bagian 31

71 5 0
                                    

Mentari sudah mulai tenggelam, cahaya orange nampak begitu cerah di ufuk barat.
Persiapan perayaan kelahiran pemainsuri sudah selesai sepenuhnya, istana sedang ramai dengan banyak tamu yang datang. Kaum Bangsawan dari berbagai negara sengaja diundang, begitupun para petinggi yang mewakili setiap negara datang dengan berbagai hadiah spesial yang mereka tujukan pada pemainsuri.

Para pelayan pun sibuk dengan berbagai hidangan di tangan mereka, hari ini istana dibebaskan untuk rakyat biasa, mereka dibebaskan memasuki istana untuk merayakan kelahiran pemainsuri, jadi berbagai macam hidangan di sediakan oleh istana untuk rakyat.

“Kalian sudah siap? “ seorang pria dengan pakaian serba hitam berbicara di depan sekelompok orang yang pakaiannya sama dengannya.
“Ye.” satu kata yang membuat pria itu langsung menyeringai.

“Laksanakam tugas kalian masing-masing dengan benar, jangan ada kesalahan. Itu dapat membuat kalian dalam bahaya, mengerti? “ pria pemimpin itu kembali terucap.

Hari ini akan jadi hari yang panjang untuk mereka atau bahkan jadi hari yang berbahaya, bisa saja mereka kehilangan nyawa karena kenekatan mereka. Namun sebuah tujuan yang ingin mereka capai lebih penting sekarang, bukan untuk membunuh tapi sebuah peringatan yang mungkin membuat perubahan atau tidak?
Semua akan terjawab setelah semua selesai.

“Bagaimana denganmu? “ kemudian mata elang pria itu beralih pada seorang yang sedari tadi berdiri di belakangnya, sebuah busur ada di tangannya.

Orang itu hanya dengan tatapan tajamnya, dia tak mengeluarkan suara, lagi pula itu bukan hal yang penting sekarang.
“Bagus. “ seru pria itu menyeringai.

-oOo-

“Kaisar dan pemainsuri telah tiba… “ sebuah suara membuat pengumuman pada seluruh bangsawan yang hadir.

Sontak semua kaum Yangban, mentri dan tamu kehormatan berdiri dan membuat sudut 30 derajat dengan tubuh sebagai tanda hormat.
Dengan jengah kaisar duduk di tempatnya, diikuti pemainsuri yang dengan anggun duduk di kursi dekat kaisar.

“Kami ucapkan selamat, Jeongjeon mama. “ seeoarang mentri berdiri dan mengucapkan selamatnya.

“Haengbog han saeng-il, Jeongjeon Mama… “ (selamat atas kelahiran, pemainsuri) seluruh yang hadir kembali berdiri dan mengucapkan selamat pada pemainsuri.

Pemainsuri Shin Hwang Rim tersenyum lebar, betapa hatinya berbunga malam ini, hari kelahirannya yang di rayakan begitu megah oleh banyak negara.
Berbeda dengan pemainsuri yang nampak bahagia, kaisar justru merasa begitu bosan dengan semua pujian yang ditujukan untuk pasangannya itu. Menurutnya mereka semua adalah penjilat yang rela membuat berbagai macam kata untuk kepentingan pribadi, betapa menjinikannya itu.

Tanpa memperdulikan apapun kaisar dengan santai memakan kudapan yang ada di depannya, sementara para mentri asyik membicarakan tingkah lakunya.

Menjadi raja diusia yang begitu muda membuatnya menjadi pemuda dengan sebuah ambisi yang besar. Jika kebanyakan anak seisianya dulu berlarian kesana kemari menantang teriknya matahari dan menembus derasnya hujan berbeda denganya, ia harus duduk dengan dada membusung di atas tahta dengan berbagai keluhan politik yang seharusnya menjadi makanan para petua. Semua pengalaman pahit itu telah ia rasakan sejak 10 tahun silam dan sekarang pria yang bertahta sekarang adalah pria penuh ambisi yang terlatih oleh keadaan.

Sebuah pertunjukan tengah berlangsung di depan mereka, pertunjukan yang dipersembahkan oleh orang china, dihadiahkan khusus untuk pemainsuri.

Lalu berbagai macam pertunjukan dari masing-masing undangan sudah tampil begitu apik menghibut para tamu.
Pertunjukkan terakhir, sebuah pertunjukan yang sangat disukai pemainsuri Shin, pertunjukkan tari musikal yang biasanya menceritakan tentang sejarah kerajaan. Biasanya dimainkan rakyat sebagai kritik moral para petinggi istana.

Life Of The Past ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang