[3] power bank ft kdn✔

407 77 12
                                    

Senyumnya memudar melihat kain berwarna putih ditarik oleh dokter menutupi wajah yang terlelap dengan senyum tipis di kulit pucat wanita yang berbaring di ranjang rumah sakit.

Kakinya melemas begitu saja, pegangannya di ganggang pintu pun lepas sampai dirinya terjembab duduk di lantai.

____

Yerin baru saja menyelesaikan tugas kelompoknya bersama Hayoung dan Sooyoung. Kini jadwalnya ke rumah sakit melihat kondisi musuh yang ia sayangi itu yang dokter bilang membaik.

Langkahnya terhenti ketika gerombolan orang mondar mandir di lorong komplek cempaka. Ia tak terlalu menghiraukannya hanya berhenti sejenak karena melihatnya.

"Ada orang meninggal," kata kakaknya yang sedang mengunyah apel di mulutnya.

Yerin berekspresi kaget sekaligus dia takut juga. "Kamar mana?"

"Paling pojok,"

Yerin beroh saja.

"Ibu lagi disana kalo lo kepo juga,"

Gelas yang hendak ia layangkan kemulutnya tak jadi, "Lah ngapain gue ke sana, anjir"

"Hahaha iya sih,"

Yerin tiba-tiba teringat lelaki yang berjanji mengembalikan power bank miliknya hari ini. "Bang gue cari angin dulu ya?"

____

Ia menjauh dari gerombolan keluarga yang secepatnya datang ke rumah sakit saat dikabari wanita paruh baya itu meninggal.

Langkahnya tak tentu, ia tak tahu harus kemana sampai kakinya melemas lagi dan ia terduduk di bangku taman rumah sakit. Menangkupkan kedua tangannya do wajah. Mencoba untuk tenang dan berpikir bahwa yang terjadi ini adalah yang terbaik untuk wanita itu dan dirinya.

"Ibu gak akan ngerintih sakit lagi,"

____

"wOY!"

Yerin menjatuhkan tubuhnya duduk di sebelah lelaki berseragam itu.

"Eh mbak power bank, ini gue bawa."

Yerin tersenyum menerima power banknya kembali.

"Makasih ya,"

Yerin mengangguk sambil tersenyum.

"Lo yang kaya bete banget. gak main ml?" Goda Yerin setengah tertawa.

____

Kedatagan gadis yang memberi ponselnya energi dengan power bank miliknya itu sedikit mengejutkannya. Namanya Daniel, ia juga menantikan untuk bertemu dengannya sekali lagi.

Hatinya kacau karena kepergian malaikat tanpa sayap yang mengasuhnya selama delapan belas tahun ia hidup ini pergi untuk selama-lamanya.

"Eh mbak power bank, ini gue bawa."

Ia merogoh tasnya dn mengambil benda yang ia maksud. Memberikan benda itu kepada gadis cantik di sebelahnya yang menerima sambil tersenyum itu.

Dia cantik dan manis,

"Makasih ya," imbuh Daniel saat benda itu ada di tangan gadis di sebelahnya.

"Lo yang kaya bete banget. gak main ml?" Goda gadis itu dan Daniel membalasnya dengan senyum kecil sedikit gela.

Tentu, dia bete dia sedih dia ingin menangis nyatanya, sekarang.

Tapi tidak mungkin juga apalagi ada gadis itu di sebelah Daniel.

"Lagi males aja mbak,"

Gadis itu terkekeh, "Kita seumuran kali gausah manggil mbak juga!"

Daniel berhehehe, "Yaudah namanya siapa?"

"Yerin,"

____

"Gue Daniel,"

Yerin akhirnya tahu nama lelaki yang suka memanggilnya mbak power bank itu. Daniel, nama yang keren.

"Nungguin siapa di sini?" Tanya Yerin pada Daniel.

Lelaki itu menunduk. Yerin merasa ada yang salah.

Yerin jadi ikut membungkukkan tubuhnya mencoba melihat dibalik tundukan lelaki itu.

"E-elo nangis?"

Serotan ingus Yerin dengar dari lelaki itu yang akhirnya menegakkan tubuh sambil menghapus kasar air dari pelupuk matinya.

"Gue nunggu ibu gue,"

"Ooo, sakit apa?"

Sekali lagi lelaki itu menghela nafas kasar. "Ibu udah sembuh, udah gak sakit lagi kok, Yerin." Ucapnya diakhiri senyum tipis.

"Gue pergi dulu ya, Yerin!"

Lelaki itu berdiri namun Yerin menyekal tangannya. Membuat lelaki itu terhenti.

"Duduk dulu deh," cegah Yerin.

Daniel tidak mengiyakan ia melepaskan tangan Yerin yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Gue haus!"

"Gue bawa minum!" Yerin menunjukkan air mineral di tupperware warna pinknya.

"Kalo pengen nangis nangis aja, gue gak papa kok."

"Gak usah malu!"

"Kalau mau cerita cerita aja!"

"Ya walaupun kita baru kenal, mungkin ke depannya nanti bisa jadi teman baik."

Daniel pun kembali duduk. Ia menundukkan kepalanya sekali lagi. Menghembuskan nafas sebanyak mungkin untuk dadanya yang sesak. Yerin diam saja, memerhatikan tiap gerak yang berubah dari lelaki di sebelahnya itu.

"Gak cuma batrei gue yang lo kasih energi dari power bank lo, tapi diri gue juga. Saat gue terpuruk gini lo yang ada di deket gue, makasih ya Yerin,"

All that daniel needs is shoulder to lean on, right now.

end.
_____

Udah kelaaaaar asique

een schot°jyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang