikat baiknya seperti ini.

"Agama itu bukan Tuhan Rin, cuma nama nama dari kepercayaan. Mama katolik karena sejak lahir mama tinggal di keluarga katolik yang kental dan dalam katolik mama mendapat ketenangan. Karena mama tenang dan nyaman ya sudah mama stay saja. Ya mana tahu kalau dulu mama main sama teman teman yang islam atau budha dan ternyata dapat kenyamanan juga. Mungkin mama bakal terseret sama mereka,"

"Jangan terlalu terkungkung sama agama gitu. Penilaian Tuhan dilihat dari seberapa taat manusia itu pada ajaran Tuhan Rin," Tukas papanya sambil menyeruput kopinya.

Mereka tengah berada di ruang makan keluarga Jung. Sarapan sebelum ke gereja pukul 7 nanti.

Orang tua Yerin juga berbeda kepercayaan dan mereka utuh sampai saat ini dan tetap harmonis. Mengenai anak, mereka memiliki dua anak. Yerin dan Chanwoo, Yerin mengkuti ibunya katolik dan Chanwoo ikut ayahnya protestan. Dan ketika hari minggu, misa atau yang lain mereka ke gereja yang berbeda. Selalu seperti itu namun masih saja rukun dan akur karena mereka saling mengerti, sayang dan mencintai satu sama lain. Tidak ada yang salah atau pun perlu disalahkan. Semua akan berjalan normal saja, dan ketika memang ada yang berbeda ya lakukan perbedaan itu dengan landasan masih saling menghargai perbedaan itu.

"...Sahnan anak yang baik. Papa siap melepas anak papa yang cantik ini kalo untuk lelaki kaya dia,"

Yerin ingin memeluk sosok papanya itu kini, sungguh. Percakapan pagi ini benar-benar serius.

Yerin sudah memberitahu tentang hubungannya dengan Hanbin sejak setahun pertama mereka bertukar janji untuk saling berkomitmen dan orang tua Yerin menerima itu. Makanya ibu dan ayah Yerin sedikit banyak mengenal Hanbin.

"Ya terserah kamu kalau mau jadi muslim," tukas ibunya cukup menohok hati Yerin. "Mama gak akan maksa maksa atau ngelarang kamu. Kamu udah besar nak,"

Yah, Yerin hidup di dunia ini cukup lama. 22 tahun hidupnya dengan kepercayaan bahwa ia seorang katolik yang taat dan ia nyaman akan hal itu kini diambang keraguan untuk lanjut atau memulai sesuatu yang baru yang entah akan membawanya kemana namun bersama orang yang sangat ia cinta, Sahnan Hanbin Munandar.

"Mama, Papa, Chanwoo... terima kasih banyak ya atas semua kepercayaan kalian dan kebaikan hati kalian nerima apapun keputusan Yerin. Tuhan selalu memberkati. Yerin nyaman kaya gini. Yerin sayang sama Hanbin dan kata Hanbin pun bukan masalah kalau kita beda dan menikah,"

______

Hanbin sudah belajar banyak hal saat S1nya karena yang diambil sebagai prodinya pun studi agama agama di uin jakarta. Sengaja, agar dia lebih tahu tentang hal hal agama dan perbedaan serta keunikan di dalamnya. Menyelam sambil mendalami tentang pernikahan berbeda agama. Dan sesungguhnya itu bukan kesalahan mutlak dirinya yang salah menempatkan cintanya untuk Yerin. Awalnya memang Hanbin pikir ini sebuah cobaan. Namun tidak juga, perasaan ini berlangsung lama dan ia tidak bisa memusnahkannya. Ini seperti sebuah garis Tuhan yang dicoretkan untuknya. Kelamaan Hanbin merasa biasa saja dan ia menerima itu tanpa beban di dada. Ia tulus mencinta gadis yang berbeda agama dengannya itu, Yerin Excensia Kasih.

_______

Mau aku endin tapi belom deh kayanya hehehehe
Ini buat yang nanyain beda wkwkwk
Terima kasih sudah nunggu dan selalu baca ceritaku jangan sungkan spam komen dan tulunq vote ya cantik:))))

een schot°jyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang