[1] dlm kenangan ft lty

873 108 17
                                    

Darah kental mengalir dari mulutnya membuat Yerin mengalami pusing yang cukup berat. Ia bersandar pada dinding kamarnya dan merambat menuju kamar mandi di kamar ini. Dirinya mendapatkan pantulas sosiknya di cermin wastafel. Birinya memutih wajahnya pucat. Ia membersihkan sisa darah yang akhirnya berhenti keluar itu.

Tak ada yang tahu mengenai keadaan dirinya yang belakangan ini kerap kali merasakan pusing sampai mimisan. Bahkan suaminya sekalipun, Lee Taeyong. Yerin tak pernah memberitahu lelaki yang ia cintai itu menenai sakitnya ini.

.

Malam ini Yerin sudah memasakan makanan kesukaan suaminya. Menunggu lelaki yang mempersuntingnya tiga tahun lalu itu untuk tiba di rumah.

"Assalamualaikum," dengan gesit Yerin bangkit dan membukakan pintu rumah minimalis hasil tabungan Taeyong itu.

"Walaikumsalaaam," jawab Yerin ceria membukakan pintu Taeyong. Mencium tangan imamnya itu dan membawakan tas kerjanya.

"Nungguin mas ya?"

"Mas pikir?" Mereka berdua masuk dengan Taeyong merangkul pundak istrinya.

Menikah sejak tiga tahun lalu dan belum juga mendapat momongan tak menjadikan keluarga kecil ini sepi. Mereka tetap harmonis karena cinta satu sama lainnya di antara mereka begitu kuat. Sejak lama Taeyong sudah mencintai Yerin sampai pada akhirnya ia dapat menjadikan Yerin istrinya, kurang apa dia untuk tidak bersukur?

Sebenarnya Yerin pernah hamil, namun ketika usia kandungan tiga bulan dan Yerin masih bekerja ia keguguran. Makanya kini Taeyong tak membiarkan Yerin untuk bekerja lagi.  tapi malah sampai kini Yerin belum diamanahi Tuhan untuk mengandung lagi. Tapi bagi Taeyong tak apa, bahagianya cukup dengan hidup bersama gadis yang kini sibuk di bar dapur memanaskan masakannya. Memiliki anak di keluarga kecil mereka akan menjadi bonus plus plus ketika itu terjadi. Sebuah kesempurnaan bahagia dalam hidup Taeyong.

"Mas mau mandi dulu apa makan dulu?"

Taeyong yang di tanyai seperti itu mendekat pada Yerin, ia mengendus asap masakan yang mulai memanas di atas kompor itu.

"Masakan kamu lebih menggoda Rin," kata Taeyong sambil iseng mengecup pipi istrinya.

"Mas bau belum mandi ih!" Keluh Yerin tapi tersenyum juga.

.

Rutinitas pagi Yerin ya menyiapkan sarapan serta kebutuhan Taeyong sebelum berangkat ke kantor, seperti memilihkan kemeja dan jas atau dasi yang selaras dengan kemejanya serta kaus kaki. Ya seperti itulah.

Taeyong menyisir rambutnya di depan cermin sedangkan Yerin sedang membereskan ranjang.

"Mas pulang jam berapa nanti malem?"

"Gatau Rin. Kenapa emang?"

"Aku kan mau jadi volunteer di salah satu sekolah pelosok desa, takutnya nanti gak bisa bikin makan malam mas beli aja gitu buat kita berdua."

"Jadi kamu ngambil tawaran itu?" Yerin lupa kalau dia belum membicarakan ini dengan Taeyong. Dilihat dari responnya sih rasanya Taeyong kurang suka.

Yerin mengangguk. Ia mendekati suaminya dan memasangkan dasi pada lelaki itu.

Dilihat dari jarak sedekat ini ketamoanan Taeyong tak terdustakan.

Yerin mengangguk. "Kamu belajar masang dasi sendiri kapan sih mas... gak pernah bener..." Yerin sih meneruskan hasil karya memasang dasi yang Taeyong lakukan tapi acak-acakan.

"Nanti kalo kamu kecapean gimana?" Bukan, bukan karena Taeyong tahu bahwa Yerin suka pusing dan mimisan, tapi kekhawatiran Taeyong pada istrinya ini suka tanpa sebab.

"Lebay kamu mas aku kan cuma main-main sama anak-anak disana. Gak kecapean gak kok," pada akhirnya Taeyong tersenyum pada Yerin yang selesai memasangkan dasi di lehernya.

"Besok pasang dasi sendiri,"

Yerin berdecak waktu liat Taeyong membawa kaos kaki berwarna merah norak.

"Ampun deh mas, milih kaus kaki aja begini. Ish." Taeyong terkekeh sendiri melihat ekspresi heran istrinya itu. "Kamu kan sepatunya gelap, pake yang dongker aja!" Yeri mengambil satu kaus kaki dari lemari tempat kaus kaki.

"Iya sayang ih," gemas Taeyong mencium pipi Yerin setelah menerima kaus kaki yang dipilihkan Yerin.

"Mas ih!"

"Kalo kita punya anak bakal sesempurna apa yang kebahagiaan mas," gumam Taeying terdengar jelas oleh Yerin yang berjalan menjauh darinya keluar kamar. Ada sedikit rasa bersalah di hati Yerin bahwa dia tidak hamil-hamil lagi sejak kegugurannya satu setengah tahun yang lalu.

.

"Mas selainya-astaghfirullah!" Yerin merebut pisau oles dan roti dari tangan Taeyong. Suka tidak becus sih Taeyong dalam mengoles selai ke rotinya sekalipun. Jadi mau bagaimana lagi Yerin yang melakukan itu untuk Taeyong.

Nyata memang kalau Yerin diciptakan untuk Taeyong yang kacau dalam melakukan segala hal di rumah ya kecuali dalam hal menggoda Yerin dan kegiatan di dalam kamar.

"Maaf Rin elah,"

"Kamu tuh dari pake dasi sampe oles selai buat makan sendiri aja gak ada yang beres, kalo aku gak ada gimana?!" Entah kerasukan apa sampai Yerin berucap demikian dan Taeyong jadi merasa takut sendiri.

Kadang memang Taeyong sengaja melakukan sesuatu tidak benar agar diperhatikan istrinya, karena memang Taeyong bergantung sangat pada Yerin. Dan ucapan Yerin tadi sungguh pun menelak hatinya, perasaan takut benar-benar menyeruak di hatinya.

Terlebih nada suara dan ekspresi Yerin dalam mengatakannya itu serius.

een schot°jyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang