[3] dlm kenangan ft lty

395 92 10
                                    

Hubungan Yerin dan dokter yang menangani Yerin ini, Wonwoo, adalah samar. Dulu mereka sepasang kekasih yang saling mencintai, namun setelah lulus SMA dan keduanya berpisah tak ada lagi kontak yang terhubung satu sama lainnya. Sampai saat ini mereka bertemu dalam keadaan yang tak terduga sama sekali.

Yerin duduk di ranjangnya. Waktu sudah malam sekitar pukul 10 tapi ia tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya tak berada di sini, ia tak henti memikirkan Taeyong. Sedang apa lelaki itu? Sudahkah makan ia? Dan lain-lainnya.

Ketika pikirannya tengah melalang buana sampai di rumah, pintu ruangan terbuka. Wonwoo dengan tasnya dan sudah menanggalkan jas khas dokternya.

"Boleh masuk 'kan?" Tanya lelaki itu di ambang pintu dan diangguki juga oleh Yerin.

"Kenapa belum tidur? Ada yang sakit ya?"

Yerin menggeleng. Wonwoo meletakkan tasnya di lantai dan dirinya duduk di kursi yang sejak siang tadi dirinyalah yang bolak balik duduk di sini.

"Kamu mau pulang?" Balas tanya Yerin.

"Iya,"

Yerin tersenyum. Senyum yang begitu sangat Wonwoo rindukan dari... mantan kekasihnya ya?

"Ya buru nanti kemaleman kasihan keluarga di rumah..." Guris Yerin sedikit.

Wonwoo senyum meremeh. Kalau yang dimaksud Yerin mungkin istri dan anak Wonwoo... "Aku belun nikah Rin,"

Yerin jadi kikuk. "Eh, sori."

"Gak apa kok Rin. Kamu gimana?"

"Suami aku di rumah. Dan alasan aku belum tidur ya mikirin dia."

"Sama anak kamu?"

Yerin menggeleng. "Kami belum punya anak Nu,"

Wonwoo mengangguk beberapa kali.

"Dia tahu kamu sakit?"

Yerin menggeleng sebagai jawaban. Gak. "Itu jadi alasan kenapa aku gak berobat. Aku gak bilang ke dia. Aku gak mau bikin dia khawatir dan takut."

"Justru pasti dia bakal dukung kamu sepenuhnya dalam ngejalanin pengobatan, Yerin."

Ya mungkin begitu, tapi lebih dari itu Yerin takut Taeyong tertekan karena Yerin sakit. Yerin sendiri sadar betapa lelaki itu mencintainya.

Deringan ponsel mengintrupsi obrolan mereka.

Yerin meminta izin mengangkatnya dan diangguki Wonwoo.

"Walaikumsalam,"

"Di rumah temen mas. Kamu makan apa?"

"Oh ya sukur."

"Iya besok aku pulang,"

"Gak usah sendiri aja,"

"Ya pake yang gelap aja,"

"Dasinya gak usah bermotif,"

"Kaus kaki pake yang tadi kan baru ganti."

"Besok mas beli bubur ayam aja."

"Iya... ih kangen apaan baru sehari doang?"

Yerin diem sejenak waktu di ujung telpon Taeyong berucap,

"Semalem tanpa kamu hampa banget sayang, kayanya mas gak bisa lama-lama jauh dari kamu."

Yerin ingin menangis rasanya. Bagaimana kalau ia kalah dengan penyakitnya dan harus meninggalkan Taeyong... untuk selamanya.

Wonwoo hanya memerhatikan Yerin, kapan lagi bisa menjadi sedekat ini dengan gadis yang namanya tersimpan rapi di dalam hatinya. Walaupun kenyataan sakit hati tahu Yerin sudah jadi istri orang.

"Ngomong apa sih mas? Tidur sana besok kesiangan loh gak ada yang bangunin..."

"Iya besok aku telpon mas jam 3 sekalian biar tahajud juga,"

"Iyaaa...."

Yerin melirik Wonwoo yang hidmat memerhatikan Yerin sejak tadi. Kepergok Yerin, Wonwoo membuang muka. Yerin juga, ia mengecilkan suaranya.

"I love you too mas Taeyong,"

Kemudian sambungan berakhir.

"Maaf Nu, sampai mana tadi ya?"

"Dia gak bisa hidup tanpa kamu, kan Rin?"

"Terus kenapa kamu gak mau berjuang buat hidup lebih lama?"

Yerin diam saja mendengar pertanyaan bertubi dari Wonwoo yang matanya mulai memerah seakan hendak berair sebentar lagi.

"Aku ada kenalan di US-"

"Gak."

Yerin beucap tegas dan itu menghentikan mulut Wonwoo yang siap terbuka bicara lagi.

"Aku gak bisa kemana mana lagi Nu, di sisa-"

"Jung Yerin!"

Mereka diam untuk beberapa saat. Mata Yerin mulai basah, ia menangis sesenggukkan membuat Wonwoo banhkit dan duduk di ranjang yang sama, ia menepuk-nepuk pelan bahu Yerin. Inginnya sih memeluk... tapi Yerin istri orang.

een schot°jyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang